Thursday, 12 May 2011

Memotong Pembicaraan Istri Bos, Karyawan SPBU Dipecat

Abdul Fitri
SINGKAWANG. Hanya gara-gara memotong pembicaraan istri bos-nya, karyawan Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) 64.791.04 di Jalan A Yani Kota Singkawang, Abdul Fitri dipecat. Parahnya lagi, hak-haknya tidak dipenuhi.

"Alasan pemecatan saya tidak jelas seperti itu. Kemudian setelah dipecat, hak-hak saya tidak diberikan, seperti Surat PHK (Pemberhentian Hubungan Kerja, red) dan lainnya," kata Abdul Fitri ditemui wartawan di kediamannya, Rabu (11/5).

Abdul yang bekerja sebagai pengisi bensin di SPBU milik Edy Sudiono mengungkapkan, pemecatan itu dilakukan pada 2 Maret 2011. "Alasannya, karena saya memotong omongan istri bos saya," ujarnya.

Pria yang telah bekerja sejak 23 Desember 1996 di SPBU A Yani Singkawang tersebut menceritakan, waktu itu istri bosnya, Dariah atau biasa disapa Kak Lin berbicara dengan teman kerjanya agar menghentikan pengisian karena kendaraan sudah sampai ke jalan. Tetapi temannya, tidak menggubris dan tetap mengisi bensin.

Karena temannya tidak menghiraukan omongan istri bosnya itu, Abdul pun mengatakan, memang kendaraan itu dari kemarin sudah sampai di jalan. Mendengan jawabannya itu ternyata ibu yang biasa disapanya Kak Lin itu malah marah besar dan mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak patut diucapkan. "Sudah lama saya tunggu kamu ini, kamu berhenti saja," kata Abdul menirukan ucapan istri bosnya itu.

Setelah beberapa hari dan mendapatkan saran dari temannya, Abdul pun kembali menemui bosnya untuk meminta surat pemberhentian atau surat PHK, dengan harapan besertanya juga melekat hak bagi karyawan yang dipecat.

"Tetapi bos malah tidak mau mengeluarkan surat itu, dengan alasan ketika mendaftar saya hanya menggunakan KTP tanpa surat lamaran. Padahal ketika itu semua karyawan juga diterima hanya menggunakan KTP tidak ada surat lamaran" papar Abdul.

Kendati telah mengabdi belasan tahun, dari gaji Rp 70 ribu hingga Rp 850 ribu per bulan sebagai karyawan SPBU, Abdul dipecat secara sepihak tanpa disertai hak-haknya. "Saya dibilang masuk hanya begitu, keluarnya juga hanya begitu," sesal Abdul.

Karena ulah mantan bosnya itu, Abdul pun mengadu ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Singkawang. Tetapi, dia malah mendapat penjelasan kalau secara pribadi tidak terdata, karena pemilik SPBU tersebut hanya menyampaikan jumlah karyawannya.

Terkait dengan hak-hak setelah di pecat tersebut seperti pesangon, jasa masa kerja dan lainnya, kata Abdul, menurut Disnaker Kota Singkawnag harus ada Surat PHK. "Disnaker bilang kalau saya menuntut hak-hak saya harus ada surat PHK," jelasnya.

Selanjutnya pada 3 Mei 2011, Disnaker Kota Singkawang bersedia memediasi Abdul dengan Pemilik SPBU untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tetapi hasilnya sangat merugikan bagi Abdul. Sehingga tidak ditemui kesepakatan, karena pemilik SPBU bersikukuh enggan mengeluarkan surat PHK hingga kini.

Mendapat informasi dari Abdul tersebut, beberapa wartawan berupaya mengkonfirmasikannya ke Edy Sudiono sekitar pukul 11.30 ke SPBU di Jalan A Yani Singkawang. Tetapi, setelah ditunggu hingga pukul 12.00, yang bersangkutan tidak datang ke kantornya itu.

Menurut keterangan salah seorang karyawan di SPBU tersebut, dia tidak mengetahui bosnya datang jam berapa. Tetapi saat diminta nomor kontak, karyawan tersebut mengaku tidak mengetahui nomor kontak atasannya itu.

Beberapa wartawan dari media massa cetak di Kota Singkawang juga ke Disnaker Kota Singkawang untuk mendapatkan penjelasan dari permasalahan pemecatan sepihak tanpa disertai hak-hak tersebut. Tetapi Kepala Disnaker tidak di tempat.

Menurut keterangan Kepala Seksi (Kasi) Pengawas Ketenagakerjaan, Disnakertrans Kota Singkawang, Munjir yang ditemui wartawan. Sebenarnya hal tersebut merupakan permasalahan keluarga. "Kita mengharapkan permasalahan itu juga diselesaikan secara kekeluargaan, kita sudah melakukan mediasi," katanya.

Dari pengakuannya, Disnaker tidak bisa berbuat banyak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, karena Abdul tidak mempunyai kartu kuning sebelum masuk menjadi karyawan SPBU.

Tetapi, kata Munjir, untuk lebih jelas permasalahan silakan tanya ke Kepala Disnaker, tetapi yang bersangkutan sedang tidak di tempat. "Kita mengharapkan persoalan ini tidak sampai ke persidangan," katanya.

Sementara, menurut Hasan Akbar yang menjadi pendamping Abdul Fitri, kemungkinan besar permasalahan tersebut akan sampai ke persidangan, karena pengusaha SPBU telah banyak melanggar UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

Misalnya terhadap pasal 156 UU 13/2003 yang dimewajibkan perusahaan memberikan uang pesangon, jasa masa kerja dan lainnya. "Abdul Fitri telah bekerja belasan tahun, berarti berhak mendapatkan semua hak-haknya sesuai UU ketenakerjaan itu," kata Akbar.

Menurut Akbar, pengusaha SPBU tersebut sangat jelas melanggar Pasal 151 ayat (1) (2), pasal 152, 153 UU 13/2003 terkait alasan PHK terhadap orang yang dipekerjakannya.

"Kita sangat menyayangkan Dinasker terkesan pasif terkait persoalan pemecatan sepihak ini, padahal pengusaha SPBU yang bersangkutan jelas-jelas banyak melanggar UU ketenagakerjaan," sesal Akbar.

Seyogianya, kata Akbar, Disnaker itu lebih bersifat aktif, jemput bola, bukan hanya bergerak begitu ada pengaduan. "Disnaker hendaknya juga mensosialisasikan hak-hak pekerja," tegasnya. (*)

GOW Singkawang Usung Program Bersifat Edukasi dan Motivasi

SINGKAWANG. Guna meningkatkan perannya di tengah masyarakat, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Singkawang menyusun dan melaksanakan program yang bersifat mendidik (edukasi) dan dorongan (motivasi) untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

"Kita mencoba semaksimal mungkin menyusun program kerja dan kegiatan yang bisa menyentuh langsung masyarakat," kata Ny Hj Sulha Edy RYacoub, Ketua GOW Kota Singkawang ditemui usai Peringatan HUT GOW Kota Singkawang ke-8 di Aula Hotel Sentosa Singkawang, Selasa (10/5).

Sulha menjelaskan, program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tersebut lebih bersifat edukasi dan motivasi, agar mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kota Singkawang.

Program kegiatan GOW yang bersifat edukasi di antaranya angjangsana (kunjungan) ke rumah sakit dan menemui kaum dhuafa. Melalui kegiatan ini, diharapkan akan tumbuh empati terhadap orang-orang yang lemah dan sakit serta orang yang kurang mampu.

Kegiatan yang bersifat edukasi lainnya yang dilaksanakan GOW Kota Singkawang, yakni seminar kepribadian. Dalam seminar tersebut diharapkan akan tumbuh pribadi yang mampu dan siap berkiprah dalam pembangunan di berbagai bidang.

Sulha mengatakan, seperti yang disampaikan salah seorang dalam narsumber dalam seminar kepribadian tersebut, Hj Enny Herawaty Syafei Jamil, bahwa manusia merupakan makhlluk yang mempunyai banyak potensi. Tetapi potensi-potensi baru akan menjadi nyata bila distimulus dan diaktifkan. Maka salah satu kewajiban manusia itu mengembangkan diri (self realization).

Sedangkan untuk program-program GOW Kota Singkawang yang bersifat motivasi, di antaranya melalui berbagai perlombaan, misalnya lomba senam sehat antarmasyarakat dan antarsanggar. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat menjadi terdorong untuk melaksanakan pola hidup sehat.

Sulha mengungkapkan, terkait dengan upaya untuk mendorong masyarakat hidup sehat ini, GOW Kota Singkawang juga bekerjasama dengan PT Askes menyelenggarakan senam massal secara rutin setiap Minggu pukul 06.00 di Mess Daerah dan terdapat pula bagi-bagi doorprize.

"Dengan program ini diharapkan bisa meningkatkan kesehatan masyarakat dan secara tidak langsung memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," jelas Sulha.

Apabila badan dalam kondisi sehat, jelas Sulha, maka seseorang akan bisa berpikir dengan jernih dan dapat beraktivitas atau berusaha secara lebih optimal. "Sehingga bisa memberikan dampak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," terangnya.

Kegiatan GOW Kota Singkawang lainnya yang bersifat memotivasi itu seperti lomba mewarnai dan lomba nasi tumpeng. Melalui lomba ini, akan memunculkan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari. Demi upaya perbaikan taraf hidup ke arah yang lebih baik. (*)

GOW Harus Berbuat Lebih Banyak Bagi Masyarakat

SINGKAWANG. Di usianya yang ke-8, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Singkawang diharapkan berbuat lebih banyak bagi masyarakat, melalui peningkatan perannya di semua sektor pembangunan.

"Ini kesempatan bagi keluarga besar GOW untuk menata langkah, memperkuat semangat dan mensinergiskan potensi untuk berbuat lebih banyak di tengah masyarakat," kata Ny Sulha Edy R Yacoub, Ketua GOW Kota Singkawang ketika Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) GOW Kota Singkawang di Aula Hotel Sentosa Singkawang, Selasa (10/5).

Menata langkah tentunya berupa perencanaan berbagai program dengan matang. Agar program tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Sehingga hasilnya sangat bermanfaatkan bagi masyarakat.

Untuk melaksanakan hal tersebut, tentunya dibutuhkan suatu semangat yang didorong keinginan untuk menjadikan masyarakat lebih baik ke depannya. Karena tanpa adanya semangat, berbagai program yang telah direncanakan akan sulit dilaksanakan dengan baik.

