Thursday, 15 April 2010

Kembangkan Tebu, Antisipasi Masuknya Gula Illegal

PONTIANAK. Di samping pembangunan perkebunan kelapa sawit yang semakin gencar, disusul karet, kelapa, kakao, lada dan tanaman lainnya, di Kalbar juga dikembangkan tanaman tebu. Saat ini telah memasuki tahap pembibitan.

"Pengembangan tebu ini dipusatkan di Sambas," ungkap Ir H Idwar Hanis, Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar ditemui di sela Rapat Forum SKPD Kalbar di Function Hall 2 Hotel Kapuas Palace, Kamis (8/4).

Idwar menjelaskan, Kalbar dipilih menjadi pusat pengembangan tanaman tebu sesuai rekomendasi Pusat Penelitian Pengembangan Gula Indonesia. Karena berdasarkan survei yang dilakukannya, iklim dan lahan di Sambas sangat cocok untuk bahan baku gula ini.

Selain itu, tambah dia, masyarakat Sambas juga sudah begitu mengenal tanaman tebu. Bahkan, dalam skala kecil tebu yang ditanam masyarakatnya sudah menjadi sumber suplai ke pabrik kecal. "Jadi dari kondisi tanah dan masyarakatnya sudah mendukung pengembangan tebu di Sambas," ujar Idwar.

Pengembangan tanaman tebu di Sambas, kata Idwar, saat ini sudah mulai proses pembibitan. "Pembibitannya dilakukan dalam tiga tahap baru bisa panen," katanya.

Tahap yang dimaksudkan Idwar tersebut, terdiri atas tahapan Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD).

KBN merupakan kebun pembibitan sebagai penyedia bahan tanam bagi KBI. Pada tahapan KBN, prosesnya selama enam bulan. Selanjutnya, enam bulan berikutnya baru masuk tahap KBI dan enam bulan lagi tahap KBD. "Jadi sekitar satu setengah tahun baru menjadi kebun produksi," proyeksi Idwar.

Dia mengungkapkan tahap awal pengembangan tebu di Sambas itu diperkirakan mencapai sekitar 3.000 hektar. Luas areal tersebut tentu masih belum mencapai jatah yang diberikan Kementerian Pertanian sekitar 18 ribu hektar.

Pengembangan tanaman tebu ini memanfaatkan investor swasta melalui sistem kemitraan dengan masyarakat setempat. Rencana juga akan disertai dengan pendirian pabrik gula. "Investor lokal akan membangun pabrik gula, rencana tersebut sudah masuk dalam tahapan penentuan lokasi," terang Idwar.

Dia menjelaskan, Kalbar mengembangkan tanaman tebu ini mengingat kebutuhan gula pasir di Kalbar mencapai sekitar 5.000 hingga 6.000 ton per bulan.

Kebutuhan tersebut, tentunya dalam kondisi normal. Bila menjelang lebaran atau hari raya keagamaan, kebutuhan meningkat mencapai sekitar 20 persen per bulan dari biasanya.

Dikarenakan besarnya kebutuhan gula di Kalbar tersebut, seringkali dimanfaatkan pengusaha nakal yang memasok gula illegal dari Malaysia. Padahal, untuk belanja ke negara tetangga tersebut memiliki batas maksimal yakni 600 Ringgit Malaysia (RM).

Batas maksimal tersebut sesuai dengan Border Trade Agreement (BTA), kesepakatan transaksi perdagangan lintas batas antara Indonesia dengan Malaysia yang berlaku sejak 1970.

Menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Kalbar, Drs Dodi Surya Wardana, batas maksimal perdagangan Indonesia-Malaysia itu seringkali dimanfaatkan oknum-oknum tertentu. "Sehingga pembatasan perdagangan tersebut menjadi permasalahan, karena dinilai terlalu kecil," katanya.

Dikarenakan permasalahan tersebut, tambah dia, sebenarnya telah lama dibuat konsep untuk menaikkan batas maksimal perdagangan antarnegara tersebut. "Rencananya US 7.500, tetapi tidak tahu kapan konsep itu akan diterapkan," kata Dodi. (*)

Kalbar Galakkan Pupuk Organik

PONTIANAK. Sebelum kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sekitar 30 persen mulai kemarin, Kalbar telah menggalakkan pupuk organik sejak tahun lalu.

"Ini sebagai tindak lanjut konversi pupuk kimia buatan ke organik yang digulirkan pemerintah pusat tahun lalu," kata Ir Hazairin MS, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar ditemui di sela Rapat Forum SKPD Kalbar di Function Hall 2 Hotel Kapuas Palace, Kamis (8/4).

Konversi pupuk terebut, terang Hazairin, merupakan terobosan Departemen Pertanian, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia buatan, sekaligus mengurangi subsidi pupuk yang membebani anggaran belanja negara.

Penggalakkan pupuk organik di Kalbar, kata Hazairin, dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas berbagai komoditas pertanian di Kalbar.

Dia mengungkapkan, tahap awal penggalakan pupuk organik telah dimulai tahun lalu di Kabupaten Pontianak, Sambas, Landak, Ketapang dan Kubu Raya. "Tahun ini diharapkan terbentuk sekitar 10 ribu kelompok tani untuk pengembangan pupuk organik," kata Hazairin.

Kelompok tani yang masing-masing terdiri atas 10 anggota tersebut, memproduksi pupuk organik memanfaatkan kotoran ternak, libah atau hasil sampingan komoditas tanaman tertentu. "Memang biasanya cukup besar sekitar Rp 10 juta per kelompok tani," terang Hazairin.

Kendati biaya produksi tersebut cukup mahal, tambah dia, pupuk organik ini merupakan salah satu alternatif ideal dalam mengembangkan sektor pertanian di masa mendatang.

Menurut Hazairin, pupuk organik lebih ideal karena ketersedian bahan bakunya dijamin cukup. "Selain mengatasi permasalahan pendistribusian dan pengadaan, pupuk organik ini juga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat pupuk kimia buatan,"

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar, Ir H Idwar Hanis mengungkapkan, penggunakan pupuk non kimia buatan telah lama diterapkan kelompok tani di sektor perkebunan, terutama sawit dan karet. "Tetapi tidak difasilitasi pemerintah," katanya.

Kelompok-kelompok tani yang dimaksudkan Idwar tersebut tersebar hampir di seluruh kabupaten di Kalbar yang memiliki perkebunan sawit dan karet.

Pemerintah baru memfasilitasi penggunaan pupuk organik untuk sektor perkebunan pada tahun ini, yakni dengan akan dibangunnya pabrik pembuatan pupuk khusus komoditas lada di Kecamatan Balai Karangan, Sanggau.

Dia menjelaskan, pembangunan pabrik pupuk tersebut menggunakan dana APBN. "Ini menjadi pilot project program konversi pupuk kimia buatan ke pupuk organik di Kalbar," kata Idwar.

Dia menambahkan, program pemerintah pusat yang mengkonversi pupuk kimia buatan ke pupuk organik sejalan dengan kecenderungan di masyarakat. "Saat ini masyarakat cenderung memprioritaskan tidak menggunakan unsur kimiawi untuk meningkatkan produktivitas perkebunannya, termasuk pertanian," terang Idwar.

Sementara itu, diberitakan di beberapa media massa, kalau pemerintah pusat telah menaikkan HET pupuk bersubsidi sekitar 30 persen. Kenaikan tersebut berlaku sejak 9 April 2010.

Kenaikan HET pupuk bersubsidi tersebut secara resmi diumumkan Menteri Pertanian (Mentan) Suswono di Jakarta, Kamis (8/4), melalui Permentan Nomor 32/2010.

Dengan adanya peraturan tersebut, Mentan menjamin tidak akan terjadi kelangkaan pupuk, karena stoknya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan petani.

Kenaikan HET pupuk bersubsidi ini terkait upaya meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk serta mengurangi distorsi pasar pupuk akibat disparitas (perbedaan) harga antara pupuk bersubsidi dan non subsidi.

Alasan lainnya, untuk menghemat devisa negara dalam pengadaan bahan baku pupuk fosfor dan kalium yang diimpor, terkait dengan kemampuan APBN dalam mensubsidi pupuk.

Kenaikan HET pupuk bersubsidi 30 persen tersebut lebih rendah dari rencana semula yang mencapai sekitar 50 persen. Kenaikan tersebut telah mempertimbangkan berbagai aspek.

Di antaranya melalui aspirasi dari organisasi petani seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Dewan Tani Indonesia, Asosiasi Pengusha Tebu Rakyat Indonesia, Serikat Petani Indonesia, Perkumpulan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lainnya.

Dengan kenaikan HET pupuk bersubsidi tersebut, berarti harga urea Rp 1.600 per kilogram, sebelumnya Rp 1.200 per kilogram. Sedangkan pupuk SP-36, dari Rp 1.550 menjadi Rp 2.000 per kilogram.

Sementara pupuk ZA, dari Rp 1.050 menjadi Rp 1.400 per kilogram. Pupuk NPK naik dari kisaran Rp 1.586 hingga Rp 1.830 menjadi Rp 2.300 per kilogram.

Selain menyampaikan kenaikan harga pupuk, Mentan juga mengharapkan pengamanan distribusi pupuk secara nasional agar stoknya sekitar 7 juta ton tidak langka di masyarakat.

Stok pupuk urea di tingkat kabupaten saat ini sekitar 699.663 ton terdiri atas 338.132 ton di PT Pusri, 207.689 ton di PT Pupuk Kaltim, 104.395 ton di PT Pupuk Kujang 7.847 ton di PT Pupuk Iskandar Muda dan 41.597 ton di PT Petrokimia Gresik.

Adapun stok di pabrik sekitar 142.401 ton, terdiri atas PT Pusri 83.111 ton, PT Pupuk Kaltim 83.111 ton, PT Pupuk Kujang 3.662 ton, dan PT Petrokimia Gresik 18.074 ton. (*)

Program KB di Kalbar akan Direvitalisasi

PONTIANAK. Indonesia telah menjadi acuan dunia terkait program Keluarga Berencana (KB) karena keberhasilannya mengurangi jumlah penduduk. Tetapi, perlu direvitalisasi agar tidak jalan di tempat (stagnan).

"Kecenderungan di negara yang program KB-nya sukses selalu stagnan, sehingga diperlukan semacam revitalisasi program," kata Prof Duff Gillespie, Director Project Advance Family Planning, semacam proyek revitalisasi program KB saat jumpa pers di Sari Bento Pontianak, kemarin (8/4).

Dalam jumpa pers tersebut penjelasan Professor Senior Scholar The and Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health itu disampaikan dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalbar Siti Fathonah.

Gillespie mengatakan, Indonesia pernah memiliki progam KB yang sukses, tetapi perlu ditingkatkan lagi, karena sekarang berada pada kondisi statis.

Keberhasilan Indonesia dalam melaksanakan program KB memang telah diakui dunia. Sehingga lembaga-lembaga donor bersedia memberikan penghargaannya.

Hingga kini setidaknya telah ribuan pengelola program kependudukan dan KB dari 94 negara yang telah datang ke Indonesia untuk mendapatkan pengalaman mengenai strategi progam KB di Indonesia yang berhasil melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Di Indonesia, rencana revitalisasi program KB itu juga dilaksanakan di Kalbar, karena provinsi dengan 14 kabupaten/kota ini memperoleh pencapaian progam KB tertinggi di Indonesia.

Gillespie menerangkan, kondisi stagnannya program KB di Kalbar karena dihadapkan pada desentralisasi. Di mana beberapa kabupaten/kota begitu konsen terhadap program KB, tetapi beberapa lainnya kurang konsen.

Setelah kunjungannya ke Kalbar khususnya dan Indonesia umumnya, Gillespie menyerahkan rencana revitalisasi program KB tersebut kepada Hari Fitri Putjuk, perwakilannya di Indonesia.

Fitri menjelaskan, saat ini sedang dilakukan pengumpulan data sebelum melaksanakan strategi revitalisasi program KB di Kalbar. "Agar tidak overlap, tidak mulai lagi dari nol," katanya.

Dia menjelaskan, program tersebut rencanakan akan dimulai pada Juni mendatang, setelah seluruh data yang diperlukan terpenuhi. "Kita akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait," ujar Fitri.

Di tempat yang sama, Kepala BKKN Kalbar Siti Fathonah menjelaskan dalam program tersebut semua elemen dijadikan mitra kerja, termasuk dengan media massa untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat. (*)

Friday, 9 April 2010

Dewan Curiga dengan Gubernur Kalbar


PONTIANAK. Keengganan Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH menyebutkan tiga nama calon Sekretaris Daerah (Sekda) menimbulkan kecurigaan di kalangan Anggota DPRD Kalbar, bahwa sebenarnya nama-nama tersebut belum diusulkan ke Mendagri.

