Saturday, 7 May 2011

Klinik Mawar Contoh yang Baik bagi Kabupaten/Kota Lain

Posted on 00:02 by Mordiadi

Oscar M Barreneche
SINGKAWANG. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengharapkan semua kabupaten/kota mencontoh Klinik Mawar Singkawang dalam mencegah dan menangani orang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Sehingga menghilangkan stigma negatif terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

"Klinik Mawar telah menerapkan praktik yang sangat bagus tentang pencegahan dan penanganan terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS," kata Oscar M Barreneche MD MSc, Team Leader Medical Officer HIV/AIDS Indonesia ditemui usai Jambore Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) ke-2 Singkawang, Bengkayang, Sambas (Singbebas) di Pantai Pasir Panjang Singkawang, Minggu (1/5).

Dalam Bahasa Inggris, Oscar mengatakan, Klinik Mawar Singkawang dalam mencegah dan menangani HIV/AIDS bekerjasama dengan komunitas lokas, ODHA, gigolo, Pekerja Seks Komersil (PSK) dan pemakai Narkotika dan Obat Terlarang (Narkoba). "Pendekatan yang digunakan Klinik Mawar cukup bagus, sehingga mampu mengurangi stigma negative terhadap ODHA," katanya.

Dia mencontohkan, ketika anak-anak yang positif terinfeksi HIV/AIDS dan tidak bisa sama-sama mengekspresikan dirinya. "Mereka seperti anak biasa saja, padahal di antara mereka terdapat ODHA," kata Oscar.

Perwakilan WHO yang akan membuat buku tentang Klinik Mawar ini juga mengatakan, praktik yang diterapkan Klinik Mawar cukup baik seperti dalam menangani ibu hamil yang positif terinfeksi HIV/AIDS agar tidak menular ke anak yang dilahirkannya, menyarankan konsumen PSK untuk memakai kondom, tidak bergantian menggunakan jarum suntik bagi pengguna Narkoba dan lainnya. "Apa yang diterapkan di sini, patut menjadi contoh semua kabupaten/kota di Kalbar atau juga Indonesia," ujar Oscar.

Di tempat yang sama, Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Penanggulangan HIV-AIDS RSUD dr Abdul Aziz Kota Singkawang sekaligus Pimpinan Klinik Mawar Kota Singkawang dr Budi Enoch SpPD mengatakan, perwakilan dari WHO itu rencana akan membuat buku tentang Klinik Mawar dan akan dicetak sekitar 2000 hingga 3000 eksemplar untuk disebar di seluruh Indonesia. "Dengan harapan Pokja di tempat lain juga menerapkan apa yang diterapkan di Klinik Mawar Singkawang," jelasnya.

Menurut Budi, WHO memilih Klinik Mawar Kota Singkawang, karena dianggap berhasil dalam mencari orang yang terinfeksi HIV/AIDS, menanggulanginya, manajemen, pencatatan, pelaporannya cukup baik. "Makanya dibuatlah buku tentang Klinik Mawar ini agar bisa dicontoh daerah lain," katanya.

Sebenarnya, kata Budi, yang paling dikagumi perwakilan WHO terhadap Klinik Mawar Kota Singkawang tersebut, karena adanya penyertaan dana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang sekitar Rp 67 juta. "Di daerah lain itu belum pernah ada, karena kebanyakan hanya mengharapkan proyek-proyek," ungkapnya.

Olehkarenanya, Budi memberikan apresiasi kepada Pemkot Singkawang, kendati APBD deficit, tetap memerhatikan kepentingan sosial. "Ini sebagai bentuk kepedulian untuk pelayanan public terutama terhadap dunia kesehatan," paparnya.

Sementara itu, Direktur Penanggulangan Penyakit Menular Langsung (P2ML) Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL ), Kementerian Kesehatan, dr HM Subuh MPPM juga memberikan apresiasi terhadap kinerja Klinik Mawar dalam mencegah dan menangani HIV/AIDS. "Kita berikan penghargaan tertinggi kepada RSUD Abdul Aziz khususnya Klinik Mawar dan juga Pemkot Singkawang dalam hal perhatiannya, pengembangan program dari penanggulangan HIV/AIDS," katanya.

Menurut dia, Klinik Mawar Kota Singkawang ini nantinya akan menjadi pembelajaran bagi daerah-daerah lain. "Karena banyak daerah lain yang masih terjadi pengusiran terhadap ODHA," ungkap Subuh.

Sedangkan praktik di Klinik Mawar telah berhasil menghilangkah stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA. Sehingga orang-orang yang terinfeksi ini dapat hidup seperti biasa. "Intinya ada komitmen daerah Pemerintah Daerah, Pusat Pelayanan, dan support dari masyarakat," jelas Subuh.

Menurut Subuh, ketiga hal tersebut terjadi di Kota Singkawang, berbeda dengan di daerah lainnya, pemerintah dan pusat pelayanan telah memberikan support sementara masyarakat tidak sehingga stigmanisasi dan diskriminasi terhadap ODHA semakin tinggi.

Subuh menjelaskan, stigma yang paling berat yang harus dilenyapkan itu dari petugas kesehatan, baik itu dokter, petugas administrasi atau lainnya. "Saya lihat RSUD Abdul Aziz sudah berhasil melenyapkan stigma di petugas kesehatan ini," katanya.

Terdapat pula stigma yang muncul dari ODHA sendiri. Hal ini, kata Subuh juga harus dilenyapkan. "Kalau ODHA-nya menutup diri, saya kira akan sulit menghilangkan stigma negatif terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS," ingatnya.

Stigma negatif lainnya yang patut dimusnahkan itu di masyarakat dan pemerintah. "Kalau ketiga stigma ini berhasil ditangani, maka terjadi pencairan stigma. Tidak aka nada lagi yang namanya pengusiran terhadap ODHA, ragu-ragu mengalokasi dana untuk menangani HIV/AIDS ini dan lainnya," papar Subuh.

Dia mengharapkan, praktik dan pendekatan yang dilakukan di Klinik Mawar ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan. "Singkawang, suatu kota dengan jarak sekitar 152 dari Kota Pontianak terdapat satu tempat yang memberikan pelayanan yang bersahabat, dan secara berani memampang tulisan, Klinik Mawar untuk Pelayanan HIV/AIDS. Di Indonesia belum banyak seperti ini, ada beberapa tetapi masih sembunyi-sembunyi," pungkas Subuh. (*)

No Response to "Klinik Mawar Contoh yang Baik bagi Kabupaten/Kota Lain"

Leave A Reply

BTC

Doge

LTC

BCH

DASH

Tokens

SAMPAI JUMPA LAGI

SEMOGA ANDA MEMPEROLEH SESUATU YANG BERGUNA