Thursday, 24 June 2010

Kalbar akan Sediakan Homestay di Desa

Posted on 23:38 by Mordiadi

PONTIANAK. Wisatawan mancanegara (wisman) telah terbiasa menginap di hotel berbintang atau kelas melati ketika berlibur. Tentunya mereka cenderung ingin nuansa yang berbeda. Oleh karenanya, di Kalbar akan dibuat homestay di desa-desa.

"Selain harganya lebih murah ketimbang menginap di hotel, juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat, bukan hanya pengusaha besar," kata Drs Kamaruzzaman MM, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalbar ketika Jumpa Pers di Grand Mahkota Hotel Pontianak, Sabtu (5/6).

Di Kalbar, daerah yang paling potensi untuk dikembangkan progam homestay ini, di antaranya Singkawang, Sambas, Sintang, Ketapang, Kayong Utara dan lainnya.

Progam homestay ini, terang Kamaruzzaman, konsepnya pemberdayaan perekonomian masyarakat. Jadi tidak hanya pengusaha besar yang memperoleh keuntungan dari kedatangan wisatawan ke Kalbar, masyarakat kecil pun akan mendapatkan tambahan penghasilan. "Tetapi kita belum mempunyai konsep untuk itu, makanya kita bekerjasama dengan Persatuan Homestay Malaysia dan Kementerian Pelancongan Malaysia," katanya.

Olehkarenanya diselenggarakan Education and Homestay Malaysia Travel Mart, semacam seminar mengenai bagaimana konsep program homestay yang telah diterapkan di Malaysia sejak lama.

Seminar dibuka Rashidi bin Hasbullah mewakili Timbalan Menteri Pelancongan Malaysia, YB Dato' Dr James Dawos Hamit di Grand Mahkota Hotel Pontianak kemarin.

Rashidi menjelaskan, homestay merupakan salah produk wisata di mana para turis atau wisatawan menginap di rumah-rumah masyarakat di desa. "Tujuannya, mengenalkan budaya dan cara hidup masyarakat kepada para pelancong," katanya dengan logat Malaysia.

Dia mengatakan, program ini dilandasi kebiasaan wisatawan yang merasa bosan bila berwisata hanya berbelanja dan menginap di hotel-hotel. "Biasanya mereka merasa jemu dengan kehidupan kota seperti itu," ujar Rashidi.

Oleh karenanya, terang Rashidi, ditawarkanlah program homestay ini, di mana wisatawan menginap di desa-desa dan tinggal bersama warga yang memiliki rumah tersebut.

Wisatawan itu tidak hanya menginap, tetapi juga mengikuti kebiasaan hidup si pemilik rumah, misalnya ikut ke sawah bila pemilik rumahnya petani atau menoreh getah kalau pemilik rumahnya seorang pekebun, menangkap ikan di laut kalau pemilik rumahnya nelayan, bermain layang-layang dan lainnya. "Jadi pengusaha homestay itu adalah petani, nelayan dan lainnya," terang Rashidi.

Dengan homestay tersebut, tambah dia, wisatawan juga dikenalkan dengan budaya, cara hidup, permainan dan pakaian tradisional, berbagai jenis makanan khas suatu daerah.

Selain mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, program homestay ini juga sebagai jembatan untuk memperat tali silaturahim masyarakat antarnegara. "Bisa menjalin persahabatan yang erat antar pelancong dengan masyarakat atau pengusaha homestay itu," kata Rashidi.

Untuk menyediakan homestay itu, di Malaysia memberlakukan beberapa syarat, di antaranya harus mendapatkan izin dari Kementerian Pelancongan Malaysia. Izin itu diperoleh, bila calon pengusaha memiliki rumah yang layak untuk ditinggali wisatawan, kondisinya bersih dan lainnya.

Selah hal itu dipenuhi, kata Rashidi, pemerintah akan memberikan pelatihan kepada pengusaha homestay. Materi pelatihannya seperti bagaimana cara menerima tamu yang baik dan lainnya. "Juga dijadikan ajang untuk belajar bahasa Inggris," katanya.

Dia mengungkapkan, di Malaysia, program homestay ini telah berlangsung sejak 1996 . Hingga Januari 2010 terdapat 139 homestay dengan 4.171 unit rumah dan 4.230 kamar.

Periode Januari-April 2010, jumlah pelancong yang memanfaatkan homestay terdiri atas sekitar 53 ribu orang. "Keuntungan yang diperoleh sekitar RM 3,2 juta atau rata-rata RM 2 ribu per rumah per bulan," ungkap Rashidi.

Di tempat yang sama, Pengusaha Homestay Malaysia, Sahariman Hamdan mengatakan, kerjasama dengan Kalbar atau Indonesia terkait program homestay ini baru tahun ini dilaksanakan sejak 15 tahun berlangsung di Malaysia.

Hal tersebut, menurut dia, karena kebiasaan masyarakat, budaya dan lainnya antara Kalbar dengan Serawak hampir sama, sehingga dia sangat pesimis atau khawatir tidak akan dapat memberikan keuntungan. "Tetapi hal ini dapat dijadikan jembatan untuk memperat persahabatan dan persaudaraan antara kedua negara," katanya.

Sejak diberlakukannya homestay di Malaysia, wisatawan paling banyak datang dari Singapura, Jepang, Australia, Korea, Brunei Darussalam, Inggris (United Kingdom), Afrika dan lainnya. Sementara dari Indonesia hanya sedikit.

Konsul Malaysia di Pontianak, M Zairi M Basri mengatakan, dengan adanya kerjanya program homestay antara Indonesia dengan Malaysia ini, banyak keuntungan yang diperoleh.

Selain memperat persahabatan dan saling memahami budaya satu sama lain, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, seperti jasa transportasi, pengusaha homestay dan lainnya. "Manfaatnya sangat tinggi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya. (*)

No Response to "Kalbar akan Sediakan Homestay di Desa"

Leave A Reply

BTC

Doge

LTC

BCH

DASH

Tokens

SAMPAI JUMPA LAGI

SEMOGA ANDA MEMPEROLEH SESUATU YANG BERGUNA