"Saya curiga jangan-jangan nama-nama itu belum diproses makanya Gubernur tidak mau menyebutkannya," kata Tony Kurniadi ST, Anggota DPRD Kalbar via selular, Kamis (8/4).

Menurut legislator Kalbar daerah pemilihan (dapil) Sambas ini, kalau memang nama-nama calon yang akan menggantikan posisi Syakirman sebagai Sekda Kalbar itu sudah diproses, seyogianya segera diumumkan ke publik. "Kalau perlu diumumkan beserta alasan dipilihnya ketiga nama calon Sekda yang diusulkan ke Mendagri itu," kata Tony.

Dengan diumumkannya nama-nama tersebut, kata Tony, tentunya masyarakat akan mengetahui bagaimana rekam jejak (track record) pejabat yang akan menjadi Sekda Kalbar. "Kita juga menginginkan agar yang menjadi Sekda kelak tidak memiliki track record yang buruk," katanya.

Track record yang buruk dimaksudkan Tony tersebut, misalnya kinerja selama menjalankan tugas tidak baik, pernah tersandung kasus hukum atau manipulasi kenaikan pangkat. "Semua tentu tidak ingin kalau yang menjadi Sekda itu pernah memanipulasi kenaikan pangkat," ujarnya.

Tony juga mengharapkan, dengan hak preogatif Gubernur dalam menentukan Sekda Kalbar, tidak menjadikan Cornelis mengedepankan sukuisme, kedaerahan, kedekatan atau lainnya. Tetapi hendaknya mengedepankan profesionalisme sesuai kompetensi dan kemampuan pejabat yang diusulkan menjadi Sekda.

Dengan sikap Cornelis yang tidak menyebutkan nama-nama calon Sekda yang diusulkannya, tentunya menjadi tanda tanya besar, ada apa di balik semua ini. "Mengapa tidak ada transparansi dalam hal ini, sebenarnya ada apa di balik semua ini," tanya Tony.

Terkait alasan Cornelis enggan menyebutkan nama-nama tersebut karena dikhawatirkan berdampak pada kinerjanya bila tidak terpilih menjadi Sekda kelak, menurut Tony, alasan tersebut hanya kamuflase. "Apakah mungkin pejabat yang diusulkan menjadi calon Sekda itu adalah pejabat yang cengeng, saya kira tidak," seloroh Tony.

Sebelumnya, Cornelis mengungkapkan telah mengusulkan tiga nama calon Sekda Kalbar ke Mendagri. Saat proses di tingkat proses ini, untuk sementara posisi Sekda diisi Pelaksana Tugas (Plt) MH Munsin MH, karena Syakirman pensiun terhitung 1 April lalu. "Posisi Sekda kan tidak boleh kosong makanya kita Plt-kan," katanya.

Terkait nama-nama yang diusulkan tersebut, setelah didesak pun Cornelis enggan menyebutkannya. "Yang jelas tiga nama, begitu saja, nanti kalau sudah dilantik kita beri tahu," ujarnya.

Cornelis tidak mau menyebutkan nama-nama calon Sekda tersebut, karena khawatir mempengaruhi kinerja pejabat yang bersangkutan bila tidak terpilih menjadi Sekda Kalbar. (*)

Isolasi Daerah yang Terserang Hama di Sambas

PONTIANAK. Serangan hama terhadap Kelapa Dalam di Sambas semakin mengkhawatirkan, karena sudah masuk kategori sedang dan berat. Oleh karenanya kawasan tersebut harus segera diisolasi agar hama itu tidak menyerang daerah lainnya.

"Pemprov Kalbar jangan berdiam diri, segera cari solusi untuk mengantisipasinya agar tidak meluar ke daerah lain seperti melakukan isolasi daerah atau lainnya," kata Tony Kurniadi ST, Anggota DPRD Kalbar daerah pemilihan (dapil) Sambas via selular, Kamis (8/4).

Selain itu, Tony juga mengharapkan Pemprov Kalbar memberikan bantuan bibit unggul kepada petani yang kelapanya diserang hama. "Bibit yang diberikan jangan sama dengan yang terserang hama itu, tetapi carilah bibit yang lebih baik dan tidak mudah terserang hama," ingatnya.

Hama yang menyerang kelapa di Sambas itu terdiri atas beberapa jenis, yakni Artona Sp (ulat), Oryktes Sp (kumbang sagu), Plesispa Sp (kumbang janur) dan Storamiten Sp (ulat api).

Di antara jenis hama itu, yang sangat mengkhawatirkan saat ini, yakni Artona Sp. Hama ini memiliki beberapa ciri, di antaranya pada kupu-kupu Artonoa Catoxantha memiliki ukuran panjang sekitar 10-15 milimeter, dengan jarak saya 13-16 milimeter.

Warna sayanya hitam merah kecoklatan. Pada punggung depannya, bagian perut dan pinggir sayap depannya bersisik kuning. Kupu- kupu Artona bergerak aktif siang dan malam hari.

Sedangkan pada ulat artona, memiliki warna putih kuning, ukurannya hingga 11 milimeter. Pada Pada pungungnya terdapat garis lebar berwarna kemerah-merahan.

Bagian depan badannya ulat Artona ini lebih besar dibanding bagian balakangnya. Stadium ulat ini berlangsung selama 17-22 hari. Pada stadium inilah kerusakan tanaman terjadi, yaitu dengan menggerek anak daun kelapa dalam.

Serangannya dimulai ketika ulat Artona baru menetas dan masuk ke jaringan daun serta memakan daging anak daun. Bekas serangannya ini dari bawah tampak sebagai bintik-bintik kecil yang tidak tembus.

Selanjutnya, ulat Artona yang lebih besar menyusup dan lebih meluas. Sehingga bekas serangannya tampak seperti garis-garis. Ulat ini lalu menyerang pinggir daun dengan menggereknya, lalu daun kelapa dibuatnya sobek seperti terbakar.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar, Idwar Hanis, serangan hama di beberapa kecamatan di Sambas itu terdiri atas kategori berat dan sedang. "Kita sedang menurunkan regu untuk mengidentifikasi serangan hama itu, tentunya dengan berkoordinasi dengan pemerintah setempat," katanya.

Dia mengatakan regu identifikasi tersebut di antaranya terdiri atas personel Balai Proteksi Tanaman Perkebunan. "Mereka sudah turun hari ini (kemarin, red) mungkin besok (hari ini, red) baru diketahui hasilnya," ungkap Idwar.

Dari hasil tersebut, tambah dia, tentunya akan dijadikan patokan untuk melakukan tindakan selanjutnya. "Kemungkinan kita akan melakukan pengendalian hama itu dengan sistem suntik ke kelapa, makanya kita tunggu dulu hasil identifikasi tim ini," kata Idwar.

Hasil identifikasi itu juga akan diketahui, apakah serangan hama itu kemungkinan meluas atau tidak. "Bila sangat dimungkinkan meluas, kita akan melaporkan ke pusat, melalui lembaga perwakilannya di Kalbar," terang Idwar. (*)

Kaji dan Operasionalkan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan

PONTIANAK. Kebijakan mendorong pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan sangat penting. Tetapi kebijakan tersebut harus dapat dioperasionalkan dan dikaji keefektivitasannya serta memenuhi syarat penting pemberlakuannya.

"Mengingat pemberdayaan masyarakat ini kait mengait dengan level pemerintah, maka harus dipikirkan bagaimana membagi peran kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam konteks good governance," kata San Afri Awang, Staf Khusus Menteri Kehutanan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dalam Workshop Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Aula Rimbawan Dinas Kehutanan Kalbar, Rabu (7/4).

Selain membagi peran kewenangan, menurut Guru Besar Universitas Gajahmada (UGM) ini, perlu dipikirkan bagaimana membangun pengetahuan yang diperlukan fasilisator untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.

Selanjutnya, tambah dia, kurikulum seperti apa yang relevan untuk pemberdayaan masyarakat di Kalbar pada khususnya dan Indonesia umumnya.
Menurut San, dalam kebijakan pemberdayaan masyarakat tersebut memiliki beberapa syarat penting yang harus dilakukan, di antaranya tersedianya organisasi masyarakat dan penetapan lokasi kegiatan pemberdayaan itu.

Lokasi pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan itu, terang dia, terdiri atas kawasan hutan produksi. "Mencakup pemberdayaan masyarakat untuk skim program Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Adat, Hutan hak, Hutan Tanaman Rakyat, dan pengelolaan hutan yang dilaksanakan dengan pola kemitraan oleh BUMN, BUMS, dan lembaga lainnya," terang San.

Lokasi pemberdayaan lainnya berupa kawasan hutan lindung yang mencakup pemberdayaan masyarakat untuk program hutan kemasyarakatan, hutan desa dan hutan adat.

Kemudian, di lokasi kawasan hutan konservasi yang mencakup pemberdayaan masyarakat untuk program hutan desa, adat, kemasyarakat, desa konservasi, model DAS mikro, model kolaborasi di kawasan hutan konsevasi dan lainnya yang relevan.

"Lokasi kegiatan lainnya, yakni di kawasan hutan rakyat. Mencakup pemberdayaan masyarakat khusus untuk program pembangunan dan pengembangan hutan rakyat atau hutan dengan sebutan setempat yang sejenis dengan hutan rakyat," terang San.

Dia menjelaskan, pemberdayaan masyarakat di dalam atau di sekitar hutan merupakan upaya sistematis pendampingan berbagai pihak untuk meningkatkan keberdayaan individu, komunitas, organisasi masyarakat serta pemegang izin skim pemberdayaan masyarakat di desa.

Pemberdayaan itu dimulai dari perencanaan yang berdasarkan pada peningkatan kemampuan menemukan dan mengenali potensi-potensi yang ada mendayagunakannya secara optimum.

"Melalui aksi bersama pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup dan konservasi sumberdaya hutan untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama serta berpartisipasi hingga melakukan pemantauan dan evaluasi aksi-bersama yang dibangun tersebut dengan tepat dan baik," papar San.

Dia menjelaskan, pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, tentunya berdasarkan regulasi Kehutanan.

Menurut San, konteks lahirnya konsep pemberdayaan masyarakat merupakan jawaban teori-teori sosial dalam pembangunan yang tidak berpihak pada kaum lemah, miskin dan tidak berdaya.

Konsep pemberdayaan sesungguhnya berusaha memperbaiki konsep pembangunan manusia yang hanya pro pada elite, kekuasaan, anti-kemapanan. "Pemberdayaan masyarakat merupakan gerakan populis, ideologis, pembebasan, dan civil society," kata San.

Dengan demikian, tambah dia, ketika konsep pemberdayaan masyarakat akan diterapkan di sistem pengelolaan sumberdaya hutan, setuju atau tidak, sejak dini sudah harus dipikirkan dampak konsep ini dalam sistem pengelolaan hutan.

Pemberdayaan masyarakat dapat dibaca pula sebagai upaya semua pihak untuk kembali pada ideologi nasional Indonesia yang berdaulat atas sumberdaya alamnya.

Dapat juga dimaknai sebagai jalan menuju pembebasan atas perlakuan yang tidak adil pada masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan.
Selain itu sebagai jalan mencapai demokratisasi sumberdaya alam di Indonesia.

"Pemberdayaan dapat pula dibaca sebagai upaya untuk memberikan power (kekuatan)" kepada yang powerless (masyarakat yang tidak berdaya), karena hanya dengan memiliki kekuatan tersebut, maka mereka akan dapat melaksanakan proses aktualisasi eksistensi," terang San.

Memperoleh kekuatan, terang San, merupakan modal dasar dari proses aktualisasi eksistensi itu. Oleh karenanya, pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan merupakan langkah strategis untuk dilaksanakan semua pihak terkait. Sehingga energi positif dapat ditransfer ke masyarakat, dari masyarakat yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya.

"Kesadaran semua pihak untuk melaksanakan konsep pemberdayaan masyarakat di sektor pembangunan kehutanan harus mendapat penghargaan yang tinggi," kata San.

Dasar pijakan perlunya pemberdayaan tersebut karena banyak masyarakat miskin hidup dan tinggal mencari nafkah di sekitar kawasan hutan Negara dan hutan hak.

