Tuesday, 25 January 2011

Cap Go Meh Jadi Aset Kubu Raya

Posted on 07:53 by Mordiadi

SUNGAI RAYA. Karena ditolak di Kota Pontianak, Perayaan Cap Go Meh (CGM) di Kubu Raya menjadi aset besar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kubu Raya untuk mengembangkan sektor kebudayaan dan pariwisata.

"Hal itu bisa menjadi modal dasar bagi kita untuk melaksanakan kegiatan serupa ke depannya," kata Andreas Muhrotien, Wakil Bupati Kubu Raya ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/1).

Pada intinya, jelas Andreas, Pemkab Kubu Raya menyambut baik rencana Majelis Adat Budaya Tionghua (MABT) yang akan menggelar CGM di Kubu Raya. Karena hal ini sejalan dengan upaya untuk mengembangkan kebudayaan dan pariwisata.

Kendati baru kali pertama di laksanakan di Kubu Raya, menurut Andreas, hal tersebut tidak akan menjadi persoalan, karena selama ini, ketika perayaan tersebut dipusatkan di Kota Pontianak, tatung, naga dan barongsai-nya banyak dari Kubu Raya.

"Ini jelas menjadi aset kita, tentunya diharapkan menjadi dorongan bagi etnis lainnya untuk menggelar acara serupa, pawai budaya atau lainnya dan menjadi agenda wisata di Kubu Raya," kata Andreas.

Terpisah, Wakil Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kubu Raya, Khalid Hermawan mengatakan, di kalangan etnis tertentu CGM dinilai sebagai ritual keagamaan. Namun tidak sedikit beranggapan sebagai nilai budaya yang harus dilestarikan. "Kami menilai, kalaupun sebagai ritual keagamaan kenapa tidak dilakukan di rumah ibadah mereka seperti Kelenteng atau Vihara," ujarnya.

Anggota Komisi D DPRD Kubu Raya ini mengatakan, seandainya perayaan ini memiliki nilai budaya dan harus ada arak-arakan, sebaiknya jangan menampilkan kegiatan sadis dan vulgar, hendaknya disaring.

"Misalnya tatung. Selama ini kita lihat terdapat unsur sadisme. Dari aksi-aksi ditampilkan orang akan selalu ngeri melihatnya. Makanya kami menolak itu yang akan ditampilkan di Kubu Raya," kata Khalid.

Politisi PKS Kalbar itu meminta ada pengaturan jelas terkait tatung ini. Pemkab Kubu Raya harus memberikan rambu-rambu jelas. Misalnya, lokasinya jauh dari jangkauan anak-anak dan lainnya agar tidak berdampak terhadap psikologis anak.

Khalid menilai, Festival CGM ini sebetulnya membuka ruang untuk mengembangkan kebudayaan setiap etnis. Kalau ada penolakan dari Kota Pontianak, hendaknya menjadi pelajaran bagi Kubu Raya.

"Kalau Pemkab Kubu Raya menerima, sekali lagi kami minta ada beberapa catatan diberikan dan ditaati Panitia Pelaksana supaya semuanya berjalan lancar," harap Khalid.

Catatan yang dimaksudkan Khalid itu tentang menyaring unsur sadisme, mengantisipasi kemacetan, menjaga ketertiban dan lainnya. Jangan sampai mengganggu ketentraman masyarakat lainnya.

Sementara itu, Sekretaris Umum Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kubu Raya, Kasiono memandang Festival CGM yang menyajikan arak-arakan seperti naga, tatung, barongsai dan lain sebagainya harus dilihat secara mendalam.

Sebaiknya, tambah dia, Pemkab Kubu Raya memberikan beberapa catatan penting.
Alasannya, arak-arakan itu, di samping mengganggu lalu lintas, juga kerap memunculkan dampak tidak sedap. "Misalnya, rentan akan keributan dan gesekan. Makanya alur ditentukan harus bijak dan terarah," ingatnya.

Dia memandang, untuk urusan arak-arakan naga dan barongsai tidak menjadi masalah. Hanya untuk pagelaran tatung, tentu akan berdampak pada psikologis warga karena mengandung unsur sadisme dan vulgar. "Kenapa tidak diadakan di tempat tertutup dan jauh dari lokasi anak-anak," sarannya. (*)

No Response to "Cap Go Meh Jadi Aset Kubu Raya"

Leave A Reply

BTC

Doge

LTC

BCH

DASH

Tokens

SAMPAI JUMPA LAGI

SEMOGA ANDA MEMPEROLEH SESUATU YANG BERGUNA