Tuesday, 24 July 2012
Perang Baliho
Posted on 05:12 by Mordiadi
SINGKAWANG – Kota Singkawang setakat ini sudah berubah status. Sebelumnya sebagai kota wisata yang berjuluk kota amoy atau kota seribu kelenteng, serta-merta berubah jadi kota "seribu baliho".
"Kalau bisa, dibatasi saja jumlah balihonya untuk setiap kandidat, tak usah semau hati," ungkap Fegga Ethika, mahasiswi yang warga Kelurahan Kuala, Kecamatan Singkawang Barat, kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Belum lagi masuk ke gerbang kota di mulut lembah alias sengkejong itu, belantara baliho, spanduk, umbul-umbul, hingga bendera partai sudah menyergap mata pengendara mobil atau motor. Karena itu berhati-hatilah menyetir, mata jangan lengah.
Nah, begitu masuk kota, nyaris tak satu pun lantai satu, dua, tiga, bahkan ruko berlantai empat tanpa ditebengi baliho dan spanduk. Hanya kelenteng, gereja, dan masjid yang tidak dipasangi baliho pasangan balon Walikota Singkawang. Tapi di pagar Masjid Agung Singkawang terpampang spanduk Morkes.
Kalau bangunan instansi pemerintah luput, namun di pagar sekolah spanduk pasangan balon tertentu membentang di sana-sini. Paling tidak, perang baliho antara pasangan Hasan-Ahyadi vs Nusantio-Tasman kentara mendominasi berbagai sudut kota.
Menjamurnya alat peraga kampanye tersebut ditanggapi beragam. Mulai yang tak acuh apatis, biasa-biasa saja, ngomel, dan tak kurang yang jengkel melihat Kota Singkawang bagaikan tempat camping raksasa.
"Pokoknya amburadul karut-marut lebih parah dari perayaan Capgome. Waktu Imlek malah indah, ada lampion dan sebagainya. Sekarang ini orang bisa sakit mata," ujar Ng Lip Tjai, warga Jakarta yang berlibur ke kampungnya, Singkawang.
Seperti dikesalkan Fegga tadi, hendaknya alat peraga kampanye itu jangan diletakkan di sembarang tempat oleh para tim sukses. "Kalau bisa lebih etis dan tidak mengganggu keamanan lalu lintas jalan raya dan tengah kota," katanya.
Perempuan berjilbab ini menunjuk alat peraga di pusat kota Jalan Diponegoro yang penuh bendera menimbulkan kesan kalau Kota Singkawang ini kumuh. "Kalau dipasang di pusat kota, tampaknya kotor dan kumuh. Secara pribadi sih tidak mengganggu, hanya kan tidak enak dilihat," kata Fegga.
Dia yakin banyaknya alat peraga kampanye itu bukan berarti pasti memenangkan pertarungan dalam Pemilihan Walikota (Pilwako) Singkawang 20 September mendatang. "Belum tentu juga, apa sih yang bisa dilihat selain tampang mereka," tandasnya.
Fegga lebih peduli terhadap tampilan kota wisata ini, begitu pula warga lainnya yang tidak ambil pusing dengan menjamurnya alat peraga kampanye. Warga Kelurahan Sekiplama, Sakani, merasa alat peraga kampanye tidak memengaruhinya untuk menentukan pilihan. "Biarkan saja banyak baliho, mungkin mereka banyak uang," selorohnya.
Tetapi pria paruh baya ini menyarankan ketimbang balon sibuk memperbanyak baliho yang tidak bermanfaat langsung, lebih baik uangnya disumbangkan ke masyarakat. "Kalau uang untuk membuat baliho itu disumbangkan ke masyarakat secara langsung, mungkin lebih baik dan bermanfaat," kata Sakani.
Lain lagi A Hin, warga yang tinggal di sekitar pasar ini melihat tujuannya mungkin bagus agar masyarakat lebih mengenal siapa yang akan dipilihnya. Tetapi tidak mesti harus begitu banyak memasang baliho. "Memang di satu sisi menguntungkan pengusaha jasa pembuatan baliho, tetapi di sisi lain kota kita jadi tidak enak dilihat," ujarnya.
Hanya saja, A Hin menyayangkan balon lebih sibuk memasang alat peraga kampanye ketimbang bertatap muka langsung dengan warga. "Belum jadi saja sudah membuat kota ini kumuh. Ini belum masuk masa kampanye, bagaimana kalau kampanye nanti," ingat A Hin.
Perlu penertiban
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Singkawang Drs Karyadi MSi mengatakan instansi terkait di Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang sudah berkoordinasi dengan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait maraknya alat kampanye itu.