Ketidakberdayaan masyarakat dapat diatasi melalui pemberian kemampuan dan pemberdayaan kepada orang miskin melalui perbaikan dalam hal manajemen pembangunan yang mencakup perubahan daya dan inisitaif perbaikan dari masa lalu menjadi masa depan yang lebih baik. (*)

Jangan Hina Indonesia

PONTIANAK. Seluruh lapisan masyarakat termasuk kaum intelektual di perguruan tinggi hendaknya tidak menghina Indonesia dengan mengecam lambang-lambang negara, termasuk di antaranya presiden, bendera dan lainnya.

"Kalau terdapat banyak kesalahan di pemerintahan, tunjukkan kesalahan itu dan berikan solusinya, bukan lantas memberikan kecaman kepada lambang negara," kata Prof Dodi Nandika, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dalam kuliah umumnya di Rektorat Untan Pontianak, Rabu (7/4).

Pernyataan Dodi tersebut terkait berbagai kejadian akhir-akhir ini di Indonesia, di mana seringkali terjadi kecaman-kecaman yang dilakukan beberapa pihak termasuk mahasiswa yang melakukan demontrasi disertai hinaan kepada lambang-lambang negara.

Fenomena tersebut menunjukkan semakin melemahnya aspek The of Power Education (Kekuatan Pendidikan). Hal inilah yang perlu diwaspadai bersama demi keutuhan bangsa Indonesia.

Dodi menjelaskan, The Power of Education itu terdiri atas tujuh aspek, yakni pembentukan akhlak/karakter/kepribadian bangsa, wawasan kebangsaan, penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), kreativitas dan kemampuan apresiasi, kualitas jasmani dan produktivitas, daya saing serta ketahanan nasional.

Di tempat yang sama, Dosen Untan Pontianak, Prof Aunurrahman menilai karakter bangsa memang mulai memudar. Hal tersebut dapat dilihat sering terjadi konflik berkepanjangan di berbagai tempat.

Belum lagi semakin meningkatnya perkelahian massal antarpelajar dan mahasiswa. "Meningkatnya tindakan kekerasan juga menunjukkan kalau karakter bangsa semakin pudar," kata Aunurrahman.

Dia juga mengungkapkan, kalau karakter bangsa semakin memudar dapat dilihat dari semakin menipisnya nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian, semakin lemahnya rasa malu, pudarnya tanggungjawab, terkikisnya keberpihak pada nilai-nilai kebenaran dan lainnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, kata Aunurrahman, tentunya mengharapkan peran perguruan tinggi. Tetapi, di tubuh perguruan tinggi sendiri dihadapkan pada berbagai masalah.

Permasalahan yang dimaksudkan Aurnurrahman tersebut di antaranya terkait kredibilitas (nama baik) diri para akademisi semakin menurun, karena banyaknya penjiplakan karya-karya ilmiah.

Selain itu, di perguruan tinggi juga semakin meningkat ucapan dan tindakan yang tidak jujur. Di tambah lagi, semakin meningkatnya perkelahian massal antarmahasiswa, seperti yang terjadi baru-baru ini.

Permasalahan-permasalahan di perguruan tinggi tersebut, menurut Aunurrahman, tentunya akibat krisis moral. "Kita tidak boleh berpikiran kalau krisis moral suatu waktu akan berhenti," ingatnya.

Dia mengatakan, perlu dilakukan tindakan-tindakan nyata guna mengikis krisis moral di perguruan tinggi tersebut. Di antaranya dengan memperbanyak kajian-kajian, merevitalisasi rambu-rambu kegiatan kemahasiswaan serta memperbanyak dialog dan lainnya. (*)

Fakultas Tehnik dan Fisipol Untan “Ujung Tombak” Kerjasama dengan PLN

PONTIANAK. Bila sebelumnya Fakultas Tehnik (FT) dan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak sibuk tawuran, kini menjadi ujung tombak kerjasama dengan PT PLN (Persero) Wilayah Kalbar.

"Kerjasama kita dengan PLN, nanti bila akan melakukan riset, kita kan banyak tenaga di bidang elektro. Sedangkan untuk sosialisasi programnya ke masyarakat, kita membutuhkan keahlian kawan-kawan Fisipol," kata Prof Dr Chairil Effendi, Rektor Untan Pontianak ditemui usai Penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Untan dengan PT PLN di Rektorat Untan, Selasa (6/4).

Chairil menjelaskan, kerjasama antara Untan dengan PLN ini bukan hanya dalam ruang lingkup yang kecil, selain di bidang riset juga sosialisasi program.
"Kalau untuk me-manage maintenance listrik, tentu jagonya Fakultas Tehnik. Tetapi tentunya kerjasama ini tidak mesti hanya yang bersifat teknis, kita juga memerlukan Fisipol untuk hal-hal yang sifatnya menangani masyarakat seperti sosialisasi program-program PLN dan lainnya," terang Chairil.

Sementara itu, terkait kasus tawuran antara FT dan Fisipol yang sampai menimbulkan kebakaran bangunan dan tindakan pemukulan, Chairil mengatakan, prosesnya terus berjalan. "Kita meminta penangguhan penahanan karena demi kepentingan pendidikan," katanya.

Selain proses hukumnya yang ditangguhkan, karena mahasiswa yang menjadi tersangka sedang menjalankan studinya, pihak Untan sendiri terus melakukan proses-proses konkrit agar perdamaian antara kedua fakultas tersebut lebih langgeng. "Mengenai gedung yang dibakar akan dibangun lagi, tapi itu tidak bisa serta merta, butuh proses," ujar Chairil.

Di tempat yang sama, General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Kalbar, Ir Widodo Budi Nugruho mengatakan, penandatanganan MoU dengan Untan Pontianak tersebut terkait banyak hal. "Katakanlah untuk survei potensi-potensi energi, khususnya energi terbarukan," katanya.

Kendati potensi-potensi energi terbarukan seperti air itu tidak terlalu besar, kata Widodo, riset yang dilakukan tetaplah membutuhkan kerjasama dengan perguruan tinggi. "Kami meminta perguruan tinggi untuk mambantu melakukan survei-survei," harapnya.

Selain itu, terkait dengan akan dibangunnya PLTU skala kecil di Ketapang, Sintang, Kapuas Hulu dan lainnya, juga memerlukan studi-studi mengenai analisa dampak dan pengelolaan lingkungan. "Karena hal ini memerlukan para ahli, agar dampak-dampak negatif dari pembangkit listrik yang dibangun dapat diminimalisir," terang Widodo.

Selain itu, tambah dia, PLN juga memerlukan dukungan riil dari Untan Pontianak untuk mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai kondisi riil kelistrikan di Kalbar, agar masyarakat dapat memahaminya. "Misalnya melalui fasilitasi atau seminar-seminar kepada masyarakat," kata Widodo.

Kerjasama antara Untan dengan PLN, menurut Widodo, tentunya dapat memaksimalkan peran perguruan tinggi di Kalbar, terutama terkait dengan masukan-masukannya untuk pembangunan kelistrikan di Kalbar di masa mendatang.

Selain mengharapkan peran perguruan tinggi, PLN juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa-mahasiswa Untan untuk belajar secara riil mengenai kelistrikan guna menyiapkan sumberdaya manusia di Kalbar. (*)

Kalbar Terancam “Kehilangan” Ribuan Guru

PONTIANAK. Di tengah kekurangan guru saat ini, Kalbar akan kehilangan ribuan guru lagi, karena pensiun serentak. Oleh karenanya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kalbar mendesak pemerintah pusat segera mengantisipasinya.
"Kalbar akan sangat kekurangan guru pada beberapa tahun ke depan," kata Adrianus Asia Sidot, Bupati Landak ketika menerima kedatangan Badan Anggaran (Bang-Ang) RI di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, baru-baru ini.

Dia mengungkapkan, ribuan guru asal Nusa Tenggara yang diangkat dengan Intruksi Presiden (Inpres) dan ditugaskan di Landak saja pada era pemerintahan Orde Baru, kini menjelang pensiun. "Makanya kami mendesak Bang-Ang RI mendesak pemerintah pusat untuk mengantisipasinya," terang Adrianus.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kalbar Drs Akim MM mengungkapkan berdasarkan data sementara, guru yang pensiun di Kalbar pada tahun ini saja sekitar 220 orang.

Sedangkan tahun depan sekitar 300 orang, belum lagi dari Landak yang guru pensiunnya mencapai ribuan. "Tetapi ini masih bukan data keseluruhan, karena masih banyak kabupaten yang belum memasukkan data guru-guru pensiun," kata Akim.

Menghadapi guru pensiun ini, kata Akim, Pemprov Kalbar tentunya tidak dapat berbuat banyak. Karena perekrutan guru PNS merupakan kewenangan masing kabupaten/kota, belum lagi harus mendapat persetujuan dari pusat.

Sementara itu, Anggota Bang-Ang DPR-RI ketika kunjungan kerjanya ke Pontianak menyebutkan, dari sekitar 18 ribu guru honorer yang belum diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), hanya sekitar 9 ribu orang yang rencananya akan diangkat tahun depan. "Sisanya masih dalam proses pembahasan eksekutif," ujarnya.

Selain mengangkat guru-guru honorer menjadi PNS, untuk memenuhi kekurangan guru di seluruh Indonesia agar mampu meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah pusat juga berupaya meningkatkan alokasi anggaran.

Hal tersebut disampaikan, Anggota Bang-Ang DPR-RI lainnya, Hanif Dahiri. "Telah diperjuangkan Komisi X DPR-RI melalui pembahasan alot dengan Tim Anggaran Eksekutif," katanya.

Setelah pembahasan tersebut, akhirnya pada 2010 dialokasi sekitar Rp 10 triliun untuk pendidikan. "Hendaknya Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota mengajukan proposal tambahan anggaran bagi pengembangan pendidikan," saran Hanif. (*)

Tuesday, 6 April 2010

Legenda Pangeran Sidang Penape

(Antara Nasionalisme dan Moralisme)


*Jejak Pangeran Sakti Mandraguna

Kisah Pangeran Sidang Penape begitu melegenda di masyarakat Sukadana, Kayong Utara. Tetapi, cerita rakyat yang cukup populer ini hanya banyak disampaikan dari mulut ke mulut.

Beberapa penulis mencoba menelusuri jejak-jejak dari cerita rakyat yang unik ini. Di antaranya, Drs H Gusti M Mulia yang menceritakan kisah Pangeran Sidang Penape pada 2007 dalam bukunya "Sekilas Menapak Langkah Kerajaan Tanjungpura".

Penelurusan penulis kelahiran Teluk Melano 5 Juni 1938 ini terhadap kisah Pangeran Sidang Penape dimulai dari Batu Sebugal, batu hitam yang tengahnya agak cekung seperti bekas tempat duduk.

Untuk sampai ke Batu Sebugal di Matan Kecamatan Sukadana sekarang, dapat mengikuti arus dari Kampung Sepuncak, lalu tiba di muara Sungai Matan, airnya warna hitam tetapi tetap jernih.

Di sepanjang pinggir sungai Matan masih banyak terlihat peninggalan kerajaan Matan, barupa bekas tiang dari kayu belian (besi) dan nibung, pohon yang batangnya penuh duri.

Setelah masuk lebih jauh, tibalah ke dataran yang agak tinggi, tidak jauh dari tempat tersebut terdapat Batu Sebugal yang diyakini sebagai tembunik keturunan atau anak Pangeran Sidang Penape.

Masyarakat meyakini tembunik tersebut membatu karena pengaruh kesaktian Pangeran Sidang Penape yang tiada tandingan dan menggetarkan seluruh manusia di jagad raya ini.

Pangeran Sidang Penape merupakan kakak dari Raja Sukadana, tetapi nama dari raja tersebut tidak diketahui secara pasti, karena masyarakat hanya mengenalnya sebagai adik dari Pangeran yang sakti mandraguna.

Kesaktian Pangeran Sidang Penape membuatnya mengasingkan diri, menjauh dari orang banyak dan bermukim di Gunung Lalang, sekarang masuk Kelurahan Rantau Panjang.

*Aturan Gila Seorang Pangeran

Kendati sang adik yang menjadi Raja Sukadana, aturan dan kebiasaan Pangeran Sidang Penape yang menjadi undang-undangnya. Mau tidak mau, aturan tersebut harus dipatuhi.

Dari sekian banyak aturan dan kebiasaan Pangeran Sidang Penape, hanya satu aturan yang membuat hati Raja Sukadana gundah gulana dan rakyatnya menderita, tetapi takut membantah karena kesaktian pangerannya tidak tertandingi.

Aturan tersebut paling gila dari segala aturan (mungkin paling gila di dunia) karena setiap orang yang baru menikah dilarang bersama istrinya sebelum diserahkan dan digauli Pangeran Sidang Penape. Aturan itu ditentang, tetapi tidak seorang pun yang bisa berbuat banyak.