Tidak kalah penting, GOW juga dituntut untuk mensinergiskan potensi yang ada, misalnya anggota yang tergabung di dalamnya, dinas atau instansi terkait dan seluruh elemen masyarakat. "Kita perlu bersinergi dengan dinas atau instansi terkait maupun seluruh elemen masyarakat," kata Sulha.

Menurut Sulha, berbagai upaya tersebut memang perlu ditempuh, mengingat keterlibatan dan peran GOW Kota Singkawang dalam berbagai bidang pembangunan masih perlu ditingkatkan. Di antaranya, di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, hukum dan bidang pembangunan lainnya.

"Saya mengharapkan ke depannya, GOW Kota Singkawang dapat melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk meningkatkan peran serta perempuan di berbagai aspek pembangunan," kata Sulha.

Di tempat yang sama, Walikota Singkawang, Dr Hasan Krman SH MM dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah (Setda) Kota Singkawang, Hamidi Irwansyah SSos mengatakan, sejak berdiri, kontribusi GOW Kota Singkawang sudah dapat dirasakan masyarakat.

"Terimakasih atas segala kontribusinya. Kita selalu berdoa agar program dan kegiatan GOW dapat diimplementasikan dengan sukses. Untuk itu perlu dukungan dari semua SKPD dan pihak terkait," kata Hamidi.

Melalui GOW ini, Hamidi juga mengharapkan target Millenium Development Goal's (MDG's) 2015 dapat tercapai. "Karena peran wanita begitu besar dalam memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar yang merata dan universal, memajukan kesetaraan gender, mengurangi tingkat mortalitas anak, memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lain," paparnya. (*)

Tingkatkan Kualitas Industri dengan Shindan Shi

Sosialisasi Shindan Shi
SINGKAWANG. Untuk meningkatkan kualitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Singkawang, pelaku usaha diharapkan memanfaatkan tenaga Konsultan Diagnosis UMKM (Shindan Shi).

"Shindan Shi ini bertugas mengubah usaha mikro menjadi usaha kecil dan usaha kecil menjadi usaha menengah melalui strategi-strategi perubahan, yakni dari sisi manajemen, proses produksi, pemasaran, dan keuangan," jelas Elva Edison ST MM, Badan Riset dan Standarisasi Industri Pontianak ketika menjadi narasumber dalam Sosialisasi Shindan Shi di Ruang Serba Guna Disperindakop dan UMKM Kota Singkawang, Rabu (11/5).

Dalam sosialisasi yang dihadiri para pelaku UMKM seluruh Kota Singkawang tersebut, Elva menjelaskan, adanya Shindan Shi tersebut guna menciptakan usahawan baru dan untuk meningkatkan perkembangan UMKM. "Agar menjadi efisien dan efektif dalam beroperasional, mampu meningkatkan penjualan dan berdaya saing," jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Disperindagkop dan UMKM Kota Singkawang, Emy Erwanda SE mengatakan, industri di Kota Singkawang seringkali dihadapkan pada berbagai persoalan yang menyebabkannya sulit berkembang.

Olehkarenanya, tambah dia, diadakan Sosialisasi Shindan Shi, agar pelaku usaha di Kota Singkawang dapat mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga dunia industri menjadi berkembang signifikan.

Menurut Emy, suatu industri tidak hanya dikembangkan menjadi industri yang besar. Tetapi diharapkan kualitasnya juga meningkatkan, baik melalui pemanfaatan teknologi pengelolaan maupun lainnya.

"Bahan baku dan sumberdaya manusia kita punya. Tetapi bagaimana kita me-manaj-nya (mengelola) sehingga menjadi modern, ini menjadi kelemahan industri kita," ungkap Emy.

Dia mengakui, dari segi jumlah, pertumbuhan UMKM di Kota Singkawang terus meningkat. Tetapi kualitasnya masih rendah. "Olehkarenanya pelaku usaha yang mengikuti sosialisasi Shindan Shi nantinya menjadi embrio untuk meningkatkan kualitas industri di Kota Singkawang," kata Emy. (*)

Taiwan Bidik UMKM Kota Singkawang

Walikota Hasan Karman (kanan)
SINGKAWANG. Rombongan dari Taiwan Economic and Trade Office (TETO) atau Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan bertandang langsung ke Kota Singkawang. Kedatangannya untuk mengetahui secara langsung potensi investasi microfinance atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

"Semoga kunjungan ini membuat kami lebih kenal tentang Kota Singkawang. Sehingga bisa segera merealisasikan kerjasama ekonomi dan perdagangan," harap Cheng Hsin Liu, Perwakilan TETO ketika berkunjung ke Kediaman Walikota Singkawang, Selasa (10/5).

Kunjungan dari rombongan TETO tersebut diterima langsung Walikota Hasan Karman beserta beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Singkawang.

Dalam dialog yang memanfaatkan jasa penerjemah tersebut. Walikota Hasan Karman beserta jajarannya menyampaikan beberapa keunggulan Kota Singkawang termasuk potensi investasi dibidang UMKM di Kota Pariwisata ini.

Usai pertemuan tersebut, Walikota Hasan Karman mengajak perwakilan TETO tersebut ke Bank Kalbar untuk melihat langsung potensi microfinance serta menuju lokasi UMKM seperti Pabrik Keramik, karena produk dari pabrik tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

Walikota Hasan Karman mengatakan, sebenarnya hubungan Kota Singkawang dengan Taiwan sudah terjalin erat, terutama antara Taiwan dengan San Kou Yang (Singkawang Mandarin) melalui perkawinan campuran. "Jadi, antara San Kou Yang dengan Taiwan seperti terjalin hubungan kekeluargaan," jelasnya.

Apalagi, pada November 2010, Hasan Karman pernah berkunjung ke Taiwan untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman di bidang pendidikan, pertanian, pariwisata dan budaya.

Kunjungan ke Taiwan tersebut dilakukan bersama Ketua DPRD Kota Singkawang, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pertanian serta Ikatan Alumni Taiwan.

Menurut Hasan, hubungan yang telah terjalin erat tersebut hendaknya dapat dikembangkan atau diperluas lagi dalam bentuk kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan. "Demi kemajuan dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Singkawang," katanya.

Selain karena hubungan erat tersebut, Hasan sangat optimis akan terjalin kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan dengan Taiwan, karena Kota Singkawang mempunyai berbagai potensi yang dapat diandalkan. (*)

Patung Dewa Bumi Raya Dibuang ke Parit

Patung Dewa Bumi Raya
SINGKAWANG. Vihara Tri Dharma Bumi Raya di pusat Kota Singkawang dibobol maling. Patung Dewa Bumi Raya, yang merupakan arca utama hilang dan ditemukan di parit Sungai Ruten, tidak jauh dari tempat ibadah warga Tionghoa tersebut.

"Sementara Patung Dewa Kwan Gong (Ksatria) dan Fa Kong Tie (penjaga neraka) dihancurkan di tempatnya," terang Bong Kin Jung, seorang Biksu ditemui di Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Selasa (10/5).

Peristiwa yang menggemparkan warga Tionghoa tersebut diperkirakan terjadi pada Senin (9/5) malam. Tetapi baru disadari pagi kemarin, setelah Biksu Kin Jung masuk ke Vihara Tri Dharma Bumi Raya dan melihat patung Dewa Bumi Raya tidak ada di tempatnya.

"Ketika saya masuk ke Vihara sekitar pukul 06.00, saya kaget karena arca Dewa Bumi Raya tidak ada di tempatnya, dan dua arca lainnya (yang terbuat dari porselin, red) pecah pada bagian kepala dan lehernya putus," terang Kin Jung.

Dugaan sementara, maling masuk ke Vihara berusia sekitar 200 tahun tersebut dengan membengkas teralis di bagian kanan atas. Apalagi jejak kaki pelaku sangat jelas mengarah ke teralis yang sudah menganga tersebut.

Tidak beberapa lama, kata Kin Jung, salah seorang warga bercerita telah melihat seseorang membuang sesuatu di parit, tepatnya di bawah jembatan yang lokasinya hanya beberapa meter dari Vihara yang dikenal dengan Tai Pak Kung (Toa Pekong) itu. Dia pun bergegas ke tempat yang dimaksud. "Ternyata yang dibuang itu merupakan arca Dewa Bumi Raya," kata pria kelahiran 68 tahun silam ini.

Kin Jung buru-buru mengangkat patung dewa yang ukurannya tidak terlalu besar itu. Keadaannya masih utuh, hanya rusak sedikit di beberapa bagian. Selanjutnya Dewa Bumi Raya itu dibawa kembali ke Vihara.

Di tempat yang sama, Ketua Tri Dharma Kota Singkawang, Bong Wie Hong, sangat menyayangkan kejadian pencurian dan pembuangan patung Dewa Bumi Raya tersebut. "Kejadian ini jelas menimbulkan ketersinggungan umat, mereka jelas marah, tetapi mau marah sama siapa, pelakunya tidak jelas, saksi mata tidak ada," katanya.

Kejadian ini, kata Wie Hong, tentunya akan dapat menganggu kerukunan masyarakat Kota Singkawang yang sudah lama terbina, hidup dalam damai dengan toleransi beragama yang kuat.

"Karena kejadian ini tidak ada saksi mata, kita mengimbau kepada umat agar mempercayakannya kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas. Hendaknya menahan emosi dan jangan terprovokasi," harap Wie Hong.

Pencurian dan pembuangan patung Dewa Bumi Raya ini langsung ditangani pihak kepolisian. Olehkarenanya, Wie Hong mengharapkan, pihak berwenang secepatnya menuntaskan dan menangkap pelaku. "Jangan sampai, karena kejadian ini malah menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat, bisa repot," ingatnya.

Perlakuan maling terhadap patung Dewa Bumi Raya tersebut membuat warga Tionghoa terus berdatangan ke Toa Pekong untuk memberikan penghormatan dan menyembahyangi Dewa Bumi Raya.

Penghormatan terhadap patung Dewa Bumi Raya tersebut dilakukan warga Tionghoa, karena dikhawatirkan perlakuan maling tersebut akan mendatang malapelaka di belakang hari.

Pencurian dan pembuangan patung Dewa Bumi Raya ini memang kali pertama terjadi di Toa Pekong. Tetapi, terdapat beberapa kejadian sebelumnya yang juga menimbulkan ketersinggungan umat Tonghoa.

Beberapa waktu lalu, terjadi dua kali upaya pembakaran Toa Pekong namun berhasil digagalkan, satu kali perusakan tempat dupa, satu kali perusakan patung singa. Tetapi, hingga kini pelakunya tidak diketahui sama sekali.

Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang lebih dikenal dengan Toa Pekong ini merupakan vihara tertua di Kota Singkawang, usianya sekitar 200 tahun. Tempat ibadah ini menjadi salah satu ciri khas dan cikal bakal berdirinya Kota Singkawang.

Toa Pekong ini pernah diperluas pada 1933. Tetapi karena pada 1936 terjadi kebakaran besar yang menyebabkan rusaknya bangunan tersebut maka dilakukan beberapa renovasi.

Toa Pekong ini dipercaya sebagai tempat berdiamnya Dewa Bumi Raya. Dewa ini dipercaya sebagai dewa yang menjaga Kota Singkawang. Olehkarenanya, warga sekitarnya sering mengadakan kegiatan semacam ulang tahun bagi Dewa Bumi Raya setiap tanggal 6 bulan 6 atau 6 Juni setiap tahunnya.

Vihara ini hanya mempunyai satu lantai sebagai pusat segala aktivitas keagamaan seperti sembahyang setiap hari pada waktu sore dan lainnya. Berbagai arca atau patung terdapat di dalamnya.

Salah satu perangkat upacara yang sangat penting dalam vihara tersebut, barupa patung Pak Kong, terbuat dari kayu yang didatangkan langsung dari China. Patung inilah yang dicuri dan dibuang ke parit di bawah jembatan, kemarin.

Terpisah, Kapolres Kota Singkawang, AKBP Printo mengatakan, dengan kejadian ini, masyarakat Kota Singkawang jangan terprovokasi. "Jangan mudah menyimpulkan sesuatu mengenai siapa yang melakukan perbuatan tersebut," ingatnya.

Prianto berjanji akan mengusut permasalahan tersebut hingga tuntas dan akan mencari siapa yang melakukan pencurian dan pembuangan patung Dewa Bumi Raya ke parit tersebut. "Kita juga akan menyelidiki apakah pelakunya sama dengan pelaku perusakan sebelumnya," katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Kementerian Agama Kota Singkawang, H Andi Dja'far Haru mengutuk keras aksi terhadap patung Dewa Bumi Raya tersebut. "Apapun yang namanya perusakan itu dilarang, baik secara agama maupun hukum positif," katanya.

Dia juga mengajak tetap berpikiran tenang dan sabar. Jangan mudah terprovokasi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang memang menginginkan Kota Singkawang ini tidak aman. "Kerukunan di Kota Singkawang ini merupakan harga mati," tegas Dja'far.

Hal senada diutarakan salah seorang Anggota DPRD Kota Singkawang, Sumberanto Tjita. "Masyarakat jangan terprovokasi, kita yakin polisi mempunyai strategi khusus untuk mengungkap siapa pelaku pencurian atau perusakan tersebut," katanya. (*)

Jasa Tv Kabel Berizin di Singkawang Nihil

SINGKAWANG. Di Kota Singkawang telah beberapa kali masyarakat mengajukan permohonan izin usaha Televisi (Tv) Kabel. Tetapi tidak pernah memenuhi syarat. Olehkarena, bila masih ada yang beroperasi, penyelenggaraan Tv berlangganan tersebut ilegal.

"Beberapa masyarakat berkoordinasi dan mengajukan permohonan izin usaha Tv Kabel ke Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Singkawang," ungkap Istri Handayani, Kepala Bidang (Kabid) Kominfo, Dishubkominfo Kota Singkawang kepada wartawan, Senin (9/5).

Tetapi, tambah Istri, pelaku usaha tersebut tidak pernah menindaklanjuti saran dari Dishubkominfo Kota Singkawang untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan usaha Tv berlangganan tersebut.

Dengan tidak adanya pelaku usaha yang menindaklanjuti atau memenuhi persyaratan tersebut, maka di Kota Singkawang tidak terdapat Lembaga Penyiaran Berlangganan atau Tv Kabel yang berizin.

Istri menjelaskan, untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan, pemohon diharuskan mengajukan permohonan tertulis ke Menteri Kominfo melalui Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) dengan mengisi formulir yang disediakan.

"Persyaratan tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan," jelas Istri.

Sementara itu, Ketua KPID Kalbar, Faisal Reza ST yang memonitoring Tv Kabel dan Koordinasi ke Dishubkominfo Kota Singkawang, kemarin menjelaskan, berdasarkan pemantauan ke beberapa daerah, usaha Tv Kabel ini semakin marak.

"Kami menemukan makin maraknya usaha jasa penyiaran Tv Kabel yang bersifat komersil dan tidak mengantongi izin sebagaimana ketentuan yang berlaku," ungkap Reza.

Sebagai langkah awal, tambah dia, untuk menghindari semakin berkembangnya jasa Tv Kabel secara ilegal ini, pihaknya akan melaksanakan penertiban-penertiban.

Penertiban jasa Tv Kabel ilegal tersebut, jelas Reza, melalui koordinasi dengan Dishubkominfo di beberapa daerah termasuk di Kota Singkawang. "Dengan kerjasama ini diharapkan dapat dilakukan inventarisir keberadaan usaha Tv Kabel yang tidak berizin," jelasnya.

Bila ditemukan pelaku usaha yang menjalankan jasa Tv Kabel ilegal tersebut, kata Reza, akan dilakukan pendekatan preventif atau pencegahan, misalnya dengan menyarankan pelaku usaha tersebut untuk memroses permohonan izin melalui KPID Kalbar.

"Apabila pendekatan tersebut tidak mendapat respon sebagaimana mestinya, kami akan menempuh kerjasama dengan aparat penegak hukum untuk melakukan penertiban sesuai dengan peraturan yang berlaku," tegas Reza. (*)

Sungai Naram Hulu Diduga Tercemar Mercury

Sungai Naram Hulu, Singkawang
SINGKAWANG. Sejak tujuh bulan silam, air Sungai Naram Hulu, Kelurahan Sungai Naram yang berbatasan dengan Kelurahan Bukit Batu keruh dan menyebabkan gatal-gatal pada kulit. Diduga tercemar mercury dari aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Pajintan.

"Biasa kulit kita gatal-gatal, tetapi mau diapakan lagi, karena tidak ada pilihan lain," kata Eli, salah seorang Warga Sungai Naram Hulu ditemui wartawan di sela kesibukannya mencuci pakaian di sungai tersebut, Senin (9/5).

Ibu rumah tangga dua anak ini mengungkapkan, air Sungai Naram Hulu merupakan satu-satunya sumber air yang digunakan sekitar 400 Kepala Keluarga (KK). "Masyarakat di sini mencuci dan mandi di sini, karena di daerah sekitar sini tidak bisa dibuat sumur bor atau kolam, karena airnya akan masam," terangnya.

Menurut Eli, air Sungai Naram Hulu menjadi keruh, berwarna cokelat dan menyebabkan gatal-gatal terutama bila tidak turun hujan, karena adanya aktivitas PETI di hulu sungai atau di sekitar daerah Pajintan. "Jaraknya cukup jauh sekitar 18 kilometer ke hulu, melewati hutan," katanya seraya menunjuk kawasan tersebut.

Dengan kondisi tersebut, warga di sekitar Sungai Naram Hulu terpaksa membeli air hujan untuk memasak. "Satu jeriken ukuran sekitar 25 ribu harganya Rp 1.000 dan hanya untuk kebutuhan satu hari per KK yang tidak ramai, kalau dalam satu KK banyak, bisa lebih dari itu," ungkap Eli.

Hal tersebut dibenarkan warga lainnya, Duriana. "Kalau musim kemarau, kondisi air semakin parah. Padahal dulunya air di sungai ini sangat jernih. Tetapi sekarang begitu berkabut (keruh, red)," ujarnya.

Menurut Ibu sembilan anak ini, kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya aktivitas warga yang senang meracun ikan (tuba). "Di sini banyak ikan yang besar-besar. Makanya banyak warga yang menuba'," katanya.

Melihat kondisi tersebut, kedua ibu rumah tangga ini mengharapkan Pemerintah Kota (Pemkot) memerhatikannya. Sehingga sekitar tiga minggu lalu, masyarakat di Sungai Naram Hulu tersebut pernah melayangkan surat kepada Walikota Singkawang.

Terpisah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Singkawang, Ir Rasiwan MM membenarkan adanya surat tersebut. "Warga memang ada mengirimkan surat ke Walikota Singkawang yang ditembuskan ke kita, mengenai kondisi air yang keruh di Sungai Naram Hulu tersebut," katanya.

Dengan adanya laporan warga tersebut, BLH Kota Singkawang langsung turun ke Sungai Naram untuk melakukan survei. "Kita sudah survei dua kali untuk melihat langsung kondisi Sungai Naram Hulu," ujar Rasiwan.

Ketika survei tersebut, Rasiwan beserta tim yang dibawanya mendengar samar-samar bunyi mesin dompeng yang biasa digunakan untuk aktivitas PETI. "Tetapi jaraknya cukup jauh ke hulu sungai, dan kita belum ke kawasan tersebut, untuk memastikannya," terangnya.

Rasiwan mengatakan, dari pengamatan kasat mata, air Sungai Naram kemungkinan sudah tercemar zat berbahaya, mercury. "Dilihat dari tingkat kekeruhan, warna dan lainnya, kemungkinan tercemar mercury," jelasnya.

Mercury (Hg) atau dikenal sebagai air raksa merupakan zat kimia yang digunakan dalam aktivitas PETI untuk memisahkan emas dengan tanah atau pasir. Limbahnya ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, bila kita mengingat kasus Manismata di Jepang.

Merucury merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organic.

Sebenarnya kadar mercury dalam tanah relatif rendah, tetapi berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadarnya, misalnya melalui penambangan yang dapat menghasilkan seribu ton mercury per tahun.

Manusia yang terus menerus terpapar mercury dengan kadar 0,05 HG mg/m3 udara saja akan menunjukkan gejala nonspesifik berupa nerurastenia. Sedangkan pada kadar 0,1 hingga 0,2 mg/m3 menyebabkan tremor.

Dalam keadaan normal, mercury merupakan logam yang berbentuk cairan, berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide.

Zat berbahaya ini hanya larut dalam asam sulfik panas, lipid dan asam nitrat. Tidak bisa bercampur dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.

Bahaya mercury ini sangat beragam, bila mercury inorganik maka akan menjadi racun pada ginjal. Sementara mercury organik seperti metil merkuri akan menjadi racun bagi sistem saraf pusat.

Mercury ini terdiri atas tiga bentuk, yakni Pertama, mercury elemental (Hg) yang terdapat dalam gelas thermometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Bentuk ini paling sering menyebabkan keracunan, misalnya menyebabkan emboli paru, karena bersifat larut dalam lemak.

