Thursday, 24 June 2010
Suplai Solar Terbatas, Angkutan Umum dan Barang Tak Lancar
*Andhie: Kalau Pertamina Tak Mampu, Mundur Saja
PONTIANAK. Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dari Pertamina ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terbatas. Sehingga mengganggu kelancaran angkutan umum dan barang tujuan luar kota.
"Saban hari semakin tidak muda bagi angkutan umum untuk mendapatkan solar di SPBU, keluh Adhie Rumbee, Ketua DPD Organisasi Angkutan Derah (Organda) Kalbar kepada wartawan, Sabtu (5/6).
Dia mencontohkan bis dari Pontianak ke Sintang dengan jarak tempuh sekitar 400 kilometer seringkali kesulitan untuk mendapatkan solar. Sopir angkutan umum harus memutar otaknya untuk memperoleh solar agar tetap dapat beroperasional.
Padahal, salah satu harapan bagi para sopir bis tujuan luar kota itu untuk mendapatkan solar dengan membeli di SPBU di Kota Pontianak. Tetapi, dalam beberapa hari terakhir, antrean kendaraan untuk membeli solar semakin panjang. "Sudah mengantre berjam-berjam di SPBU, tiba-tiba solar di SPBU habis. Hal serupa terjadi di beberapa SPBU," ungkap Andhie
Dengan kondisi seperti, terpaksa sopir memberanikan diri untuk berangkat sesuai jadwal dengan persediaan solar seadanya, dengan harapan ketika di perjalanan masih dijumpai SPBU yang menyediakan solar.
Tetapi, hal tersebut tentunya tidak sesuai harapan, kata Andhie ketika di tengah perjalanan tidak ditemukan SPBU yang menyediakan solar. "Bis pun mogok karena kehabisan solar. Terpaksa sopir itu meminta kepada rekannya sesama sopir untuk membeli solar secara eceran," katanya.
Dengan membeli eceran tersebut, tentunya sopir bis itu harus mengeluarkan uang lebih banyak. Karena harga solar eceran itu berkisar Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu per liter. Lebih tinggi harganya dari SPBU yang hanya Rp 4.500 per liter.
Keadaan yang menimpa angkutan umum tujuan luar kota tersebut tentunya menghambat perjalanan. Akibatnya, biaya operasional perusahaan angkutan tersebut semakin bertambah.
Seharusnya, terang Andhie, para sopir itu sudah dapat istirahat ketika sampai di tujuan. "Tetapi meraka harus mencari solar lebih dulu agar dapat berangkat atau kembali ke Pontianak," kata Andhie.
Akibat permasalahan angkutan umum tersebut, Andhie pun menyampaikan kritikannya kepada pemerintah yang tidak mampu menyediakan infrastruktur listrik dengan baik bagi masyarakat.
Minimnya ketersediaan listrik tersebut, kata Andhie, membuat masyarakat, pengusaha maupun rumah tangga terpaksa membeli genset. "Tetapi Pertamina membatasi dan melarang pembelian solar menggunakan jeriken. Sehingga masyarakat yang sudah membeli genset, semakin susah mendapat pasokan listrik," katanya.
Andhie mendesak pemerintah agar membuka peluang sebanyak-banyak bagi perusahaan penyedia BBM untuk beroperasi di Indonesia, termasuk di Kalbar. "Kalau Pertamina tidak mamu, mundur saja atau buka pintu selebar-lebarnya untuk perusahaan lain seperti Shell atau Petronas," tegasnya. (*)
No Response to "Suplai Solar Terbatas, Angkutan Umum dan Barang Tak Lancar"
Leave A Reply