Raja Sukadana yang hanya menahan perih, karena penderitaan tersebut dialami rakyatnya. Sementara untuk menentang atau melawan, adiknya ini tidak memiliki kemampuan melawan kakaknya yang sakti mandraguna.

Nasihat dan bujuk rayu terus menerus dilakukan Raja Sukadana untuk menyadarkan kakaknya, Pangeran Sidang Penape. Karena adat yang diberlakukan itu tidak dibenarkan dan seluruh rakyat Sukadana menolaknya.

Mendapat nasihat dari Raja Sukadana yang merupakan adiknya sendiri, justru Pangeran Sidang Penape menjadi berang. "Itu adalah aturan dan adat bagi setiap orang di daerah ini, siapa yang tidak senang silakan keluar saja," bentak Pangeran Sidang Penape.

Karena aturan tersebut tidak sanggup dihilangkan melalui nasihat dan bujuk rayu, hari demi hari jumlah penduduk Sukadana semakin berkurang. Sedikit demi sedikit penduduknya pindah ke daerah lain yang tidak memiliki aturan seperti yang diterapkan Pangeran Sidang Penape.

*Skenario Membunuh Pangeran

Nasihat tidak dipakai, bujuk rayu tidak diindahkan. Akhirnya Raja Sukadana berunding dengan seluruh menteri dan hulubalang untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang ditimbulkan Pangeran Sidang Penape.

Perundingan tersebut menghasilkan keputusan yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Karena merupakan satu-satunya cara agar rakyat Sukadana tentram, tanpa harus menyerahkan istrinya untuk digauli Pangeran Sidang Penape.

Keputusan tersebut berupa penyingkiran Pangeran Sidang Penape dari Sukadana atau menghabisi nyawanya. Dengan harapan tidak ada lagi yang meminta istri setiap orang yang baru menikah, hanya untuk memuaskan nafsunya.

Raja Sukadana pun mengumpulkan seluruh panglima hulubalang pilih tanding, gagah perkasa, bernyali tinggi dan memiliki berbagai kemampuan. Di antaranya tahan banting dan pukul, kebal senjata tajam, tumpul dan berat.

Semua panglima hulubalang yang telah dipilih dari yang terhebat, diperintahkan untuk menyerang Pangeran Sidang Penape secara bersamaan, baik dari depan dan belakang, maupun kiri dan kanan.

Pertempuran dahsyat pun tidak dapat dihindari antara Pangeran Sidang Penape (seorang diri dengan tangan kosong) melawan puluhan panglima hulubang pilihan Raja Sukadana yang telah dilengkapi berbagai jenis pusaka.

Di luar dugaan, satu persatu dari puluhan panglima hulubalng mundur dan ada pula yang tidak sanggup lagi bangun dari arena pertempuran melawan Pangeran Sidang Penape.

Sedangkan Pangeran Sidang Penape tidak cidera sedikitpun, hanya keletihan luar biasa yang dirasakannya melawan puluhan panglima hulubalang terpilih itu.

Saking letihnya, saudara tua Raja Sukadana ini merebahkan tubuhnya di atas batu besar di atas gunung, kawasan tempat tinggalnya yang menjadi arena pertempuran.

*Dalam Keadaan Tidur pun Tak Bisa Dibunuh

Ketika Pangeran Sidang Penape tertidur pulas, dimanfaatkan panglima-panglima hulubalang untuk kembali menyerang abang Raja-nya tersebut. Karena itu satu-satu kesempatan (menurut mereka) bisa menghabisi pangeran "bejat" itu.

Panglima-panglima itupun menghujamkan keris, golok, tombak dan senjata pusaka lainnya berkali-kali ke tubuh Pangeran Sidang Penape yang terlentang di atas batu. Menakjubkan, jangankan luka, bangun pun tidak dari tidurnya.

Bahkan dengkuran Pangeran Sidang Penape semakin keras dan sesekali mengibas-ngibaskan tangannya, seolah menampar nyamuk yang hinggap di tubuhnya. Padahal puluhan jenis senjata dihujamkan beratus-ratus kali ke tubuhnya.

Jangankan terluka akibat senjata pusaka yang dihujamkan puluhan panglima hulubalang, sedikitpun kulit Pangeran Sidang Penape tidak tergores. Justru senjata para panglima hulubalang yang bengkok-bengkok dan patah.

Akhirnya, para panglima hulubalang itu merasa letih dan putus asa karena senjata pusakanya tidak mampu digunakan lagi untuk membunuh Pangeran Sidang Penape yang tidak bangun dari tidurnya itu.

Di tengah keheranan dan keputusasaannya, para pangling hulubalng kerajaan Sukadana itu pun kembali dan melapor ke rajanya. Dengan berat hati, mereka menyampaikan kalau titah baginda raja tidak dapat dilaksanakan.

Peristiwa mencengangkan ini membuat nama Pangeran Sidang Penape semakin tenar seantero negeri dan meluas ke kerajaan-kerajaan lainnya. Kesaktiannya yang luar biasa itu menjadi perbincangan di mana-mana.

Tetapi, Raja Sukadana beserta rakyatnya semakin gelisah karena peristiwa penyerangan yang dilakukan para panglima hulubalang tidak membuahkan hasil. Semuanya merasa khawatir, kalau peristiwa penyerangan itu akan membuat Pangeran Sidang Penape menerapkan aturan yang lebih bejat lagi.

*Pangeran Sidang Penape Tak Bergeming

Usai mengalami percobaan pembunuhan, Pangeran Sidang Penape bertanya-tanya kepada dirinya sendiri; siapakah yang memerintahkan panglima-panglima hulubalang, para pendekar yang mengeroyoknya itu.

Sepengetahuan Pangeran Sidang Penape, panglima hulubalang yang menyerangnya itu hanya patuh pada Raja Sukadana, adik kandungnya. Tetapi, dugaannya itu serasa tidak mungkin, karena adiknya begitu bijaksana dan baik kepadanya.

Untuk mengetahui kepastian siapa dalang yang berencana membunuhnya, Pangeran Sidang Penape pun menemui sang adik di istana kerajaan Sukadana.

Kedatangan pangeran sakti madraguna ini membuat kecut seluruh penghuni istana, termasuk Raja Sukadana. Khawatir Pangeran Sidang Penape mengamuk dan membunuh siapa saja yang ditemui.

Tetapi, dugaan Raja Sukadana bersama penghuni istana lainnya tidak tepat. Pasalnya, Pangeran Sidang Penape datang ke istana secara baik-baik tanpa bermaksud mengamuk apalagi membunuh. Karena kedatangannya hanya untuk menanyakan dalang percobaan pembunuhan terhadap dirinya.

Ketika Raja Sukadana telah di hadapannya, Pangeran Sidang Penape pun menyampaikan maksudnya. "Siapakah yang menyuruh panglima hulubalang itu mengeroyokku dan mencoba membunuhku," tanyanya.

Sontak, dada Raja Sukadana bergetar, karena takut akan kemurkaan Pangeran Sidang Penape, kalau mengetahui dalang percobaan pembunuhan yang menghebohkan seantero negeri itu adalah dirinya.

Kendati perasaan takut menyelimuti hati, tidak menjadikan Raja Sukadana seorang pendusta. "Akulah Bang," katanya menjawab pertanyaan Pangeran Sidang Penape.

Mendengar jawaban Raja Sukadana itu, Pangeran Sidang Penape keheranan dan kembali bertanya. "Mengapa kau ingin membunuhku, Abangmu sendiri," katanya.

Raja Sukadana pun menceritakan latar belakang rencana pembunuhan terhadap Pangeran Sidang Penape, yakni tidak sanggup lagi melihat dan mendengar keluhan rakyatnya terhadap aturan yang diberlakukan; menyerahkan istri yang baru dinikahi kepada pangeran.

"Kalaulah Abang mau memperistri banyak gadis, aku bisa mencarikannya, yang tercantik sekalipun. Asalkan tidak memberlakukan aturan yang menyusahkan rakyatku itu," kata Raja Sukadana.

Janji adiknya itu tidak membuat Pangeran Sidang Penape luluh. "O..., tapi bukan itu yang aku inginkan. Aku tidak perlu istri yang banyak dan cantik-cantik, tapi aku ingin adat aturan ini berlaku sepanjang hidupku," tegasnya.

Usai berkata demikian, Pangeran Sidang Penape langsung kembali ke gunung. Sementara adiknya, Raja Sukadana kembali mengeluhkan tingkah abangnya yang menyebabkan jumlah penduduk Sukadana semakin berkurang setiap hari.

*Bunuh Pangeran dengan Cara "Halus"

Raja Sukadana pusing tujuh keliling menghadapi Pangeran Sidang Penape, karena bujukan dan kekerasan tidak berguna lagi. Kebiasaan "Mencicipi" istri orang lain terus dilakukan saudaranya. Terpaksa, cara halus digunakan untuk melenyapkan pangeran yang menyengsarakan para suami itu.

Untuk melakukan cara halus tersebut, Raja Sukadana memanfaatkan kemampuan dua sahabatnya, Alap Alap dan Olop Olop. Keduanya ditugaskan menghabisi nyawa Pangeran Sidang Penape secara diam-diam.

Dipilihlah tengah malam Jumat untuk menghabisi nyawa Pangeran Sidang Penape. Bukannya dengan bertarung di tempat terbuka seperti yang pernah dilakukan panglima-panglima hulubalang sebelumnya, Alap Alap dan Olop Olop akan menyelinap untuk melaksanakan tugasnya, membunuh saudara tua Raja Sukadana itu.

Ketika penduduk sedang lelap dibuai mimpi di malam yang gelap dan sepi, Alap Alap menjelma menjadi seekor kunang-kunang. Selanjutnya terbang menembus kegelapan malam yang dihiasi suara hewan dan desiran angin.

Alap Alap yang telah menjadi kunang-kunang itu terbang menuju peraduan Pangeran Sidang Penape. Setibanya di rumah abang Raja Sukadana itu, kunang-kunang sakti itu pun hinggap di tabir jendela.

Alangkah kagetnya Alap Alap (Si Kunang-kunang) karena belum saja menguncupkan sayapnya, tiba-tiba terdengar suara dehem Pangeran Sidang Penape dan menyapanya dengan lembut. "Kaukah itu Lap," tanya pangeran sakti mandraguna itu.

Tanpa bisa berkelit (walaupun telah menjelma menjadi kunang-kunang), Alap-alap menyahuti sapaan Pangeran Sidang Penape. "Benar pengeran," katanya terbata-bata.

Pengeran Sidang Panape pun kembali bertanya, siapakah gerangan yang menyuruh Alap Alap, tetapi dijawab ramai orang yang menyuruhnya. "Nah, sekarang pulanglah," singkat pangeran yang semakin populer itu.

Tanpa basa-basi lagi, Alap Alap pun terbang kembali pulang dan menyampaikan usahanya yang gagal membunuh Pangeran Sidang Penape kepada Raja Sukadana.

Selanjutnya giliran Olop Olop yang akan melaksanakan tugasnya membunuh Pangeran Sidang Penape. Teman Alap Alap ini pun menjelma menjadi seekor kucing hitam. Tetapi, baru saja tiba dibendul pintu, kedatangannya sudah diketahui si empunya rumah yang menjadi sasaran pembunuhan.

"Apalagi kerja kau Lop, balik sajalah dan tidak usah datang-datang lagi kemari," kata Pangeran Sidang Penape kepada Olop yang terkejut bercampur takjub akan kesaktikan pengeran kerajaan Sukadana itu.

Sama halnya dengan Si Kunang-kunang, Olop Olop (Si Kucing Hitam) pun pulang mengadu ke Raja Sukadana, kalau tugasnya gagal dilaksanakan, karena ketahuan lebih dulu.

*Para Pendekar Banyak yang Takluk

Suatu ketika, datanglah seorang perantau Bugis yang ingin mengukur kesaktian Pangeran Sidang Penape. Karena pangeran Sukadana itu telah menjadi buah bibir di berbagai kerajaan.

Perantau Bugis itu pun menikahi gadis Sukadana dan tidak menyerahkan istrinya kepada Pangeran Sidang Penape di Gunung Lalang. Alhasil, penduduk Sukadana menjadi heboh, karena belum pernah yang berani melakukan hal tersebut.

Tidak seorang pun penduduk dapat membayangkan kemurkaan Pangeran Sidang Penape terhadap ulah Perantau Bugis yang tidak memenuhi adat yang dibuat saudara tua Raja Sukadana.

Sementara itu, kendati tinggal di Gunung Lalang, Pangeran Sidang Penape mengetahui dengan pasti siapa yang enggan melaksanakan aturan yang dibuatnya.

