Saturday, 10 July 2010
Dua Orang Meninggal Karena DBD
PONTIANAK. Hingga pertengahan 2010 atau sekitar minggu ke-27 tahun ini, di Kota Pontianak terjadi 62 kasus Demam Berdarah Deugue (DBD), dua orang di antaranya telah meninggal dunia.
"Dua orang yang meninggal ini karena terlambat untuk ditangani. Mungkin dikarenakan ketidakpahaman keluarga untuk segera membawa atau merujuknya ke rumah sakit bila ditemukan gejala-gejala DBD," kata drg Multi Junto Bhatarendro, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pontianak ditemui di sela Seminar Pemanasan Global (Global Warming) di Hotel Kartika, Selasa (6/7).
Multi menjelaskan, pihak keluarga tidak mengetahui kalau kedua orang tersebut mengalami gejala DBD, karena masa inkubasinya selama tujuh hari itu tidak dapat dilihat. "Oleh karenanya, ketika demam, segeralah dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan, agar dapat dilakukan pendeteksian dini dan diberikan penanganan yang tepat," harapnya.
Dikatakan Multi, kedua orang yang meninggal dunia akibat DBD tersebut merupakan warga Pontianak Timur dan Pontianak Utara. "Hal ini menujukkan kalau DBD tidak lagi berisfat sporadis. Tetapi sudah merata di enam kecamatan-kecamatan di Pontianak, karena sebelumnya paling banyak itu ditemukan kasus di Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Barat," terangnya.
Tahun ini, jumlah kasus DBD di Kota Pontianak memang lebih rendah dari tahun lalu–di mana kondisinya dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB)– ditemukan sekitar 300 kasus, sekitar 80 orang di antaranya meninggal dunia.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan tahun ini akan terjadi peningkatan jumlah kasus DBD bila tidak dilakukan pemotongan mata rantai penyebaran virusnya misalnya dengan membasmi jentik-jentik dan sarang nyamuk.
Dia sangat mengharapkan, tahun ini di Kota Pontianak tidak terjadi peningkatan jumlah kasus DBD. "Mudah-mudahan hingga Desember 2010, kasus DBD tidak mencapai 75 kasus," harap Multi.
Untuk menanggulangi dan mengantisipasi bertambahnya jumlah DBD, kata Multi, Pemkot telah menyiapkan dana Rp 300 juta pengadaan bubuk abate guna membasmi jentik-jentik. "Tetapi ketersediaan abate ini baru 10 persen dari kebutuhan Kota Pontianak yang memiliki sekitar 600 ribu kontainer air," katanya.
Selain itu, Pemkot juga menggencarkan fogging sebagai upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). "Juli dan Desember ini akan dilakukan fogging lagi," terang Multi.
Kemudian, enam Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kota Pontianak juga mendapat kucuran dana sekitar Rp 600 juta untuk PSN atau masing-masing Puskesmas kecamatan mendapat Rp 100 juta. "Alat fogging kita kini sudah tersedia 60 unit, karena tahun ini ada penambahan 14 unit," ungkap Multi.
Dia mengungkapkan, untuk penanggulangan DBD di Kota Pontianak ini memang telah dialokasikan sekitar Rp 2 miliar. Tetapi hal tersebut akan sia-sia bila tidak dibarengi dengan peran masyarakat itu sendiri.
Multi mengharapkan masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya masing-masing–terutama di daerah pemukiman ramai penduduk dan menerapkan pola hidup sehat. "Kita juga minta peran aktif masyarakat untuk tidak memberikan kesempatan berkembangnya jentik-jentik, misalnya dengan 3M (Menimbun, Menutup, dan Menguras, red) atau lainnya," katanya. (*)
No Response to "Dua Orang Meninggal Karena DBD"
Leave A Reply