"Beberapa kali Satpol PP bersama instansi terkait melakukan penertiban terhadap alat peraga kampanye yang roboh, rusak dan mengganggu masyarakat pengguna jalan. Jadi kita tidak berpangku tangan melihat hal itu," kata Karyadi.
Dia juga koordinasi instansi terkait apakah alat peraga kampanye itu melanggar ketentuan perizinan pemasangan. "Pemasangan alat peraga kampanye itu tentunya harus berkoordinasi dengan instansi terkait, itu yang kita harapkan dari pemasang," ujarnya.
Pria berkumis tebal ini mengharapkan, semua pihak termasuk tim sukses atau pendukung balon dalam memasang alat peraga itu lebih mementingkan kepentingan umum. "Jangan sampai membahayakan masyarakat yang berlalu lalang," tegas Karyadi.
Dia sangat yakin tim sukses tiap pasangan balon sudah mengetahui betul terkait hal-hal yang tidak mengganggu kepentingan umum. "Kepentingan umum itu jangan diabaikan," ingat Karyadi.
Sementara itu, Ketua Panwaslu Kota Singkawang M Nasir SSos tidak bisa berbuat apa-apa. Pria ramah ini sekadar berjanji akan menertibkannya. "Baliho atau alat peraga lainnya itu bakal ditertibkan setelah KPU Kota Singkawang melakukan penetapan calon Walikota dan calon Wakil Walikota Singkawang," kata Nasir.
Hingga kini, Panwaslu masih menatap saja ke baliho dan alat peraga lainnya. Penertiban baru dapat dilakukan setelah koordinasi dengan KPU terkait lokasi mana saja yang diperbolehkan untuk memasang alat peraga kampanye. "Tetapi dalam penertiban ini, Panwaslu bukan sebagai eksekutor," jelasnya.
Dikarenakan figur tersebut belum ditetapkan sebagai peserta Pilwako Singkawang, kata Nasir, maka yang berhak menertibkan alat peraga kampanye itu merupakan instansi terkait, yakni Dinas Tata Kota atau Satpol PP atau yang mengeluarkan perizinannya.
Nasir hanya mengimbau balon atau tim suksesnya untuk memasang alat peraga kampanye di tempat-tempat yang tidak mengganggu ketertiban umum dan tentunya harus mengantongi izin, agar Kota Singkawang tidak kumuh karena baliho.
Terpisah, Kapolres Singkawang AKBP Prianto SIk mengingatkan kepada para balon dan tim suksesnya untuk tidak saling menjelek-jelekkan balon lainnya. "Hendaknya figur-figur ini menggunakan cara-cara yang masih dalam koridor kesopanan dan tidak melupakan etika serta tidak saling menjelek-jelekkan," imbaunya.
Dia mengingatkan, tujuannya untuk mencari simpati masyarakat malah berdampak negatif bagi ketertiban umum. Misalnya karena ingin mencari massa malah menurunkan baliho atau spanduk lawan. "Lebih baik mencari simpatik warga itu dengan memberi bantuan fasilitas atau lainnya," saran Prianto.
Pria berpostur tinggi besar ini tidak melarang pemasangan baliho, selama tidak mengganggu ketertiban umum dan memenuhi ketentuan yang sudah berlaku terkait pasangan baliho atau spanduk.
"Silakan saja, asalkan berkoordinasi dengan pemilik tempat atau berkoordinasi dengan instansi yang mengurus perizinannya. Terpenting jangan hal-hal seperti itu malah membangkitkan amarah warga," ingat Prianto.
Dia mengharapkan, agar semua pihak sama-sama menjaga agar Kota Singkawang ini tetap kondusif menjelang ataupun ketika berlangsungnya pilwako atau pilgub yang waktunya bersamaan. "Mari kita sama-sama menjaga agar Singkawang ini tetap kondusif," ajak Prianto.
Ketua Komisi Divisi Data, Informasi, Humas dan Hubungan Antarlembaga KPU Kota Singkawang Ridwan SE mengungkapkan, penetapan peserta Pemilu DILAKUKAN 4 Agustus mendatang. "Pada tanggal tersebut kita umumkan siapa saja calonnya yang menjadi peserta pilwako dan pencabutan nomor urut calon," katanya.
Hingga kini, ungkap Ridwan, semua balon, yakni Hasan Karman-Ahyadi, Awang Ishack-Abdul Muthalib, Henoch Thomas-Rozanuddin, dan Nusantio Setiadi-Tasman sudah melengkapi semua persyaratan. "Untuk menentukan yang lolos, akan diplenokan dulu di KPU," katanya. (*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Perang Baliho"
Leave A Reply