Pangeran Sidang Penape pun turun gunung. Dengan gaya khasnya, saudara tua Raja Sukadana ini berjalan perlahan menuju tempat tinggal Perantau Bugis bersama istri barunya.

Rakyat yang melihat Pangeran Sidang Penape berlenggang dari gunung pun segera menepi. Di samping diselimuti rasa takut, rakyat jelata itu pun terkagum-kagum dengan ketampanan dan senyuman pangerannya.

Kendati usia Pangeran Sidang Penape saat itu telah lebih lima puluh tahun, tetap saja kelihatan muda dan segar. Senyuman dan kerlingan matanya selalu memikat gadis-gadis Sukadana.

Setibanya di tujuan, Pangeran Sidang Penape pun menyapa Perantau Bugis dengan ramah. "Apa kabar rang dagang," katanya kepada orang yang telah petantang petenteng akan mengakhiri aturannya.

Perantau Bugis sempat terkesima dengan kewibawaan Pangeran Sidang Penape yang berdiri di depan pintu rumahnya. "Baik saja Pangeran," jawabnya.

Pangeran Sidang Penape pun menatap tajam dan dalam kepada Perantau Bugis seolah menahan amarah yang siap dilepaskan. "Tahukah rang dagang adat di sini," tanya Pangeran.

Perantau Bugis berpura-pura tidak tahu. Sehingga suara Pangeran Sidang Penape semakin meninggi, "Belum tahu katamu," sergah pria tidak beristri ini.

Pangeran Sidang Penape pun menjelaskan aturan yang dibuatnya. Tetapi Perantau Bugis itu tidak mau malaksanakannya, karena adat itu menghina dan merendahkan orang lain.

Perang mulut pun tidak dapat dielakkan, karena Perantau Bugis masih bersikukuh tidak mau melaksanakan aturan yang dibuat Pangeran Sidang Penape. Tiba-tiba terdengar suara lantang. "Langkahi dulu mayatku baru kau boleh mengambil istriku," kata Perantau Bugis lantang.

Pangeran Sidang Penape bukannya kaget, tetapi langsung melangkah masuk ke rumah. Melihat hal itu, dengan geram Perantau Bugis menghujamkan badiknya (cudik) berkali-kali ke tubuh Pangeran Sidang Panape. Kendati tepat sasaran, tidak menyebabkan luka sedikitpun.

Tanpa menghiraukan hujaman badik, Pangeran Sidang Penape memangkul istri Perantau Bugis ke luar rumah untuk di bawah ke Gunung Lalang, tempat peraduannya.

Perantau Bugis itu pun menghentikan hujamannya, karena badik di tangannya tinggal gagang. Badannya pun lunglai, sementara orang yang diserang tidak bergeming sedikitpun.

Setelah Perantau Bugis putus asa melakukan aksi konyolnya, Pangeran Sidang Penape menurunkan perempuan yang dipangkul agar dapat mengiringinya menuju peraduan.

*Belanda Tantang Pangeran Sidang Penape

Kesaktian Pangeran Sidang Panape kian populer seantero negeri. Tapi hal tersebut tidak menciutkan nyali kompeni Belanda yang ingin menjajah bumi pertiwi. Bahkan nekat menantang Pangeran Sidang Penape.

Ketika Belanda menginjakkan kakinya di Sukadana, masyarakat menganggap hal itu biasa. Karena kedatangan bangsa penjajah itu dengan baik, sehingga masyarakat tidak mengira akan mencaplok kerajaan Sukadana.

Tetapi, tiba-tiba Belanda mengultimatum Raja Sukadana untuk menyerahkan kekuasaannya. Kecuali kalau ada manusia yang sanggup menahan peluru meriamnya.

Raja Sukadana tentu saja tidak punya pilihan lain, karena untuk melawan serdadu Belanda, tentaranya yang tidak terlalu banyak dan tidak akan mampu menandingi kecanggihan peralatan penjajah tersebut.

Akhirnya, dipanggillah Pangeran Sidang Penape untuk memenuhi tantangan Belanda. Mendapat tantangan seperti itu, tidak membuat gentar pangeran yang "dibenci" rakyat Sukadana itu.

Ketika Pangeran Sidang Panape turun dari peraduannya di Gunung Lalang, rakyat telah berkumpul di tempat yang ditentukan untuk duel dengan Belanda. Harap-harap cemas pun terlihat dari wajah para penduduk, khawatir pengerannya itu celaka.

Setibanya Pangeran Sidang Penape, rakyat Sukadana memandangnya dengan rasa iba. Kendati pangerannya itu membuat aturan yang menyengsarakan rakyat, tetapi mereka tetap mencintainya, karena rela berkorban demi bumi pertiwi.

Duel antara Pangeran Sidang Penape dengan Belanda bukan orang per orang. Tetapi pengeran Sukadana itu diminta meletakkan telinganya di depan meriam untuk diledakkan.

Dengan tenang Pangeran Sidang Penape berdiri di moncong meriam Belanda dan mendekatkan telinganya. Melihat hal tersebut Raja Sukadana beserta rakyatnya semakin berdebar-debar, khawatir "pahlawannya" celaka.

Setelah mendapat aba-aba, meriam pun disulut dan mengeluarkan dentuman keras serta asap yang mengepul yang membuat Pangeran Sidang Penape tidak terlihat. Hal itu membuat deraian air mata mengalir dari ratusan pasang mata yang menyaksikannya.

Tetapi, di luar dugaan serdadu Belanda dan rakyat Sukadana, setelah asap menipis, tampak Pangeran Sidang Penape masih berdiri tegak tanpa luka sedikit pun sambil sesekali mengibaskan pakaiannya yang berdebu akibat peluru meriam. Rakyat Sukadana pun riang gembira menyaksikan peristiwa menakjubkan itu.

Usai mengunjukkan kebolehannya, Pangeran Sidang Penape langsung kembali ke tempat tinggalnya di Gunung Lalang. Sementara Belanda pun bertolak menggunakan kapal meninggalkan Sukadana.

Dari atas Gunung Lalang, Pangeran Sidang Penape menyaksikan kapal Belanda meninggalkan Sukadana, serta merta dia menjadi berang dan berteriak sekeras-kerasnya hingga terdengar semua orang. "Kenapa penjajah itu dibiarkan pergi, tembak...tembak mereka," lantangnya.

Lalu Pangeran Sidang Penape kembali menuruni gunung. Sementara di bawah Raja Sukadana beserta rakyatnya terperanjat mendengar teriakan itu dan berkumpul menunggu kedatangan pangeran Sukadana.

Setibanya di bawah, Pangeran Sidang Penape kembali berseru untuk menembak kapal Belanda. Dikarenakan kapal tersebut sudah terlalu jauh, Raja Sukadana pun tidak bisa memerintahkan prajurit untuk menembaknya dengan meriam.

Pangeran Sidang Penape pun semakin berang dan segera mengambil meriam serta menembak kapal-kapal Belanda itu. Satu persatu kapal Belanda beserta serdadu di dalamnya tenggelam terkena tembakan.

*Panggung Besar untuk Upacara Pengorbanan

Usai Pangeran Sidang Penape menenggelamkan kapal-kapal Belanda, berita kesaktiannya semakin meluas. Tetapi, aturan semula tetap berlaku dan menyengsarakan rakyat Sukadana.

Kendati telah berjasa melumatkan kompeni Belanda, tidak membuat Raja Sukadana berhenti berpikir untuk melenyapkan Pangeran Sidang Penape. Seluruh hulubalang dihimpun untuk mencari jalan keluar tanpa harus menjatuhkan korban.

Dari musyawarah Raja Sukadana beserta hulubalangnya itu menghasilkan mufakat untuk melenyapkan Pangeran Sidang Penape. Tetapi tanpa harus bergaduh agar tidak jatuh korban.

Pasca musyawarah, penghuni istana mulai sibuk, para hulubalang menjalankan tugasnya masing-masing, seolah-olah akan diadakan pesta besar-besaran. Panggung kehormatan pun dibangun di depan istana dengan dua tiang serinya berjarak hampir dua meter.

Panggung kehormatan itu disertai perlengkapannya yang akan digunakan pada hari yang telah diperhitungkan ahli nujum. Setibanya pada hari yang diterawang sangat tepat diadakan upacara, diundanglah Pangeran Sidang Penape.

Rakyat Sukadana sudah tumpah ruah di depan istana, kerena ingin menyaksikan perhelatan besar yang jarang sekali terjadi di negerinya itu. Sementara para hulubalang bersegera menjemput Pangeran Sidang Penape di Gunung Lalang.

Setibanya di gerbang istana, Pangeran Sidang Penape merasa heran melihat suasana di halaman depan istana yang dihiasi sedemikian rupa. Hamparan permadani laksana padang rumput yang hijau cemerlang, umbul-umbul berwarna-warni dan janur kuning.

Biasanya persiapan seperti itu hanya dilakukan untuk perhelatan besar, di antaranya pernikahan, pemakaman raja, penyambutan tamu kehormatan atau upacara pengorbanan.

Walaupun intuisi Pangeran Sidang Penape menggambarkan sesuatu yang tidak baik, tidak menyurutkan langkahnya memenuhi undangan adiknya. Karena menurutnya, tidak mungkin Raja Sukadana berniat lain terhadap dirinya setelah berhasil menenggelamkan kompeni Belanda.

Ketika pikiran Pangeran Sidang Penape sedang berkecamuk, tiba-tiba bergemalah genderang menyambut kedatangannya. Raja Sukadana yang mengenakan pakaian adat kebesarannya turun menyongsong Abangnya.

Kedua bersaudara itupun langsung berpelukan cukup lama, menggambarkan betapa eratnya rasa persaudaraan di antara keduanya. Tanpa sempat berkata-kata, keduanya pun berjalan berdampingan diiringi hulubalang dan penghuni kerajaan lainnya menuju panggung kehormatan di halaman istana.

*Pengorbanan Penjahat Kelas Kakap

Panggung kehormatan yang berdiri megah di halaman Istana Sukadana, biasanya dibangun untuk mengorbankan penjahat kelas kakap. Hal tersebut menjadi adat istiadat yang dilakukan turun temurun.

Ketika berjalan ke bangsal istana dengan diiringi Raja dan para pejabat Istana, Pangeran Sidang Penape masih belum mengetahui siapakah gerangan penjahat yang akan dikorbankan dengan perhelatan yang begitu besar itu.

Pangeran Sidang Penape menanyakan hal tersebut. "Perhelatan ini begitu besar, siapakah penjahat yang akan dikorbankan," tanyanya seraya menatap dalam-dalam wajah adiknya, Raja Sukadana.

Mendapat pertanyaan itu, Raja Sukadana pun menundukkan kepala dan menjawab dengan nada yang sangat berat seolah-olah ada yang mengganjal di lehernya. "Abanglah," singkatnya.

Bagaikan disambar petir di siang bolong, Pangeran Sidang Penape benar-benar tidak percaya atas ucapan adiknya itu. "Sampai hati benar kau dik, mengorbankan abangmu sendiri," lirihnya.

Sambil menahan perih di hati mendengar ucapan Raja Sukadana yang merupakan adik kandungnya sendiri, Pangeran Sidang Penape menerima keinginan tersebut dengan senang hati. "Kalaulah memang itu yang kau inginkan, ehm.. baiklah aku terima dengan senang hati," katanya.

Ucapan Pangeran Sidang Penape yang mengiba diri itu membuat Raja Sukadana hampir mengucurkan air mata. Karena di dalam benaknya berkecamuk, memilih cinta kasih kepada abangnya atau rakyatnya. Sehingga tidak sepatah kata pun yang terucap darinya.

Di tengah berkecamuknya pikiran Raja Sukadana dan kesalnya Pangeran Sidang Penape, tanpa disadari mereka sudah tiba di depan tangga Panggung Kehormatan, tempat pengorbanan itu.

Sambutan meriah dari rakyat dan para hulubalang membuyarkan pikiran Raja Sukadana dan Pangeran Sidang Penape. "Hidup yang mulia Raja,, hidup Pangeran," teriak para hulubalang bersamaan dengan penduduk Sukadana.

Berbagai jenis makanan dan minuman pun disajikan kepada Raja Sukadana dan Pangeran Sidang Penape. Untuk sejenak, kekalutan pikiran dua bersaudara itu sirna. Tetapi kembali menegang setelah menteri menghadap untuk menyampaikan waktu pengorbanan telah tiba.

Raja Sukadana merasa tidak tega menjatuhkan pengorbanan terhadap abangnya, Pangeran Sidang Penape, karena hal itu dirasakannya sama saja menguhukum mati diri sendiri. Lidahnya tidak mampu mengucapkan kata untuk menjawab pemberitahuan menterinya.