Bila sampai ke otak, bentuk ini akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik. Ion merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan protein seluler. Sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel.

Kedua, mercury inorganik, bentuk ini sangat beracun, menyerang paru-paru dan kulit. Bila terpapar secara akut atau dengan kadar tinggi, dapat menyebabkan gagal ginjal. Bentuk ini biasanya digunakan sebagai desinfektan dan sifatnya mudah terbakar.

Ketiga, mercury organik terdiri atas etil dan metil. Bentuk ini yang sering tercemar di lingkungan, misalnya dalam tubuh ikan bila airnya terpapar mercury. Bila ikan tersebut dikonsumsi manusia akan menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

Bentuk ini dapat menimbulkan degenerasi neuron di konteks cerebri dan cerebellum mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Metil merkuri gampang masuk plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy.

Rasiwan mengatakan, terkait air Sungai Naram Hulu baru bersifat dugaan, karena belum ada kajian yang lebih mendalam untuk memastikan, apakah Sungai Naram Hulu benar-benar tercemar mercury atau tidak. "Kita sudah mengambil enam sampel dari air Sungai Naram Hulu itu," ungkap Rasiwan.

Enam sampel tersebut terdiri atas, tiga bagian dari air sungainya, sedangkan tiganya lagi dari sagimentasinya. "Kita mengambil sampai di tiga tempat di sepanjang Sungai Naram Hulu tersebut," terang Rasiwan.

Sampel yang telah diambil tersebut, kata Rasiwan, telah diserahkan ke laboratorium di Kota Pontianak untuk diketahui apa saja kandungan dalam air yang diduga tercemar mercury tersebut. "Kita sedang menunggu hasil pemeriksaan di laboratorium tersebut, biasanya tidak lama, mudah-mudahan dalam minggu-minggu kita sudah mendapatkan hasilnya," harapnya.

Dari pemeriksaan laboratorium tersebut, tambah dia, akan diketahui apakah air Sungai Naram Hulu tercemar mercury dan zat berbahaya lainnya atau tidak. "Bila dugaan pencemaran tersebut benar adanya, kita akan segera mengambil tindakan yang diperlukan," kata Rasiwan.

Tindakan tersebut, jelas Rasiwan, tentunya akan berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait. "Apapun hasilnya dari laboratorium itu tetap akan kita sampaikan ke masyarakat, bila benar terkandung zat berbahaya, kita akan mengambil beberapa tindakan dengan berkoordinasi dengan instansi terkait," ujarnya tanpa merinci.

Rasiwan angat berterima kasih sekali dengan masyarakat di Sungai Naram Hulu yang bersedia melaporkan pencemaran lingkungan tersebut. "Ini menandakan kalau masyarakat sangat peduli akan lingkungan. Kita pasti akan menindaklanjuti laporan tersebut," janjinya. (*)

SHU KPN Sinka Anjlok Rp 119,1 Juta

SINGKAWANG. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Sinka pada 2010 turun sekitar Rp 119,1 juta dibandingkan tahun sebelumnya, dari sekitar Rp 1,001 miliar menjadi sekitar Rp 882,1 juta.

"Penurunan tersebut, terjadi karena adanya pemberlakuan pajak," jelas Drs Taslim Salimi MSi, Ketua KPN Sinka ketika Rapat Anggota Tahunan (RAT) KPN Sinka di Aula Hotel Dangau Singkawang, Kamis (5/5).

Taslim menjelaskan, pada 2009 SHU KPN Sinka sekitar Rp 1,001 miliar. Sedangkan pada 2010 sekitar Rp 1,025 miliar. Tetapi karenanya adanya pajak sekitar Rp 143,6 juta, maka SHU KPN Sinka pada 2010 menjadi sekitar Rp 882,1 juta.

Hal tersebut disampaikan Taslim dalam RAT KPN Sinka Tahun Buku 2010 yang bertujuan menyampaikan hasil-hasil pelaksanaan program kerja dan laporan pertanggungjawaban Pengurus KPN Sinka terhadap kinerja sejak 1 Januari hingga 31 Desember 2010.

Dalam RAT tersebut selain pengurus dan anggotanya, juga hadir Walikota Singkawang Dr Hasan Karman selaku Pembina KPN Sinka diwakili Asisten Ekonomi dan Pembangunan Drs Yohanes A Urip, Ketua Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKP-RI) Kalbar Arsyad Djarnie, Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Singkawang, mitra kerja KPN Sinka dan lainnya.

Menurut Ketua PKP-RI, Arsyad Djarnie, bila dibandingkan 2009, SHU KPN Sinka pada 2010 memang mengalami penurunan, tetapi bila dibandingkan beberapa tahun lalu, SHU saat ini jauh lebih besar. "Tahun-tahun lalu belum kena pajak, karena SHUnya masih kecil," jelasnya.

Semakin baiknya nilai SHU KPN Sinka tersebut, menurut Arsyad karena adanya kenaikan Simpanan Wajib Anggota menjadi Rp 50 ribu per bulan pada 2010. Kenaikan itulah yang menjadi pertimbangan diberlakukannya pajak pada 2010.

Dengan pemberlakukan pajak terhadap SHU tersebut, Arsyad mengharapkan, KPN Sinka tetap dapat berkembang kendati dihadapkan pada beberapa kendala. "Saat ini kita mempunyai kendala dalam menghimpun kader koperasi. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi kita, agar ke depannya koperasi bisa menjadi kuat," katanya.

Di tempat yang sama, Walikota Singkawang, Dr Hasan Karman dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Singkawang, Drs Yohanes A Urip mengharapkan, dalam RAT yang merupakan forum tertinggi dalam KPN Sinka itu dapat memberikan masukan yang terbagi untuk koperasi.

"Kepada anggota manfaatkan forum ini sebaik mungkin, kepada pengurus untuk menyampaikan secara transparan dan tidak ada yang ditutupi dan kepada dinas terkait saya berharap untuk memajukan koperasi agar dapat berjalan ke arah yang lebih baik lagi," kataYohanes. (*)

Buang Sampah pada Tempat dan Waktunya

SINGKAWANG. Untuk menjaga agar Kota Singkawang tetap bersih, masyarakat diimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, pembuangan hendaknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

"Buanglah sampah di TPS (Tempat Pembuatan Sampah, red) tepat pada waktunya," kata H Rustam Effendi, Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT), Dinas Kebersihan Umum (Diskebrum) Kota Singkawang kepada wartawan, Minggu (8/5).

Rustam menjelaskan, di beberapa sudut Kota Singkawang telah disediakan TPS agar masyarakat tidak membuat sampah sembarangan. Selain itu juga telah ditentukan waktu pembuangan sampah, yakni sejak 05.00 hingga 17.00.

Membuang sampah tepat pada waktunya, jelas Rustam, sangat penting dilakukan, agar para Petugas Kebersihan dapat mengambilnya untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pasukan Kuning ini mengambil sampah di TPS-TPS sejak pukul 05.30.

Untuk mengatasi masalah sampah tersebut, setiap pukul 05.30 WIB Pasukan Kuning setiap hari sudah turun kelapangan menuju ke TPS – TPS untuk membersihkan sampah yang ada. "Hendaknya masyarakat dapat membantu kelancaran Pasukan Kuning," harap Rustam.

Rustam menjelaskan, pemerintah membuat jadwal pembuangan sampah tersebut agar Kota Singkawang yang pernah mendapat penghargaan Adipura pada 2009 tetap bersih.

"Khusus untuk pasukan yang menyapu di jalan, sudah ada schedule atau jadwal tersendiri. Jadwal armada angkut juga sudah kita susun sesuai kebutuhan angkutan di lapangan, " jelas Rustam.

Menurut dia, menjaga kebersihan ini sangat dan memerlukan peran serta masyarakat, karena selain untuk menjaga agar lingkungna tetap sehat juga berpengaruh pada minat wisatawan untuk berkunjung ke Kota Singkawang yang juga disebut sebagai Kota Pariwisata. "Makanya kebersihan Kota Singkawang ini menjadi perhatian serius bagi kita," pungkas Rustam. (*)

Jangan Hanya Tanam Pohon, Tapi Juga Rawat

Ny Emma Hasan Karman
SINGKAWANG. Sebagai salah satu wujud untuk mengurangi dampak pemanasan global (global warming), Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) telah berkali-kali mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menanam pohon. Tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan perawatan.

"Agar penanaman pohon tidak sia-sia, maka tidak boleh dilupakan adalah pemeliharaan dan perawatannya," kata Elisabeth Majuyetty Hasan Karman, Ketua TP-PKK Singkawang kepada wartawan, Minggu (8/5).

Ny Emma Hasan Karman–sapaan akrab Elisabet Majuyetty–mengatakan, bila tidak dilakukan pemeliharaan terhadap pohon-pohon yang sudah ditanam, niscaya pohon-pohon tersebut akan mati. "Kelestarian lingkungan niscaya tidak akan terwujud," ingatnya.

Melestarikan lingkungan hidup merupakan salah satu sasaran Gerakan PKK. Untuk mewujudkan tersebut, telah lima kali dilakukan penanaman pohon besar-besaran yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Kota Singkawang.

Sebagai contoh, pada Jumat (6/5) lalu, telah dilakukan penanaman pohon yang melibatkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Singkawang, instansi-instansi vertikal, BNI 46, PT Askes, PT Fajar Group, SSA, Yayasan Budha Tzu Chi, BPKS,

Menurut Emma, berbagai kegiatan penanaman pohon selama ini hendaknya dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi menyelamatkan lingkungan, agar dampak global warming dapat diminimalisir.

"Dengan menanam pohon maka akan menjadikan lingkungan sekitar kita hijau dan terlihat indah. Lingkungan juga akan menjadi sehat. Lingkungan hijau dan bersih tentunya menjadi dambaan bagi setiap orang dan nantinya akan menuju daerah yang sehat dengan lingkungan yang sehat pula," papar Emma. (*)

Membaca Belum Membudaya di Masyarakat

SINGKAWANG. Dibandingkan negara-negara maju seperti di Eropa dan lainnya, budaya membaca di Indonesia, termasuk di Kota Singkawang masih sangat rendah. Sehingga dibutuhkan kerja keras agar membaca itu menjadi membudaya.

"Harus kita akui, minat membaca di negara kita ini masih belum membudaya. Tetapi, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk memulainya," kata Dr Hasan Karman, Walikota Singkawang ditemui di Hotel Dangau Singkawang, baru-baru ini.

