"Bupati Kubu Raya akan menghadiri tempat Robo'-Robo' itu secara bergiliran," kata Fauzi Kasim, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kubu Raya, ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/1).
Fauzi menjelaskan, pada hari perayaan Robo'-Robo', 2 Februari mendatang, pagi harinya Bupati Muda Mahendrawan beserta rombongan akan bertolak ke Sungai Kakap, siangnya dilanjutkan ke Kubu dan malam harinya ke Teluk Pakedai.
Dalam perayaan tahunan pada hari Rabu terakhir di bulan Syafar tahun Hijriyah ini, kata Fauzi, akan dilaksanakan ritual layaknya kedatangan Opu Daeng Menambon ke Kalbar.
Selain itu, akan digelar pula berbagai perlombaan, di antaranya lomba sampan yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat di tiga kecamatan itu. Panitia Pelaksana juga rencananya mendatangkan artis ibukota untuk memeriahkan perayaan Robo'-Robo'.
Menurut Fauzi, selain sebagai ritual tahunan untuk menolak bala' (bencana), Robo'-Robo' juga menjadi pesta rakyat. Sehingga dapat dipastikan ketiga kecamatan itu akan sesak dipadati masyarakat dari berbagai etnis. "Olehkarenanya kita mengharapkan panitia bekerja semaksimal mungkin dan masyarakat dapat mendukung penyuksesan perayaan ini," katanya.
Sekilas mengenai Robo'-Robo', ritual ini merupakan perayaan untuk mengenang kedatangan Opu Daeng Menambon, perantau dari Luwu, Sulawesi Selatan dan menjadi Raja Mempawah.
Konon, orang Bugis yang bergelar Pangeran Emas Surya Negara ini selalu melaksanakan ritual Robo'-Robo' di setiap tempat yang pernah disinggahinya. Tidak hanya di Kuala Mempawah, tetapi juga di tempat lainnya seperti di Kubu, Sungai Kakap dan Teluk Pakedai.
Sehingga tidak mengherankan, bila setiap Robo'-Robo' -yang diambil dari kata hari Rabu, karena memang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir pada Syafar tahun Islam- di daerah tersebut juga diadakan ritual serupa.
Setiap tahun, perayaan besar-besaran dilaksanakan di Kuala Mempawah, karena merupakan pusat kerajaan. Tetapi, di tempat yang pernah disinggahinya juga melaksanakan ritual serupa. Bila zaman dahulu hanya diikuti keluarga istana dan masyarakat Bugis, kini semua kalangan dan etnis turut andil dalam ritual tersebut.
Fauzi mengatakan, ritual ini merupakan aset budaya yang patut dilestarikan, karena dapat meningkatkan pengembangan sektor pariwisata. "Kali ini pelaksanaan di tiga kecamatan di Kubu Raya itu telah dilakukan promosi melalui penyebaran pamflet dan lainnya, agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung," katanya. (*)