Ternyata rakyat Sukadana, juga belum mengetahui siapa gerangan yang akan dikorbankan. Tetapi mereka sudah dapat mengira karena melihat raut wajah Rajanya yang murung. Tidak dapat dibayangkan kalau yang dikorbankan itu Pangeran Sidang Penape yang telah berjasa mengusir bangsa penjajah.

Seorang pahlawan yang menyelamatkan bumi pertiwi dari penjajah, harus mati bersimbah darah dengan tubuh hancur di Panggung Kehormatan yang kokoh beralaskan permadani hijau. Mati sebagai penjahat di hadapan rakyat Sukadana.

Raja Sukadana masih menimbang-nimbang keputusan terakhirnya, membatalkan pengorbanan atau melaksanakannya. Tetapi dengan tegas raja berucap lantang, "Laksanakanlah".

Upacara pengorbanan pun dimulai. Seluruh para hulubalang sudah siap dengan senjata pusaka berupa keris, golok, badik yang diselipkan di pinggang. Mata mereka melotot tajam memperhatikan gerak gerik Pangeran Sidang Penape yang sedang duduk di samping Raja Sukadana.

Menteri Sukadana pun mempersilakan seluruh penduduk Sukadana untuk berdiri. Pangeran Sidang Penape diminta berdiri di tengah Panggung Kehormatan yang telah dikelilingi puluhan panglima hulubalang yang gagah perkasa.

Dengan gaya yang tenang dan berwibawa, berdirilah Pangeran Sidang Penape diiringi adiknya menuju tiang seri Panggung Kehormatan. Tiba-tiba saja suasana menjadi tegang, debaran jantung para penglima hulubalang semakin kencang, muka memerah lalu pucat pasih.

*Pangeran Sidang Penape Gagal Dikorbankan

Setibanya Pangeran Sidang Penape di antara tiang seri Panggung Kehormatan, menteri Sukadana pun memintanya untuk merentangkan kedua tangan. Hal itu dilakukan abang Raja Sukadana itu dengan senang hati.

Setelah kedua tangan Pangeran Sidang Penape menyentuh tiang seri Panggung Kehormatan, para panglima hulubalang yang sudah berdiri di sekeliling tiang seri, dengan sigap menangkap tangan pangeran Sukadana itu dan mengikatnya di masing-masing tiang seri.

Genderang perang pun ditabuh, gong mengalun bersahut-sahutan pertanda upacara pengorbanan telah dimulai.

Layaknya perang besar, para panglima hulubalang berteriak sambil menghujamkan senjatanya masing-masing ke tubuh Pangeran Sidang Penape yang berdiam diri tidak memberikan perlawanan.

Rakyat Sukadana yang berdesakan menyaksikan pengorbanan itu menjadi lengang dan meninggalkan prosesi pengorbanan. Karena tidak tega menyaksikan pembunuhan itu.

Beberapa orang tidak mampu membendung air matanya, karena rasa kemanusiaannya tidak membenarkan perlakuan yang ditimpakan ke Pangeran Sidang Penape.

Raja Sukadana pun membalikkan badannya, karena tidak ingin menyaksikan prosesi pengorbanan terhadap saudara kandungnya.

Di benaknya telah terbayang kalau tubuh Pangeran Sidang Penape luluh lantak, tergeletak bersimbah darah dihantam senjata pusaka para panglima hulubalang.

Tetapi, kendati tidak melihat prosesi pengorbanan, telinga Raja Sukadana mendengar dentingan dan dentuman seolah besi beradu besi. Dia pun segera membalikkan badannya dan melihat prosesi pengorbanan.

Mata Raja Sukadana terbelalak melihat kejadian di depannya. Pakaian Pangeran Sidang Penape hangus dan hancur dihantam pusaka turun temurun milik para panglima hulubalang. Tetapi tubuhnya tidak tergores sedikitpun.

Kejadian tahun-tahun sebelumnya terulang kembali. Semua senjata pusaka yang ditikamkan, tidak mampu menggores kulit Pangeran Sidang Penape, apalagi membunuhnya.

Bahkan kondisi senjata pusaka milik para penglima hulubalang sangat memprihatinkan, karena bengkok dan patah berkeping-keping.

Tubuh Pangeran Sidang Penape kaku dan keras seperti baja. Senjata pusaka yang menyentuh tubuhnya menimbulkan percikan api, seolah besi yang dihantamkan dengan besi.

Ratusan kali tikaman dialamatkan ke tubuh Pangeran Sidang Penape, tetapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya, para panglima hulubalang lesu darah dan mulai menjauhkan diri. Selain karena senjatanya pusakanya telah rusak, juga takut Pangeran Sidang Penape membalasnya.

Keringat bercucuran di tubuh para panglima, rasa letih pun mendera seluruh tubuhnya. Upaya untuk mendapatkan balasan jasa atas keberhasilan membunuh Pangeran Sidang Penape tinggal sebatas harapan. Karena senjata yang sudah ditempah sedemikian rupa tidak mampu melukai saudara tua Raja Sukadana itu.

*Pangeran Sidang Penape Menangis

Tetapi, Pangeran Sidang Penape bukannya gembira atau congkak karena tidak seorang pu yang berhasil menghabisi nyawanya. Abang Raja Sukadana ini malah bersedih, air matanya meleleh membasahi pipi. Tidak ubahnya anak kecil yang dipukul orangtuanya.

Bukannya sakit karena dihujam senjata tajam, Pangeran Sidang Penape menangis karena tidak menyangka adik kandung yang begitu disayangi, ternyata menginginkan kematiannya. Sehingga pria tangguh itu tidak sanggup lagi membendung air matanya.

Pangeran Sidang Penape tidak habis pikir, adiknya (seorang raja yang bijaksana dan begitu menyayanginya" bermaksud menghabisi nyawa saudara kandungnya di Panggung Kehormatan, suatu tempat untuk mengorbankan para penjahat.

"Adikku... mengapa engkau tega mau menghabisi nyawa Abangmu," katanya lirih seraya menatap Raja Sukadana yang terpaku di tempatnya menyaksikan prosesi pengorbanan.

Raja Sukadana pun kelimpungan mendengar ucapan Pangeran Sidang Penape. Tiba-tiba saja suasana menjadi hening, tidak seorang pun yang berani mengeluarkan suara.

Para panglima hulubalang yang tadinya memiliki semangat membunuh, ikut terpaku melihat ksatria sejati di hadapannya meneteskan air mata.

Sementara itu, Raja Sukadana bertambah bingung menjawab pertanyaan dari abangnya. Dengan suara berat dan terbata-bata dia berkata.

"Maafkan aku kakanda, hal ini kulakukan demi penduduk Sukadana yang sudah tidak sanggup lagi menaati adat yang Abang berlakukan, karena adat itu bertentangan dengan rasa kemanusiaan," terangnya.

Usai berkata demikian, Raja Sukadana langsung terdiam, karena tidak sanggup melihat tetesan airmata abang kandungnya yang semakin menjadi-jadi, seolah tumpah begitu saja dari matanya.

Mendengar jawaban adiknya, Pangeran Sidang Penape hanya menggeleng-gelengkan kepala, merasa tidak percaya atas jawaban yang dilontarkan saudara kandungnya.

"Baiklah...baiklah...kalau adik memang mengingikan kematianku, aku tidak bisa mengelak lagi. Mungkin memang sudah suratan takdir kalau aku mati di tangan adik kandungku sendiri," katanya.

*Pangeran Sidang Penape "Buka Kartu"

Kesalahan terkadang baru disadari setelah orang lain memiliki keinginan yang kuat untuk menyadarkannya. Hal itulah yang terjadi pada Pangeran Sidang Penape. Kebulatan tekad Raja Sukadana membuatnya menyadari kesalahan yang dilakukan.

Pangeran Sidang Penape menarik napas dalam-dalam. Selanjutnya berkata kepada adiknya. "Apalah artinya aku hidup bila adikku sendiri membenciku. Agaknya ajalku pun sudah dekat," lirih pangeran sakti mandraguna itu berusaha menegarkan hatinya.

Raja Sukadana hanya terpaku dengan wajah yang tidak berseri sama sekali. Orang nomor satu di Kerajaan Sukadana itu pun berlutut dan memeluk kaki abangnya, meratap dan menangis seraya meminta maaf kepada saudara tuanya itu.

"Ampun Bang....ampun, ampunilah kesalahanku," kata Raja Sukadana tanpa bisa berucap banyak dan air matanya mengalir deras di pipi.

Berat lidahnya berkata-kata karena tertekan perasaan atas segala perbuatannya yang melukai, menghancurkan hati dan perasaan abangnya.

Pangeran Sidang Penape pun dengan bijaksana berusaha menghibur adiknya. "Sudahlah...sudahlah adikku. Karena ajalku pun memang sudah tiba. Janji akhir telah diputuskan, suratan telah ditentukan, takdir sudah menunggu, aku harus mati di tanganmu sendiri," katanya.

Kendati harus mati di tangan adiknya, Pangeran Sidang Penape telah memaafkan perlakukan Raja Sukadana terhadapnya. "Aku mengerti kau tidak akan sampai hati melakukan ini, tetapi demi rakyatmu, demi kerajaanmu, ini harus kau lakukan," tegasnya.

Pangeran Sidang Penape menyadari selama ini selalu mementingkan diri sendiri, memenuhi perintah nafsu tanpa memikirkan perasaan orang lain.

"Itu pun aku terima, karena sudah suratan lahir dan pintaan badan," tuturnya dengan lancar, teratur dengan wajah yang tampak tenang.

Raja Sukadana pun terisak-isak, tangisnya perlahan-lahan mulai mereda. Pelukan di kaki abangnya pun dilepas dan berdiri seraya merangkul Pangeran Sidang Penape. Di tubuh abangnya, Raja Sukadana kembali menangis.

Ketika ayahandanya meninggal dunia, hanya air mata perpisahan yang mengalir, karena orang yang sangat dihormatinya itu meninggal secara wajar akibat lanjut usia. Tapi kini, abangnya harus mati di tangannya sendiri, atas permintaan Pangeran Sidang Penape.

Suasana menjadi hening, yang terdengar hanya tangis Raja Sukadana. Tiba-tiba Pangeran Sidang Panape berucap. "Ambillah keris di bawah bantalku. Keris itu tidak bergagang, buatlah gagangnya dari tebu. Aku tidak akan mati oleh senjata pusaka apapun, kecuali dengan keris pusaka itu. Ambillah...," perintahnya.

Dengan suara yang berat dan perlahan, Pangeran Sidang Penape melanjutkan kata-katanya. "Jangan kau tikamkan keris pusaka itu ke tubuhku. Tetapi goreskan saja di tepi telingaku. Setelah itu baringkan aku di peraduan dengan dijaga seorang perawan, sebagai istriku yang terakhir," pintanya.

*Matinya Seorang Pangeran Sakti Mandraguna

Raja Sukadana pun segera memerintahkan dua orang prajuritnya mengambil pusaka tidak bergagang (seperti yang disebutkan Pangeran Sidang Penape). Dua orang lagi diperintahkan membuat gagang keris dari tebu.

Tidak sampai satu jam, suruhan Raja Sukadana sudah kembali membawa keris pusaka milik Pangeran Sidang Penape yang disimpan di bawah bantal. Gagang keris pun telah dibuat dari tebu.

Segera saja, keris pusaka berwarna cokelat tua yang belum bergagang dan gagang dari tebu diserahkan ke Raja Sukadana. Selanjutnya, gagang tersebut dipasang ke keris dari besi tua itu.

Sesuai arahan Pangeran Sidang Penape yang memberikan cara menghabisi nyawanya, Raja Sukadana pun menggoreskan keris pusaka bergagang tebu di dekat telinga abangnya itu.

Perlahan tapi pasti, darah berwarna putih mengalir dari dekat telinga Pangeran Sidang Penape. Tubuh yang gagah perkasa, berotot dan tidak pernah terluka itu pun mulai lunglai.

Melihat keadaan tersebut, Raja Sukadana pun dengan sigap menangkap tubuh Pangeran Sidang Penape, diikuti para panglima hulubalang. Beberapa pengawal istana Sukadana pun menyelimuti tubuh pangeran sakti mandraguna itu dengan selimut tebal.

Hulubalang lainnya pun terburu-buru membawa tandu beratap kain warna kuning keemasan yang tiap pinggirnya memiliki renda. Di dalamnya tersedia kasur empuk berseprai indah.