Untuk memulai membudayakan membaca itu, menurut Hasan, tentunya harus dimulai dari keluarga. "Minat membaca harus ditumbuhkan sejak dini, melalui teladan dari orangtua terhadap anak-anaknya. Karena orangtualah yang mengajar anak-anaknya seperti mengenal huruf atau lainnya," katanya.

Menurut dia, setelah di keluarga tentunya melalui sekolah. Tetapi tentunya untuk menumbuhkan minat membaca tidak bisa hanya mengandalkan sekolah, karena waktu anak lebih banyak di luar sekolah.

Olehkarenanya, tambah dia, masyarakat juga harus berperan aktif untuk membudayakan membaca ini. Termasuk para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), instansi-instansi vertikal, pihak swasta, organisasi kemasyarakatan, yayasan dan lainnya.

"Pemerintah sudah mencanangkan Gerakan Singkawang Membaca (GSM), hendaknya ini didukung semua pihak. Saya mendapat respon baik dari beberapa kalangan, di mana mereka akan menyumbangkan buku-buku ke perpustakaan," ungkap Hasan.

Belum membudayanya minat membaca ini memang mau tidak mau harus diakui. Berdasarkan jumlah pengunjung Perpustakaan Daerah Kota Singkawang masih jauh dari yang diharapkan.

Pada 2009, jumlah pengunjung di Perpustakaan Daerah Kota Singkawang hanya sekitar 3.306 orang, terdiri atas 444 pelajar, 753 mahasiswa dan 2.109 masyarakat umum. Berarti jumlah pengunjung perpustakaan rata-rata hanya 9 hingga 10 orang per hari. Padahal jumlah bukunya mencapai sekitar 8.390 eksemplar dengan berbagai jenis dan judul buku.

Jumlah pengunjung tersebut pun hanya bersifat sporadis, dalam artian bukan sebagai member atau anggota. Pada 2009, Perpustakaan Daerah Kota Singkawang hanya menerima 358 pendaftaran anggota baru, terdiri atas 86 pelajar, 76 mahasiswa dan 196 masyarakat umum.

Menurut Walikota Hasan Karman, selain dikarenakan minat membaca masyarakat yang kurang, rendahnya jumlah pengunjung ke perpustakaan tersebut dimungkin karena minimnya jumlah pustakawan. Pengelolaannya masih ditangani staf-staf yang tentunya kurang profesional.

Keberadaan pustakawan ini sangat penting, karena untuk mengelola perpustakaan juga diperlukan kiat-kiat atau terobosan. Pemerintah sudah berupaya menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan, pusat perbukuan, penerbit, toko buku, media cetak dan organisasi kemasyarakatan untuk mengembangkan perpustakaan.

Dia juga mengharapkan peran masyarakat untuk mendorong minat membaca di masyarakat, misalnya dengan menciptakan ruang perpustakaan yang nyaman agar pengunjung merasa betah.

Kelengkapan koleksi buku, juga hendaknya menjadi perhatian pengelola perpustakaan dan harus selalu di update, agar kaya informasi dan ilmu pengetahuan.

Perpustakaan dituntut untuk tetap menjaga eksistensinya sebagai tempat membaca dan menghadirkan suasana yang nyaman di tengah hiruk pikuk kehidupan dan masalah-masalahan yang selalu menghampiri masyarakat. (*)

Bangkit dan Bergeraklah untuk Pembangunan Kota Singkawang

SINGKAWANG. Pada perayaan Paskah Oikumene, Persekutuan Persekutuan Mahasiswa, Pemuda, dan Pelajar Kristiani Nasional (PMPPKN) Kota Singkawang mengusung tema "Bangkit dan Bergeraklah untuk Pemulihan Kota Singkawang" dengan subtema Anda adalah Generasi Terpilih (You are Chosen Generation).

Menurut Walikota Singkawang, Drs Hasan Karman, tema tersebut sangat sesuai dengan perayaan Paskah. "Yakni generasi terpilih untuk bangkit dan bergerak dalam mendukung pembangunan," katanya ketika menghadiri Paskah Oikumene PMPKN Kota Singkawang di Aula SMP Pengabdi, Sabtu (7/5).

Hasan mengharapkan perayaan Paskah kali ini menjadi umat Kristiani memaknai kebangkitan Yesus Kristus untuk bangkit dan bergerak. "Ciptakan Kota Singkawang ini sebagai rumah besar yang aman untuk siapa saja, dengan pluralisme dan Pancasila serta dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika," harapnya.

Dia mengingatkan PMPPKN Kota Singkawang ini, tidak sekedar melaksanakan program-program seremonial. Tetapi harus mempunyai program yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat, seperti kegiatan-kegiatan sosial dan lainnya.

Dalam perayaan Paskah tersebut, sekitar 200 mahasiswa, pemuda dan pelajar di Kota Singkawang turut andil. Organisasi yang tergolong baru di Kota Singkawang ini memang mencoba merangkul dan mengakomodir pelajar Kristiani untuk bersama-sama merayakan Paskah.

Dalam perayaan tersebut, Ketua Panitia Pelaksana, Amir memberikan cinderamata kepada Walikota Hasan Karman dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Singkawang yang diwakili Liu Siet Ha. (*)

Saturday, 7 May 2011

DPRD Singkawang Gagas Perda Inisiasi Pendidikan

H Zainal Abidin HZ
SINGKAWANG. Usai Kunjungan Kerja (Kunker) ke Bogor beberapa waktu lalu, DPRD Kota Singkawang menggagas Peraturan Daerah (Perda) Inisiasi Pendidikan, agar Singkawang juga menjadi Kota Pelajar.

"Kami akan mencoba membuat payung hukum di bidang pendidikan ini, agar mutu pendidikan Kota Singkawang menjadi memadai dan pada akhirnya akan menjadi Kota Pelajar disamping kota jasa dan pariwisata," kata H Zainal Abidin HZ, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Singkawang kepada Equator, Jumat (6/5).

Zainal mengatakan, rencana pembuatan payung hukum berupa Perda tersebut setelah mendapatkan pengetahuan dari Bogor. "Mutu pendidikan di Bogor itu sangat luar biasa. Jumlah sekolahnya pun sangat fantantis, kalau dibandingkan, jumlah sekolah di Kota Singkawang hanya 20 persennya saja," ungkapnya.

Keunggulan pendidikan di Bogor tersebut, menurut Zainal, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya karena daerah tersebut bertetangga dengan Jakarta, para pejabat pusat banyak tinggal di sana, bahkan termasuk Presiden. "Tetapi ada beberapa hal yang bisa kita contoh atau diterapkan di Kota Singkawang," katanya.

Di antara kebijakan pendidikan di Bogor yang dapat dicontoh Kota Singkawang itu, tambah dia, di antaranya penerbitan Perda Inisiasi Pendidikan. "Dengan adanya Perda ini, kepala daerah akan betul-betul mempertanggungjawabkan perkembangan pendidikan di daerahnya," terang Zainial

Dengan adanya Perda Inisiasi Pendidikan tersebut, kata Zainal, peran serta pemerindah daerah dan masyarakat menjadi sangat dominan sekali dan sekolahpun akan menjadi mandiri.

Peran pemerintah yang dimaksud Zainal tersebut, di antaranya melalui pengalokasian anggaran yang memadai untuk bidang pendidikan ditambah lagi dengan partisipasi masyarakat untuk memerhatikan dunia pendidikan.

Sedangkan mengenai sekolah akan menjadi mandiri tersebut, terang Zainal, misalnya mandiri dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar dan lainnya. "Dengan peran pemerintah dan masyarakat dominan, sekolah menjadi mandiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan," ujarnya.

Dia mencontohkan, di Bogor itu sekolah mampu membiayai guru-guru untuk melanjutkan pendidikannya, baik di dalam negeri maupuan luar negeri. "Jadi sekolah yang membiayai guru yang akan melanjutkan pendidikannya," jelas Zainal.

Menurut dia, hal tersebut sangat positif bila juga diberlakukan di Kota Singkawang. "Mudah-mudahan hal positif ini juga dapat diberlakukan di Kota Singkawang," harap Zainal.

Di samping itu, sarana dan prasarana pendidikan juga akan lebih baik, karena tanpa hal tersebut, tidak mungkin kualitas pendidikan di Kota Singkawang akan meningkat. "Kalau sarana dan prasarna minim, bagaimana mau meningkatkan pendidikan, kan tidak mungkin," pungkas Zainal. (*)

Stop ! Berburu Burung

Aksi Tanam Pohon
SINGKAWANG. Wabah ulat bulu di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Sintang, Kalbar, karena terjadi ketidakseimbangan alam. Pemangsa (predator) hewan kecil yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit manusia itu tidak ada. Olehkarenanya masyarakat dihimbau tidak berburu burung.

"Hendaknya masyarakat berhenti berburu hewan predator ulat bulu, di antaranya burung," kata Dr Hasan Karman, Walikota Singkawang ditemui usai peringatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-8 dan Hari Kesatuan Gerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (HKG-PKK) ke-39 di SD Negeri 14 Singkawang Selatan, Jumat (6/5).

Menurut Hasan, fenomena wabah ulat bulu tersebut terjadi karena ketidakseimbangan alam. "Tidak ada predator dalam rantai makanannya. Sehingga ulat bulu berkembang biak dan menjadi wabah," ingatnya.

Untuk menghindari agar wabah ulat bulu seperti di daerah-daerah lain tidak terjadi di Kota Singkawang, Hasan mengharapkan seluruh elemen masyarakat turut menyimbangkan alam dengan melakukan penghijauan kota dan berhenti memburu hewan-hewan predator dari ulat bulu dan lainnya.

Bertepatan dengan BBGRM dan HKG PKK ini, Hasan juga mengajak seluruh generasi muda seperti para pelajar hendaknya mencintai lingkungan, karena dampak positifnya bagi kehidupan manusia sangat besar.

Pada peringatan BBGRM dan HKG PKK kali ini, dilaksanakan senam sehat yang dirangkai dengan penanaman pohon. Kegiatan tersebut dihadiri Ketua DPRD Kota Singkawang Tjhai Tjhui Mie, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kalbar Siti Fathonah.

Hadir pula Direktur Perencanaan Kependudukan BKKBN Pusat Satrio Indarko, Ketua TP-PKK , Ny Elisabeth Majuyetty (Emma) Hasan Karman, dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masyarakat dan pelajar.

Ketua Tp-PKK Kota Singkawang, Ny Emma Haan Harman mengatakan, kegiatan penanaman pohon ini merupakan kali kelima bersama masyarakat Kota Singkawang. "Hampir 4 ribu pohon yang telah ditanam," ungkapnya.