Tubuh Pangeran Sidang Penape yang kian lesu dimasukkan secara perlahan ke tandu kerajaan itu. Delapan para hulubalang segera mengangkat tandu yang di dalamnya telah terbaring seorang pangeran yang tidak berdaya.

Dengan suasana hening yang kian mencekam, tandu kerajaan berjalan perlahan diiringi Raja Sukadana, para menteri, pejabat kerajaan dan ratusan hulubalang.

Semua wajah tertunduk lesu dan air mata mengalir dari beberapa pasang mata yang mengiringi Pangeran Sidang Penape.

Cukup panjang perjalanan rombongan yang membawa Pangeran Sidang Penape menuju Gunung Lalang, tempat peraduan sekaligus tempat peristirahatan menuju kematian abang Raja Sukadana itu.

Setibanya di gerbang tempat Pangeran Sidang Penape bertapa di Gunung Lalang, tandu kerajaan diturunkan.

Beberapa hulubalang pun mengusung tubuh dalam selimut tebal yang mulai basah terkena darah warna putih yang keluar dari luka goresan di dekat telinganya.

Kemudian tubuh Pangeran Sidang Penape dibaringkan di tempat tidur. Sesuai wasiatnya, seorang perawan pun diperintahkan untuk menemaninya.

Tiga hari tiga malam, perawan yang menemani Pangeran Sidang Penape di dalam kamar tidak memberi kabar. Para panglima hulubalang dan dayang-dayang istana pun bergiliran menjaga rumah di Gunung Lalang itu.

Tepat pada akhir di hari ketiga, Si Perawan (yang mungkin tidak perawan lagi) memberitahukan kepada para hulubalang, bahwa saudara tua Raja Sukadana telah meninggal dengan tenang di pangkuan wanita terakhir yang menemaninya itu.

*Dimanakah Keturunan Sebugal?

Kematian Pangeran Sidang Penape di pangkuan perempuan terakhir yang menemaninya, membuat seluruh penduduk Sukadana bersedih. Masyarakat telah melupakan aturan atau adat yang membuat mereka sengsara selama ini.

Kesedihan pun memuncak ketika prosesi pemakaman Pangeran Sidang Penape. Dari para pejabat istana hingga rakyat jelata menangisi kepergian pangeran yang berhasil meneggelamkan kapal-kapal Kompeni Belanda itu.

Proses pemakaman yang dilaksanakan dengan adat kebesaran kerajaan itu merupakan akhir kisah seorang pangeran yang menerapkan adat di luar prikemanusiaan dan tidak menghormati hak orang lain. Tetapi juga seorang pahlawan yang mengusir penjajah dari bumi pertiwi.

Sejak meninggalnya Pangeran Sidang Penape, kehidupan penduduk Sukadana normal kembali; negeri yang aman dan tentram.

Rakyat yang hidup berpindah-pindah mencari kebutuhan sehari-hari dan kembali ke tempat tinggalnya setelah selesai memenuhi kewajibannya mencari nafkah bagi keluarga.

Namun, nama Pangeran Sidang Penape selalu menjadi buah bibir dan menjadi kisah kebanggaan bagi negerinya, karena memiliki seorang pangeran yang sakti mandraguna, tidak tertandingi dan berhasil mengusir penjajah Belanda.

Tidak seorang pun yang memperdulikan lagi tentang peraturan yang pernah diterapkan Pangeran Sidang Penape. Mereka memilih mengenang kebaikan orang lain dan melupakan kejahatan yang pernah dilakukannya.

Sembilan bulan sepuluh hari sejak kematian Pangeran Sidang Penape, perempuan yang menungguinya melahirkan seorang putra. Kelahirannya sangat mengejutkan orang banyak, karena tembuniknya keras, membesar dan membatu.

Tembunik inilah yang disebut Batu Sebugal. Kini dianggap sebagai peninggalan kerajaan tua Matan.

Hingga akhir kerajaan Simpang, Batu Sebugal itu dijadikan benda keramat, batu tempat bertapa mengharapkan kesaktian Pangeran Sidang Penape, pendekar sakti yang tidak pernah memiliki seorang murid.

Pangeran Sidang Penape tidak pernah menurunkan sedikitpun kesaktian yang dimilikinya kepada orang lain seperti kebal senjata tajam dan tumpul, tahan tembak, rendam, bakar dan segala jenis kedigjayaan lainnya.

Tetapi masyarakat menyakini, dengan bertapa di atas Batu Sebugal dan mengalami berbagai cobaan serta godaan, orang tersebut akan mewarisi segala kesaktian yang pernah dimiliki Pangeran Sidang Penape.

Dahulu kala, orang yang selesai bertapa di Batu Sebugal, kesaktiannya akan dites (dicoba) dengan merobek batang-batang pohon yang besar dan ditikam atau digores dengan senjata tajam. Bila kulitnya masih tergores, orang tersebut akan kembali bertapa hingga keinginannya tercapai.

Orang melupakan kalau Pangeran Sidang Penape memiliki keturunan, seorang putra yang lahir dengan tembunik yang membantu. Padahal telah diyakini kalau kesaktian Pangeran Sidang Penape menitis pada orang yang disebut Keturunan Sebugal itu.

Kendati demikian, Keturunan Sebugal ini bukannya tidak ada. Mereka memiliki ciri-ciri berbadan besar, tegap dan gagah. Tetapi tidak pernah memperlihatkan kesaktian seperti halnya Pangeran Sidang Penape.

Masyarakat sekarang tidak mengetahui secara pasti, siapa saja Keturunan Sebugal. Karena tidak seorang pun dari keturunan Pangeran Sidang Penape itu yang populer, baik karena kesaktian maupun perbuatannya.

Selain kisah Pangeran Sidang Penape yang mengagumkan, orang-orang tertentu masih mencari siapa dan di mana keberadaan Keturunan Sebugal. Tentu saja mengharapkan orang tersebut menurunkan kesaktian Pangeran Sidang Penape kepadanya.

*Kesaktian Pangeran Sidang Penape Terus Diburu

Sampai sekarang pun, masih banyak yang tergiur mewarisi kesaktian Pangeran Sidang Penape seperti kebal senjata tajam dan tumpul, tahan tembak, rendam, bakar dan segala jenis kedigjayaan lainnya.

Berbagai cara pun ditempuh, di antaranya dengan bertapa di Batu Sebugal, yang diyakini merupakan tembunik keturunan satu-satunya Pangeran Sidang Penape dari perempuan yang menemaninya ketika detik-detik menjelang kematian.

Bagi yang bertapa di atas Batu Sebugal, akan mengalami berbagai cobaan dan hambatan. Tetapi, dari berbagai cerita masyarakat, tidak disebutkan jenis cobaan dan hambatan yang harus dilalui untuk mendapatkan kesaktian yang dimiliki Pangeran Sidang Penape itu.

Tidak hanya jenis cobaan yang tidak diketahui secara pasti, lamanya waktu bertapa pun tidak disebutkan. Apalagi hal itu hanya didasarkan pada keyakinan masing-masing bukan ketentuan yang diberikan seorang guru atau dari Pangeran Sidang Penape Sendiri.

Selain itu, tidak satu pun cerita lisan maupun tulisan yang menyebutkan siapa dan di mana tempat tinggal Keturunan Sebugal. Masyarakat hanya meyakini kalau keturunan Pangeran Sidang Penape itu berbadan besar, tegap dan gagah.

Berpuluh-puluh tahun masyarakat mencari tahu siapa Keturunan Sebugal, tapi tidak membuahkan hasil. Karena tidak satupun yang mengaku atau diketahui sebagai keturunan Pangeran Sidang Penape.

Seiring peralihan dan perkembangan zaman, kisah Pangeran Sidang Penape dianggap legenda belaka. Bahkan beberapa orang meragukan kebenaran kisahnya. Karena tidak ada bukti yang otentik selain Batu Sebugal yang diyakini sebagai tembunik anak Pangeran Sidang Penape.

Tetapi cerita pangeran sakti mandraguna itu terus diwariskan. Termasuk kepada anak-anak sekolah. Karena di dalam kisah Pangeran Sidang Penape terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.

Di antaranya, tidak selamanya adat itu memberikan dampak positif kalau melanggar nilai kemanusiaan. Kesaktian tidak menjamin seseorang tidak bisa mati (pasti ada kelemahannya), karena setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati.

Nasionalisme Pangeran Sidang Penape patut diacungi jempol, dia rela berkorban agar daerahnya tidak dijajah. Selain itu, kesaktiannya juga digunakan untuk meluluhkan lantakkan penjajah yang ingin merenggut bumi pertiwi.

Pada kisah Pangeran Sidang Penape juga terdapat nilai positif lainnya, yakni mendahulukan kepentingan umum ketimbang pribadi, seperti yang dilakukan Raja Sukadana yang mengorbankan persaudaraan demi kemaslahan rakyatnya. (*)

Ngopi Sambil Nonton atau Nonton Sampil Ngopi di Kedai Che

 
PONTIANAK. Puluhan pemuda memadati Kedai Che di Jalan KHW Wahid Hasyim (Jalan Penjara), Selasa (6/4) malam. Sambil menikmati segelas kopi dan memanfaatkan wireless, bola maniak tersebut menyaksikan pertandingan CSKA Moskva melawan (versus) Inter Milan, dilanjutkan dengan Barcelona versus Arsenal dalam lanjutan Liga Champion.

Pada pertandingan pertama, penggila bola itu tidak terlalu ekspresif. Tetapi ketika pertandingan kedua dimulai, suasana Kedai Che menjadi riuh dengan sorak. dan tepuk tangan. Apalagi ketika Leonel Messi (Barcelona) berhasil menyarangkan empat gol ke gawang Arsenal. Serunya pertandingan di Nou Cam -kandang El Barca- membuat beberapa facebooker untuk sementara meninggalkan game poker-nya.

Kondisi serupa tentunya juga terjadi di beberapa kedai, warung kopi atau cafe yang menayangkan pertandingan sepak bola  yang menampilkan pemain-pemain dunia tersebut. Pemandangan seperti ini tidak pernah disadari sejak kapan bermula. Sebagian besar menganggap kebiasaan itu sudah lumrah ketika berlangsung berbagai laga sepakbola, baik itu liga antarklub se-negara, se-benua, apalagi pada Piala Dunia mendatang. 

Kebiasaan ini pula yang mengubah "fungsi" kedai, warung kopi, cafe atau apapun namanya. Tidak hanya menjadi tempat untuk menyeduh kopi atau minuman lainnya. Tetapi, ditambah juga dengan kebiasaan online atau lebih akrab disebut ol dan menyaksikan pertandingan olahraga rakyat seperti sepakbola. Sehingga tanpa diketahui atau disadari apakah mereka minum kopi sambil berselancar di dunia, menonton sepak bola atau sebaliknya. 

Yang jelas kebiasaan tersebut tentunya memberikan keuntungan yang tidak sedikit bagi pemilik kedai, cafe , warung kopi . Karena warga Kota Pontianak memang sudah akrab dengan jenis usaha ini. Sehingga tidak mengherankan, hampir di setiap sudut Bumi Khatulistiwa, julukan Ibukota Provinsi Kalbar ini ditemukan warung kopi dan jarang sekali sepi pengunjung apalagi bila warung tersebut menayangkan pertandingan sepakbola menggunakan televisi biasa atau proyektor.

Kedai, warung kopi, cafe mungkin lebih dipilih karena bebas dari berbagai "gangguan" dan tentunya mengasyikkan. Sebagai contoh, menonton pertandingan sepakbola di rumah sendirian tentunya memiliki "aura" yang berbeda ketika menyaksikannya bersama orang lain, terlepas orang itu dikenal atau tidak. Kendati beda selera dan mendukung klub yang berbeda pula, tidak menjadikan mereka saling mencaci atau bentrok di tempat umum itu. 

Tetapi, tempat usaha ini bukan berarti benar-benar bebas gangguan sama sekali. Hal tersebut diakui salah seorang bola mania, sebut saja Ardi, warga Sungai Jawi Dalam. "Sekarang cafe juga sudah menjadi target razia Satpol PP. Dalam razia tersebut, banyak yang diangkut karena tidak membawa KTP (Kartu Tanda Penduduk, red)," kata pria yang sudah sejak lama "mangkal" di berbagai warung kopi di bilangan Pontianak itu.