Dia menjelaskana, penanaman pohon ini merupakan salah satu tindakan nyata dari TP-PKK Kota Singkawang untuk merangkul masyarakat untuk bergotong-royong berpartisipasi dampak pemanasan global (global warming).

Di tempat yang sama, Direktur Perencanaan Kependudukan BKKBN Pusat, Satrio Indarko mengatakan, dengan banyak ruang hijau menunjukkan masyarakat berupaya untuk hidup berdampingan dengan alam. "Kami merasa digurui dengan Kota Singkawang. Mudah-mudahan ini menjadi cerminan bagi kami yang tinggal di Jakarta" ucap Satrio.

Pohon yang ditanam kali ini merupakan sumbangan dari para donator, di antaranya BPKS, Yayasan Budha Tzu Chi. Penghijauan ini juga dilakukan Petugas Kebersihan di Kota Singkawang. (*)

Walikota Gemar Baca “Bobo” dan “Gadis”

Walikota Hasan Karman bersama anak-anak
SINGKAWANG. Walikota Singkawang, Dr Hasan Karman mempunyai kegemaran membaca karena teladan yang diberikan orangtuanya. Sejak Sekolah Dasar (SD) dia sudah gemar membaca. Garapannya seperti Komik Ko Ping Ho, Majalah Bobo, Gadis, Hai dan lainnya.

"Saya sering melihat orangtua saya membaca. Hal itu membuat saya sangat ingin membaca, maka saya terus menerus mencari bacaan, mulai dari komik dan lainnya itu," kata Walikota Hasan Karman, ketika mencanangkan Gerakan Singkawang Membaca (GSM) di Hotel Dangau beberapa waktu lalu.

Kegemaran berlanjut hingga membaca majalah yang tersedia di zamannya duduk di bangku SD. "Saya paling senang itu membaca Majalah Bobo, mengisi teka-teki silangnya, mengirimkan jawabannya, beberapa kali mendapat hadiah," cerita Hasan.

Terkait hadiah dari hasil mengirimkan jawaban teka teki silang di Majalah Bobo ini, Hasan punya cerita yang sangat berkesan dan sedih. Ketika mendapatkan kiriman hadiah melalui jasa pos, paket hadiah yang diterimanya rusak dan isinya banyak yang hilang. "Waktu itu saya menangis, ketika protes tidak ditanggapi, kisah itu saya ingat terus," ujarnya.

Kegemaran membaca terus berlanjut hingga naik ke jenjang pendidikan berikutnya. Ketika di SMP, Hasan mencari majalah-majalah untuk menjadi bahan bacaannya. Tetapi di masanya itu sangat sulit menemukan majalah, tidak seperti sekarang yang gampang menemukan majalah. "Yang ada waktu itu, majalah Gadis, majalah cewek, saya baca itu, karena besarnya rasa ingin membaca itu," kisahnya.

Selanjutnya, tambah dia, terbitlah majalah remaja "Hai", dan ini pun menjadi garapan sehari-hari. "Mulai dari edisi pertama saya sudah beli, terus menerus. Dan kegemaran membaca itu berlanjut hingga sekarang, buku-buku, kajian-kajian dan lainnya," kata Hasan.

Dari kegemarannya membaca itu, berbagai keuntungan yang dirasakan Hasan, di antaranya wawasan menjadi luas, karena dalam buku yang dibacanya itu terdapat ilmu pengetahuan, informasi-informasi dan lainnya. "Dan menjadikan kita baik berbahasa Indonesia. Ketika saya sekolah di Jatim, Bahasa Indonesia saya dinilai sangat baik, itu saya peroleh dari kegemaran membaca itu," katanya.

Menurut Hasan, terdapat banyak manfaat yang positif dari membaca, di antaranya imajinasi kita terus berkembang, otak menjadi sehat dan lainnya. "Dari berbagai penelitian orang yang gemar membaca akan terhindar dari penyakit pikun," ungkapnya.

Olehkarenanya, Hasan mengharapkan, kegemaran membaca ini hendaknya ditumbuhkan sejak dini terhadap generasi penerus bangsa. "Karena kalau sudah dewasa sulit, dia harus dibiasakan dari sejak usia dini, orangtua harus memberikan teladan yang baik agar anak juga ikut gemar membaca," ujarnya.

Orangtua, kata Hasan, berperan penting dalam menumbuhkan kegemaran membaca bagi anak-anaknya, karena anak-anak sering menyontoh apa yang dilakukan di lingkungan keluarganya terutama orangtuanya. "Saya juga sering pesankan kepada istri saya, jangan sampai ketinggalan dengan anak kita. Anak kita gemar membaca, ketika bicara dengan kita lalu tidak nyambung, karena kita ketinggalan informasi dan lainnya, lalu anak kita bilang kita tulalit, ini dan itu, jangan sampai ini terjadi," ingatnya. (*)

Pertama Ikut Lomba, Langsung Dapat Juara

Tim Drumband SMP Pengabdi
SINGKAWANG. Kendati baru kali pertama mengikuti perlombaan drumband dan hanya mempunyai waktu satu minggu untuk latihan, Tim Drumband SMP Pengabdi Kota Singkawang berhasil meraih Juara Harapan III pada Perlombaan Drumband di Politeknis Negeri Pontianak (Polnep).

"Karena ini pengalaman pertama, meraih Juara Harapan III merupakan permulaan yang baik, diharapkan tahun depan akan lebih baik lagi," kata Elisabeth Majuyetty (Emma) Hasan Karman, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Singkawang kepada wartawan, Kamis (5/5).

Ny Emma Hasan Karman yang menyempatkan diri untuk melihat persiapan terakhir Tim Drumband SMP Pengabdi serta memberikan dorongan kepada wakil Kota Singkawang tersebut untuk meraih hasil terbaik di Perlombaan Drumband yang merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis Polnep Pontianak 1 Mei lalu.

Keberhasilan yang diraih Tim Drumband SMP Pengabdi Singkawang, menurut Emma, merupakan suatu yang cukup membanggakan, demikian halnya dengan keberhasilan Tim Basket SMA Ignatius yang meraih Juara II. "Tentu hal ini sangat membanggakan. Saya mengharapkan prestasi-prestasi dari sekolah lainnya menyusul untuk mengharumkan nama Kota Singkawang," kata Emma.

Pada perlombaan yang dilaksanakan untuk memperingati ulang tahun Polnep Pontianak tersebut terdiri atas berbagai perlombaan, untuk kategori drumband mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi.

Dalam perlombaan tersebut, beberapa kabupaten/kota ikut andil, di antaranya dari Kabupaten Kubu Raya, Sambas, Kota Singkawang serta Kota Pontianak yang paling banyak mengirim pesertanya.
Pelatih Tim Drumband SMP Pengabdi Kota Singkawang, Ridwan mengungkapkan, persiapan latihan hanya satu minggu. "Tetapi, motivasi dari siswa untuk mengikuti even ini sangat besar dan mereka sangat bersemangat," katanya.

Melihat kondisi tersebut, Ridwan tidak menargetkan untuk mendapatkan juara dalam lomba drumband tersebut. "Target kita mengikuti perlombaan ini, sebenarnya hanya untuk pengalaman bagi siswa kita. Tetapi dengan hasil yang diraih, tentu sungguh di luar dugaan dan ini sangat membanggakan. Kita patut berikan apresiasi kepada tim drumband, serta pihak-pihak yang mendukung termasuk Pemerintah Kota Singkawang," ujarnya.

Keberhasilan meraih Juara Harapan III ini tentunya menunjukkan kalau potensi tim drumband SMP Pengabdi sangat besar. "Diperlukan latihan yang lebih keras agar berikutnya dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi," pungkas Ridwan. (*)

Singkawang Butuh Perda Layang-layang

Razia Layang-layang Tali Kawat
SINGKAWANG. Permainan layang-layang di Kota Singkawang semakin menjamur. Terutama dapat dilihat pada sore hari. Olehkarenanya, Kota Pariwisata ini sudah membutuhkan adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang layang-layang.

"Kalau memang itu sudah menganggu, alangkah baiknya kalau di Kota Singkawang juga ada Perda Layang-layang, seperti halnya Kota Pontianak," kata Tambok Pardede SH, Ketua Komisi A DPRD Kota Singkawang ditemui Equator di ruang kerjanya, Kamis (5/5).

Tetapi, menurut Tambok, untuk mewujudkan hal tersebut tentunya memerlukan berbagai pertimbangan. "Karena hingga saat ini belum ada masyarakat yang mengeluhkan permainan layang-layang tersebut," katanya.

Secara kasat mata, Tambok mengakui kalau permainan layang-layang di Kota Singkawang semakin ramai, karena hal ini memang permainan rakyat. "Tetapi kalau Perda-nya telah ada dan diberlakukan nantinya, bukan berarti kita melarang permainan layang-layang tersebut," katanya.

Menurut Tambok, yang diatur tersebut merupakan pada penggunaan tali kawat dan tempat bermainnya. "Yang berbahaya itu kan bila menggunakan tali kawat, karena dapat menyebabkan listrik padam dan lainnya," terangnya.

Perlu dilakukan lokalisir permainan layang-layang, kata Tambok, misalnya hanya boleh dimainkan di lapangan yang luas dan tertentu yang tidak mengganggu pengguna jalan atau masyarakat lainnya.

Hal senada diutarakan, Sekretaris Komisi A DPRD Kota Singkawang, Reni Asmara Dewi. Menurutnya, untuk melarang permainan masyarakat tentu sangat sulit. Sehingga diperlukan itu pengaturan mengenai tempat permaianannya agar tidak menganggu listrik, masyarakat lainnya, tidak membahayakan para pengguna jalan dan para pemain serta lainnya. "Pengaturan tempat permainan layang-layang ini yang perlu diatur," katanya.

Terpisah, Kepala Cabang PT PLN Cabang Singkawang (Persero), Achmad Ismail mengatakan, terjadinya pemadaman listrik beberapa kali dalam sehari, karena adanya permainan layang-layang menggunakan tali kawat. "Olehkarenanya, kita membentuk tim untuk merazia para pemain layang-layang menggunakan tali kawat tersebut," katanya.

Tim tersebut bekerjasama antara PLN dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Kota Singkawang. Tetapi, razia yang dilakukan hanya bersifat himbauan dan peringatan karena tidak adanya aturan semacam Perda yang mengikat.

Tim dari PLN dan Satpol PP Kota Singkawang ini telah beberapa kali melakukan razia dan telah berhasil menyita cukup banyak layang-layang yang menggunakan tali kawat. Hanya layang-layang dan tali kawatnya yang disita. Sedangkan pemainnya mendapat peringatan agar tidak mengulangi hal tersebut. (*)

Lapas Singkawang Kesulitan Air Bersih

Setia Budi Irianto
SINGKAWANG. Berbagai kegiatan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kota Singkawang dibiayai negara. Sehingga tidak menjadi persoalan. Hanya saja terkendala beberapa hal di luar kegiatan pemasyarakatan, terutama persoalan air bersih.

"Kendalanya hanya di luar kegiatan pemasyarakatan saja, misalnya masalah air bersih," ungkap Setia Budi Irianto, Kepala Lapas Kota Singkawang ditemui di tempat kerjanya, Rabu (4/5).

Dia mengungkapkan, permasalahan ketersediaan air bersih menjadi persoalan utama di Lapas, karena air yang digunakan selama ini tidak layak. "Air untuk mandi anak-anak itu, waduh, zat besinya tinggi sekali, warna juga tidak karu-karuan. Sehingga banyak yang mengeluh gatal-gatal," ungkap Setia.

Sedangkan untuk konsumsi, Lapas terpaksa harus membeli dari luar, agar para petugas dan penghuni Lapas tidak terserang penyakit. "Selama ini kita membeli air dari luar, kita tidak ada mengambil air leding," kata Setia.

Karena kalau memasang leding, kata Setia, tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena harus memasang pipa dan lainnya. Sementara anggaran untuk membeli air tidak bisa dialihkan untuk memasang pipa PDAM ke Lapas. "Tentunya untuk memasang pipa PDAM ini membutuhkan cukup banyak biaya," terangnya.

Hanya persoalan ketersediaan air bersih itulah yang menjadi permasalahan di Lapas Kota Singkawang. Sementara kegiatan pemasyarakatan tidak tidak ada masalah termasuk pada pembinaan terhadap narapidana, kegiatan olahraga, kesenian, keagamaan dan kegiatan rutin lainnya seperti kunjungan ke panti-panti asuhan.

Dia mengungkapkan, saat ini narapidana di Lapas Kota Singkawang 282 orang terdiri atas 34 wanita, 13 anak dan sisanya laki-laki dewasa. "Itu berdasarkan data terakhir kita," ujar Setia. (*)

Wujudkan Sekolah RSBI SMK

SINGKAWANG. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Singkawang, hendaknya juga diwujudkan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

"Selama ini yang ada baru untuk jenjang SD, SMP dan SMA, sementara SMK belum ada," ungkap H Zainal Abidin HZ, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Singkawang ditemui di ruang kerjanya, Rabu (4/5).

Dengan adanya sekolah RSBI SMK tersebut, kata Zainal, diharapkan ke depannya Kota Singkawang di samping sebagai kota jasa dan pariwisata, bidang pendidikannya juga semakin menonjol. "Kita mengharapkan Pemkot Singkawang mewujudkan sekolah berskala internasional tersebut," pintanya.

Tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut tentunya tidak gampang. Sehingga Zainal juga mengharapkan partisipasi masyarakat, pelaku usaha dan lainnya. "Jangan berasumsi kalau pendidikan gratis itu maka semuanya gratis," ingatnya.

Bagaimana juga, tambah dia, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Singkawang ini harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai dan tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Tanpa adanya tunjangan dana untuk pembangunan sarana prasarana dari masyarakat tentunya akan sulit meningkatkan kualitas pendidikan, karena tidak bisa semata mengharapkan pemerintah yang mempunyai alokasi dana terbatas untuk menjalankan berbagai sektor pembangunan yang juga menjadi prioritas di Kota Singkawang," papar Zainal.

Sebelumnya, beberapa RSBI di Singkawang sudah memenuhi Internasional Standar Organization (ISO) seperti SD Negeri 1 Singkawang Tengah, SMP Negeri 3 di Jalan Nusantara dan SMA Negeri 1 Singkawang Tengah.

Bahkan untuk SMA Negeri 1 sudah meraih ISO Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008). Sekolah ini bekerjasama dengan Badan Standarnisasi Nasional (BSN). Pridikat ISO-nya diperoleh 2008 dan diterima tahun berikutnya.

Tetapi, untuk RSBI SMK masih belum ada di Singkawang belum. Sehingga Zainal mengharapkan Pemkot Singkawang mewujudkannya. "Mudah-mudahan dapat segera diwujudkan," harapnya.

Sementara itu, kendati SMK belum mempunyai RSBI apalagi SBI, bukan berarti tidak mendapatkan perhatian serius dari Pemkot Singkawang. Karena SMK ini merupakan salah satu model pendidikan yang sangat cocok diterapkan di Kota Pariwisata ini.

Walikota Singkawang, Dr Hasan Karman mengatakan, dengan bekal keterampilan yang diperoleh dari SMK, lulusannya dapat diserap dunia usaha. "SMK memang digariskan kalau lulusannya itu bisa bekerja, karena mereka menguasai keterampilan di kejuruannya, ini sangat sesuai dengan Indonesia," ujarnya.

Melihat sangat cocoknya SMK untuk jenis pendidikan di Indonesia, khususnya Kota Singkawang, Hasan menyampaikan kalau Kota Pariwisata ini membutkan kejuruan di bidang jasa, pariwisata, industri dalam hal tertentu, misalnya mebel, souvenir dan pertanian.

"Karena setelah kunjungan saya ke Taiwan, saya melihat Taiwan itu negara yang industrinya tidak berskala besar, kecil-kecil tetapi banyak dan tenaga kerjanya lulusan kejuruan," ujar Hasan.

Dari pantauan di negeri orang tersebut, menurut Hasan, dengan karakter Kota Singkawang, patut dikembangkan kejuruan atau keterampilan mengenai industri kerajinan produk kebutuhan pangan dan pariwisata, akomodasi perhotelan, tata boga dan lainnya. (*)

SMK Pariwisata dapat Perhatian Ekstra

Ultah SMK Pariwisata
SINGKAWANG. Pembangunan sektor pariwisata di Kota Singkawang terus menggeliat. Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang akan memberikan perhatian lebih (ekstra) kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3 atau SMK Pariwisata, agar lulusannya dapat diserap industri pariwisata.

"Sebagai walikota yang bertanggungjawab untuk kemajuan pariwisata Kota Singkawang, saya akan memberikan perhatian yang ekstra kepada SMK Pariwisata ini," kata Dr Hasan Karman, Walikota Singkawang ditemui usai Peringatan Ulang Tahun ke-7 SMK Negeri 3 Kota Singkawang, Selasa (3/5).

Perhatian ekstra yang dimaksud Hasan tersebut bukan hanya pada fasilias pendidikannya, yang saat ini memang penuh keterbatasan. Tetapi juga turut mempromosikannya. "Akan diupayakan bagaimana agar alumi SMK Pariwisata ini dapat terserap di dunia pariwisata," jelasnya.

Menurut Hasan, sudah selayaknya SMK Pariwisata ini mendapatkan perhatian eksrta, karena Kota Singkawang sebagai Kota Pariwisata sudah semestinya ditopang SMK yang menghasilkan sumberdaya yang terampil di bidang kepariwisataan. "Dengan jurusan yang ada di SMK Negeri 3 ini, saya kira semuanya sudah mencukupi untuk memasok ternaga kerja pariwisata," ujarnya.

SMK Negeri 3 Kota Singkawang mempunyai empat jurusan, yakni Pariwisata, Tata Boga, Tata Busaha dan Akomodasi Perhotelan, yang semuanya itu mendukung pengembangan kepariwisataan. "Hanya saja dengan keterbatasan sekarang ini, ke depannya harus lebih tingkatkan, agar level mutunya lebih naik lagi," kata Hasan

Pengembangan pariwisata di Kota Singkawang, Hasan mengatakan, sedang berproses dan semakin menggeliat. "Pembicaraan intens telah kita lakukan kepada para perusahaan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kota Singkawang ini," ungkapnya.

Setidaknya, tambah dia, dari pembicaraan yang intens tersebut, sudah terdapat empat investor yang berminat membangun hotel bintang tiga di Kota Singkawang. "Mungkin mereka sedang mempersiapkan pembangunan, menunggu saat yang tepat. Kita tidak bisa memaksanya untuk segera, yang penting minatnya sudah ada untuk membangun hotel itu," papar Hasan.

Terkait kebutuhan jumah hotel di Singkawang, Hasan belum dapat memastikan, karena hal tersebut akan bergerak perlahan sesuai dengan jumlah kunjungan ke Kota Singkawang. "Tentu para pengusaha hotel itu melihat ratio kunjungan ke Singkawang, data itu yang selalu mereka minta ke kita," tuturnya.

Tetapi, kata Hasan, hingga kini Pemkot Singkawang belum dapat menyajikan data yang valid, karena jumlah kunjungan masih bersifat musiman, belum bersifat rutin seperti kunjungan wisata di Bali yang memang sudah mempunyai fasilitas yang lengkap.

Di samping berbagai upaya Pemkot Singkawang untuk mengembangkan sektor kepariwisataan, Hasan mengharapkan para guru di SMK Negeri 3 Singkawang yang dijuluki SMK Pariwisata ini membekali siswanya dengan berbagai keterampilan agar siap diserap dunia pariwisata. "Ke depan mungkin Singkawang akan mampu menyai industri wisata lainnya, karena potensinya cukup banyak hanya belum tergali secara optimal, misalnya alam, budaya, kuliner dan lainnya," paparnya.

Di tempat yang sama, Kepala SMK Pariwisata, Drs Bambang Sri Seramto mengatakan, sejak berdiri 16 Oktober 2003, sekolah ini cukup sulit untuk berjalan, di tahun pertama hanya menerima siswa yang tidak lulus ke sekolah lain. "Tetapi berkat kerja keras dan perjuangan semua pihak, kini SMK Negeri 3 sudah menjadi model se-Kalbar sebagai sekolah percontohan pendidikan karakter," ungkapnya.

Hal tersebut tentunya cukup membanggakan dan mendorong pihak sekolah untuk terus meningkatkan kualitas siswanya, baik di bidang pariwisata, bahasa, tataboga, busana, akomodasi perhotelan dan lainnya. "Mudah-mudahan semakin lama SMK Negeri 3 ini menjadi lebih baik dengan adanya dukungan dari semua pihak, termasuk dari Pemkot Singkawang," harapnya.