Ternyata, "kebiasaan" Satpol PP yang merazia cafe, baru-baru saja terjadi. Sebelumnya pamong praja itu merazia tempat-tempat hiburan malam, seperti diskotek, tempat karaoke, panti pijit, salon, hotel dan lainnya. Dalam razia tersebut, yang dipersoalkan selalu mengenai kepemilikan KTP, walaupun pada akhirnya banyak "orang-rorang tidak benar" yang terjaring, termasuk Wanita Tuna Susila (WTS) karena melakukan Tindak Pidana Ringan (Tipiring) dan lainnya. (*)

Jumlah Wisman Naik 124,58 Persen

PONTIANAK. Pada Februari atau bulan kedua sejak di-launching-nya Tahun Kunjungan (Visit Years) Kalbar 2010, jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang berkunjung ke Kalbar meningkatt 128,58 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Peningkatan tersebut dikarenakan beberapa diselenggarakannya beberapa even budaya di Kalbar seperti Cap Go Meh, Robo'-Robo' dan lainnya," terang Iskandar Zulkarnaen, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar ketika Berita Resmi Statistik di Kantor Bulog Divre Kalbar, Kamis (1/4).

Jumlah Wisman yang berkunjung ke Kalbar melalui Entikong dan Supadio pada Februari mencapai sekitar 2.567 orang atau meningkat 124,58 persen dibandingkan Januari 2010 sekitar 1.143 orang.

Jumlah Wisman yang datang di Kalbar lebih banyak melalui pintu Entikong sekitar 2.309 orang atau meningkat 134,18 persen di bandingkan bulan sebelumnya 986 orang. Sedangkan jumlah Wisman yang masuk melalui Supadio pada Februari 2010 hanya meningkat sekitar 64,33 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Dari dua pintu masuk itu, Entikong masih tetap mendominasi Wisman yang datang ke Kalbar yaitu 88,91 persen. Sedangkan melalui Supadio 11,19 persen," ungkap Iskandar.

Peningkatan jumlah Wisman yang berkunjung ke Kalbar tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk memilihara dan mengembangkan kebudayaan.
Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH mengatakan, untuk mendukung terpeliharanya nilai-nilai budaya masyarakat Kalbar, pada 2009 telah dianggarkan dalam belanja tak langsung sekitar Rp 7,526 miliar dan belanja langsung sekitar Rp 10,373 miliar untuk membiayai penyelenggaraan urusan kebudayaan.

Program-program yang dilaksanakan untuk penyelenggaraan urusan kebudayaan tersebut, meliputi pengembangan nilai-nilai budaya, pengelolaan kekayaan budaya, pengelolaan keragaman budaya dan pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya. "Atas dasar penyelenggaraan urusan budaya ini, diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam mengembangkan pariwisata di Kalbar," harap Cornelis.

Dia mengatakan, nilai-nilai budaya yang dimiliki patut dipelihara dan kembangkan. Paling tidak nilai-nilai tersebut dapat mengarah pada terwujudnya rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sebagai masyarakat Kalbar dan sebagai bangsa Indonesia.

Sementara itu, kendati jumlah Wisman yang berkunjung ke Kalbar meningkat drastis untuk menyaksikan even-even budaya yang diselenggarakan beberapa etnis, tingkat hunian kamar hotel mengalami penurunan.

Dari data yang dirilis BPS Kalbar, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Kalbar pada Februari 2010 rata-rata 34,4 persen atau menurun sekitar 5,78 poin dibandingkan bulan sebelumnya sekitar 40,18 persen.

Hotel bintang satu menempati urutan tertinggi dengan TPK sekitar 44,96 persen, naik 3,55 poin ketimbang bulan sebelumnya. Hotel bintang dua meningkat 0,91 poin. Hotel bintang tiga menurun 7,66 poin.

Penurunan juga terjadi pada TPK akomodasi lainnya di Kalbar. Pada Februari 2010 rata-rata 36,23 persen atau turun sekitar 0,68 poin dibandingkan dengan TPK pada Januari 2010 sekitar 36,91 persen.

Hampir semua TPK kelompok kamar akomodasi lainnya mengalami penurunan pada Februari 2010, kecuali kelompok kamar 25-40 dan di atas 100.
Kelompok kamar di bawah 10 menurun 20,6 poin, 10-24 menurun 8,23 poin, 41-100 menurun 1,04 poin. Sedangkan kelompok kamar yang mengalami peningkatan yakni kelompok 25-40 naik sekitar 7,17 poin dan kamar di atas 100 naik 1,71 poin. (*)

Pemerintah Fokus Pertanian, Tapi Kesejahteraan Petani Turun

PONTIANAK. Hingga 2009, sektor pertanian masih menjadi urusan pokok Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar. Ironisnya, pada awal 2010 tingkat kesejahteraan para petani malah menurun.

"Penyelenggaraan urusan pertanian masih merupakan urusan pokok yang harus dilaksanakan," kata Drs Cornelis MH, Gubernur Kalbar ketika menyampaikan Lapora Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) 2009 dalam Paripurna DPRD Kalbar, Rabu (31/4).

Sektor pertanian masih menjadi urusan pokok tersebut, karena didasarkan pada data Kalbar dalam Angka 2009, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya, baik atas dasar harga berlaku menuru lapangan usaha maupun harga konstans 2000 menurut lapangan usaha.

Berdasarkan data tersebut, sektor pertanian dan industri pengolahan, pertambangan non migas dan penggalian masih memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalbar.

"Sehingga dapat dikatakan bahwa potensi unggulan Kalbar masih terfokus pada sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan," terang Cornelis.

Dari data tersebut, tambah dia, dalam kaitannya dengan penyelenggaraan urusan pilihan, penyelenggaraan urusan pertanian masih menjadi urusan pokok. "Karena di samping sebagai salah satu faktor penggerak pertumbuahan ekonomi, juga diharapkan dapat memperluas lapangan usaha masyarakat," kata Cornelis.

Oleh karena itu, pada 2009 telah dianggarkan belanja untuk membiayai urusan pertanian yang cukup besar sekitar Rp 101,674 miliar atau sekitar 54,85 persen dari biaya untuk menyelenggarakan seluruh urusan pilihan.

Dari dana sebesar itu, dipergunakan untuk belanja tidak langsung sekitar Rp 28,098 miliar dan belanja langsung sekitar Rp 73,575 miliar untuk membiayai penyelenggaraan urusan pertanian.

Cornelis menjelaskan, belanja langsung penyelenggarakan urusan pertanian tersebut dipergunakan untuk melaksanakan program-program pertanian, di antaranya meningkatkan ketahanan pangan dan mengembangkan agribisnis.

Selain itu, digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, mengembangkan mutu pendidikan pertanian, mengembangkan sistem penerimaan siswa dan pembinaan kepribadian siswa pertanian.

Selanjutnya untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi sarana prasarana serta pengabdian pada masyarakat, memberdayakan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan, serta memberdayakan sumberdaya manusia dan kelembagaan.

Cornelis mengatakan, kecenderungan besarnya dana untuk mendukung penyelenggaraan urusan pertanian telah membawa pengaruh positif terhadap pengembangan sektor pertanian tanaman pangan terutama padi.

"Sehingga tidaklah berlebihan apabla saya sampaikan penghargaan yang telah kita terima dari Presiden RI berupa Satya Lencana Pembangunan Bidang Pertanian, karena kita telah berhasil meningkatkan produksi padi di atas 5 persen dari produksi tahun sebelumnya," ujar Cornelis.

Ternyata upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan pada tahun berikutnya. Hal tersebut dapat diketahui dari Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan yang mengalami penurunan.

Padahal Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar, Iskandar Zulkarnaen menjelaskan, semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani.
NTP Gabungan pada Februari 2010 di Kalbar 101,22 turun 0,39 poin atau berubah 0,39 persen dibandingkan bulan sebelumnya 101,61 poin. "Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Diterima Petani turun 0,17 persen. Sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani naik 0,23 persen," terang Iskandar.

NTP diperoleh dari perbandingan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dalam persentase. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertanian, merupakan salah satu indikator proxy untuk melihat tingkat kesejahteraan petani. "NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi," kata Iskandar.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Februari 2010, It Kalbar menurun 0,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 121,76 pada Januari menjadi 121,55 pada Februari 2010.

Iskandar menjelaskan, penurunan It tersebut dipengaruhi penurunan indeks tanaman pangan 0,73 persen, kenaikan indeks tanaman hortikultura 2,34 persen, indeks Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) turun 0,53 persen, indeks peternakan naik 0,28 persen dan indeks perikanan naik 0,61 persen.

Sedangkan melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Februari 2010, Ib Kalbar meningkat 0,23 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 119,82 pada Januari menjadi 120,09 pada Februari 2010.

Iskandar menjelaskan, kenaikan Ib ini di mana komponen pendukungnya yakni Indeks Konsumsi Rumah Tangga meningkat 0,25 persen. Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Pertanian meningkat 0,12 persen.

Naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga pada Februari 2010 dibandingkan Januari 2010 juga menunjukkan terjadinya inflasi perdesaan. Pada Februari 2010, indeks ini naik 0,25 persen dibandingkan Januari 2010.

Kenaikan tersebut, kata Iskandar, disebabkan ketujuh pendukung subkelompok konsumsi rumah tangga, yaitu subkelompok bahan makanan naik 0,45 persen, subkelompok makanan jadi turun 0,01 persen, subkelompok perumahan naik 0,02 persen, subkelompok sandang naik 0,18 persen, subkelompok kesehatan naik 0,21 persen.

Selain itu, subkelompok transportasi dan komunikasi naik 0,04 persen. Sementara subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan.
Sedangkan untuk indeks biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian pada Februari 2010 dibandingkan bulan sebelumnya naik 0,12 persen, dari 113,67 menjadi 113,81.

Dari enam komponen pendukung subkelompok indeks ini, subkelompok obat-obatan dan pupuk naik 0,01 persen, subkelompok sewa lahan, pajak dan lainnya naik 0,03 persen, subkelompok transportasi naik 0,07 persen dan subkelompok penambahan barang modal naik 0,55 persen. Sementara subkelompok bibit dan upah buruh tani tidak mengalami perubahan. (*)

Cornelis Ditantang Tunjukkan Dewan yang Jadi Eksekutor Proyek

PONTIANAK. Gubernur Kalbar Drs Cornelis MH meminta anggota DPRD tidak menjadi eksekutor proyek. Ternyata hal itu mendapat reaksi keras dari anggota DPRD Kalbar. Orang nomor satu di Kalbar itu ditantang menunjukkan langsung legislator yang dimaksudnya.

"Kita minta Gubernur menunjukkan siapa anggota dewan yang menjadi eksekutor proyek itu," tegas Retno Pramudya SH, Ketua Komisi A DPRD Kalbar ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Retno sangat menyayangkan pernyataan Cornelis itu Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrebang) di Sintang. "Kita pertanyakan dewan mana, jangan hanya menyebut dewan saja tanpa merincinya, ini bisa menimbulkan fitnah," katanya.

Dia menilai pernyataan Cornelis tersebut tentunya menambah buruk image anggota DPRD di mata masyarakat, tidak hanya kabupaten/kota tapi juga provinsi. "Padahal kita sekarang sekarang berupaya mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap legislatif," ujar Retno.

Salah satu upaya tersebut, terang dia, dengan melarang semua anggota legislatif sebagai pemain proyek. "Karena kalau dewan sudah bermain proyek tentunya tidak akan dapat menjalankan tuga dan fungsinya secara maksimal," terang Retno.

Tetapi Retno tidak menutup kemungkinan kalau masih ada anggota DPRD yang bermain atau mengeksekusi proyek. Oleh karenanya hal tersebut harus dibuktikan. "Kalau terbukti harus disampaikan secara transparan agar hal tersebut tidak terulang kembali," tegasnya.

Sebelumnya, diberitakan di beberapa media massa, ketika Musrenbang di Sintang, Cornelis mengatakan, biarkan eksekutif melaksanakan tugasnya dalam pembangunan jangan sampai dewan menjadi eksekutor proyek sehingga aspirasi yang masuk terkesan terdapat praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Menurut Cornelis, bila dewan ingin menyampaikan aspirasi hendaknya melalui mekanisme Musrenbang, agar perencananaan yang telah masuk dalam APBD tidak diutak-atik lagi.

Oleh karenanya, menurut Cornelis, anggota dewan sangat penting menghadiri Musrenbang. Sehingga aspirasi dari masyarakat dapat disampaikan dan diawasi agar bisa terealisasi.

Cornelis mengingatkan dewan, jangan dikarenakan proyek-proyek yang disampaikan merupakan aspirasi masyarakat, justru anggota dewannya yang mengerjakan proyek tersebut, tindakan itu salah. (*)

BTC

Doge

LTC

BCH

DASH

Tokens

SAMPAI JUMPA LAGI

SEMOGA ANDA MEMPEROLEH SESUATU YANG BERGUNA