Hal senada dikatakan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Singkawang, Martinus Misa SSos MSi. Menurutnya, prestasi yang diraih SMK Pariwisata di dalam keterbatasannya, tentunya membanggakan semua pihak. "Mudah-mudahan diusianya yang ketujuh ini, bisa berbuat banyak lagi dan dapat bermanfaatkan bagi Kota Singkawang," harapnya. (*)

Satpam, Pelajar dan Mahasiswa Pengunjung Perpustakaan Teraktif

Penghargaan Karena Gemar Membaca
SINGKAWANG. Tiga orang berhak mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang karena menjadi pengunjung Perpustakaan Daerah Kota Singkawang terbanyak dan teraktif untuk tahun lalu. Mereka berstatus Satuan Pengamanan (Satpam), pelajar dan mahasiswa.

Warga Kota Singkawang yang paling sering berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kota Singkawang tersebut terdiri atas Rizpandi yang berprofesi sebagai Satpam di salah satu bank, Asmaul Husna yang berstatus pelajar SMP dan Nureska yang berstatus mahasiswa.

Penghargaan kepada Satpam, Pelajar dan Mahasiswa tersebut diserahkan langsung Deputi Pengembangan Bidang Sumberdaya, Perpustakaan Nasional RI, Drs Bambang Supriyo Utomo MLib usai pencanangan Gerakan Singkawang Membaca (GSM) di Hotel Dangau Singkawang.

Rizpandi mengatakan, secara rutin pergi ke Perpustakaan Daerah Singkawang untuk meminjam buku, paling tidak satu kali dalam satu minggu. "Buku itu untuk say abaca ketika sedang bertugas malam atau lainnya," katanya.

Ketika buku yang telah dibaca habis, Rizpandi yang sehari-hari bekerja sebagai Satpam ini kembali berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kota Singkawang untuk meminjam buku. Kebetulan jarak tempat kerjanya ke perpustakaan itu hanya membutuhkan jarak tempuh sekitar lima menit menggunakan sepeda motor.

Rizpandi mengaku, kegemaran membacanya itu sejak duduk di bangku kuliah hingga berkeluarga dan mempunyai tiga orang anak saat ini. "Anak saya yang pertama baru kelas tiga SD, sedang dua anak saya lagi masih kecil belum sekolah," kata pria yang menggemari buku-buku tentang keagamaan ini.

Penerima penghargaan lainnya, Asmanul Husna merupakan pelajar kelas VII di salah satu SMP di Singkawang. "Setiap pulang sekolah, sekitar pukul 13.00, saya mampir ke perpustakaan daerah, sampai perpustakaan itu tutup sekitar pukul 15.00 baru saya pulang ke rumah saya di asrama tentara," katanya.

Husna mengakui, kalau minat membacanya tumbuh dari dirinya sendiri di samping faktor sekolah yang menuntutnya untuk banyak membaca buku-buku mata pelajaran agar mendapatkan nilai yang baik. "Saya sering pergi sendiri, biasa juga sama teman," kata penggemar majalah Bobo sejak SD ini.

Putri dari pasangn Durmanuddin dan Jaliyah ini sangat senang atas penghargaan yang diberikan pemerintah, walaupun sebenarnya bukan itulah yang dicarinya dari gemar berkunjung ke perpustakaan untuk membaca. "Saya senang sekali, dan tentunya akan lebih meningkatkan kegemaran saya dalam membaca," ujar Husna.

Penerima penghargaan lainnya, Nureska, merupakan salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi di Singkawang dan aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Singkawang. "Saya pergi ke perpustakaan tergantung ada kesempatan, karena kebetulan saya di semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsi," kata penggemar buku manajemen ini.

Minimal dalam satu minggu, Nureska berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kota Singkawang satu kali, terutama ketika sebelum masuk jam kuliah. "Dengan membaca ini, wawasan kita menjadi luas dan dapat berdiskusi dengan lebih matang bersama teman-teman di kampus atau di organisasi-organisai, pertemuan-pertemuan dan lainnya," pungkasnya. (*)

Budayakan Gemar Membaca Sejak Dini

Budayakan Memaca Sedari Kecil
SINGKAWANG. Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang menghimbau seluruh elemen masyarakat untuk menumbuhkan minat membaca sejak dini. Setiap Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) harus menjadi ujung tombak dalam mengkampanyekannya.

"Ajarkan kepada generasi muda untuk menumbuhkan minat baca sejak dini, karena kalau sudah tua sudah susah. Bagi para orangtua hendaknya memberikan teladan kepada anak-anaknya untuk gemar membaca," kata Dr Hasan Karman, Walikota Singkawang ditemui usai Pencanangan Gerakan Singkawang Membaca (GSM) di Hotel Danau Singkawang, Selasa (3/5).

Pencanangan GSM tersebut dihadiri Deputi Pengembangan bidang sumber daya perpustakaan nasional RI Drs Bambang Supriyo Utomo M.Lib, Ketua DPRD Kota Singkawang Tjhai Chui Nie beserta anggota dan para kepala SKPD, Ketua Tim Pengerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Singkawang Ny Elizabeth Majuyeety (Emma) Hasan Karman dan lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Walikota Hasan Karman mengatakan, gerakan gemar membaca ini sudah sejaj lama digaungkan. "Tetapi dengan adanya intruksi Gubernur Kalbar untuk mencanangkan gerakan membaca, hendaknya ini menjadi momentum untuk menggaungkan lebih keras lagi tentang gerakan membaca ini, agar bisa diterima semua elemen masyarakat," katanya

Menurut dia, minat membaca harus ditumbuhkan sejak dini. Olehkarenanya, seluruh elemen masyarakat, SKPD termasuk instansi vertikal, pihak swasta, organisasi kemasyarakatan, yayasan dan lainnya turun menyukseskan GSM ini. "Saya mendapat respon baik dari beberapa kalangan, di mana mereka akan menyumbangkan buku-buku ke perpustakaan," ungkap Hasan.

Upaya keras untuk menumbuhkan minat baca sejak ini, kata Hasan, perlu dilakukan, karena untuk seluruh Indonesia, minat membaca masih sangat kurang bila dibandingkan negara-negara lain. "Negara-negara lain, minat membacanya juah lebih maju. Tetapi tidak ada kata terlambat bagi kita untuk menumbuhkan minat gemar membaca," paparnya.

Untuk menyukseskan GSM ini, Hasan meminta SKPD menjadi ujung tombaknya, misalnya dengan membuat poster-poster, pamphlet dan lainnya untuk mendorong agar masyarakat gemar membaca sejak dini.

Hasan mengatakan, penting sekali untuk menumbuhkan minat membaca sejak dini. "Seperti teladan yang diberikan orangtua saya ke saya, sampai sekarang, buku itu selalu terngiang di kepala, sehingga sejak SD saya sudah melahap buku apa saja di Singkawang ini, mulai dari komik, majalah dan lainnya. Dengan itu wawasan akan menjadi luas, karena dengan membaca itu, informasi akan didapat, ilmu pengetahuan dan lainnya," kisahnya.

Beranjak dari pengalaman pribadi dan contoh dari negara-negara lain, Hasan mendorong pemerintahan di tingkat camat hingga lurah untuk turut aktif mengkampanyekan GSM. "Saya undang seluruh unsur pimpnan daerah, instansi vertikal, perbankan dan lainnya untuk mengkampanyekan Gerakan Singkawang Membaca, karena ini tidak bisa hanya menjadi tanggungjawab Pemkot, karena tidak akan efektif," ingatnya.

Di tempat yang sama, Deputi Pengembangan Bidang Sumberdaya, Perpustakaan Nasional RI, Drs Bambang Supriyo Utomo MLib memberikan apresiasi kepada Pemkot Singkawang yang mencanangkan GSM. "Mudah-mudahan Singkawang menjadi contoh bagi kabupaten/kota lainnya," harapnya.

Menurut Bambang, dengan pencanangan GSM ini, menunjukkankalau masyarakat Kota Singkawang lebih sadar untuk membaca. Hal ini dapat menjadi modal untuk menghadapi tantangan di masa mendapat yang lebih berat. "Untuk menumbuhkan minat membaca ini, kita tidak bisa hanya tergantung kepada sekolah sampai ke perguruan tinggi, tetapi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat," katanya.

Untuk menumbuhkan minat membaca ini, kata Bambang, peran paling utama itu di keluarga, karena di keluargalah anak diajarkan untuk mulai mengenal huruf dan membaca. Selanjutnya sekolah yakni melalui guru-guru, tetapi itu hanya terbatas pada waktu sekolah, sementara anak lebih banyak waktu di luar sekolah. "Di sini peran seluruh elemen masyarakat sangat penting untuk menumbuhkan minat membaca," paparnya.

Dengan membaca, tambah dia, akan diperoleh ilmu pengetahuan, wawasan menjadi luas, dapat membentuk karakter seseorang, otak menjadi jalan. "Dengan membaca kita bisa mendapatkan sesuatu yang tidak kita dapat melalui mendengar," jelas Bambang.

Dengan membaca, seseorang juga menjadi lebih percaya diri dalam pergaulan, tidak kurang pergaulan (kuper), tampak cerita, sehat dan tidak stress. "Begitu banyak manfaat yang kita dapat dari membaca itu," kata Bambang.

Menurut Bambang, memang tidak mudah untuk menumbuhkan minat membaca. Tetapi hal tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan memaksakan diri untuk membaca sepuluh menit setiap hari, lalau empat kali sepuluh menit per hari. "Selanjutnya tentukan waktu rutin untuk membaca setiap hari, setelah itu berlangsung barulah tentukan topik yang akan dibaca setiap harinya," sarannya.

Bila itu sudah terbiasa, tambah dia, biasakan untuk berkunjung ke perpustakaan atau toko buku. "Hal-hal seperti ini memang gampang membicarakannya, tetapi untuk melatihnya tidaklah gampang," ingat Bambang.
Sementara itu, Kepala Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kota Singkawang, Darnila mengatakan, pencanangan GSM ini sesuai dengan Intruksi Gubernur Kalbar Nomor: 3/BPKD/2010, tentang Gerakan Kalbar membaca dan Pemberdayaan Perpustakaan.

"GSM ini dilatarbelakangi beberapa hal, di antaranya karena membaca tersebut merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun, sehingga harus terus dijaga dengan berbagai upaya. Agar maksimal, harus dilaksanakan serentak dan terpadu," papar Darnila

Melalui GSM ini, Darnila mengharapkan akan tumbuh semangat gemar membaca, terjalin kerjasama semua kalangan untuk bersama-sama mendorong semua elemen masyarakat untuk gemar membaca. "Serta peran seluruh perpustakaan di Singkawang dapat lebih ditingkatkan," harapnya. (*)

BTC

Doge

LTC

BCH

DASH

Tokens

SAMPAI JUMPA LAGI

SEMOGA ANDA MEMPEROLEH SESUATU YANG BERGUNA